Azka membawa Maya pulang dengan wajah yang dipenuhi emosi, sedangkan Maya hanya menunduk sambil menangis sesenggukan.
"Kenapa kau menangis? Seharusnya kau senang sudah mempermalukan keluarga!" bentak Azka dengan suara yang sangat menggelegar di telinga Maya.
Maya semakin terisak, ia kini sadar bahwa apa yang dilakukannya dengan Daren adalah kesalahan besar. Jika saja Azka tidak datang, mungkin kesuciannya telah hilang begitu saja hanya karena cinta Maya terhadap Daren yang terlalu berlebihan.
"Dengarkan aku baik-baik, setelah ini kau tidak boleh berhubungan lagi dengan Daren!"
"Apa?! Tapi kena-..."
"Kenapa? Sekarang saja kau sudah hampir hancur karenanya, jadi apa kau pikir aku akan membiarkanmu berhubungan dengannya lagi?"
"Kau pikirkan baik-baik! Kau lebih menyayangi Daren atau keluargamu kehilangan kehormatannya?"
Maya terdiam, mempertimbangkan kata-kata Azka.
"Kak, aku mohon berikan Daren satu kesempatan untuk membuktikan bahwa dia memang benar-benar mencintaiku dan akan menikah denganku!"
Maya menatap Azka dengan wajah memelas, berharap bahwa Azka akan memberikan hubungan Maya dan Daren satu kesempatan lagi.
Azka menghela napas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar.
"Tapi jika dalam waktu satu bulan kalian belum menikah maka kau harus melupakannya! Dan ikuti apa yang aku dan ayah inginkan!" Maya mengangguk cepat, lalu menyunggingkan senyum bahagia yang hanya dibalas senyuman kecut dari Azka.
Sesampainya di rumah, Maya langsung memeluk ibunya sambil menangis terisak. Hal tersebut membuat tanda tanya di dalam pikiran ibunya Maya dan Teddy, ayahnya Maya.
"Maya sayang, kenapa kau menangis? Ada apa? Dan darimana saja, kenapa kau baru pulang selarut ini?" Tanya Vidi, ibunya Maya.
Maya melepaskan pelukannya, lalu menggelengkan kepalanya cepat.
"Sebaiknya kau masuk ke kamarmu dan beristirahatlah," Ucap Azka sambil memberi isyarat pada Maya untuk masuk ke kamarnya.
Maya mengangguk, kemudian berpamitan pada Teddy dan Vidi.
Setelah Maya memasuki kamarnya, Azka langsung mengajak Teddy dan Vidi untuk duduk di ruang televisi.
"Ada apa? Kenapa Maya sepertinya sangat lelah dan sangat sedih? Apa terjadi sesuatu padanya?" Tanya Vidi dengan wajah cemas.
"Maya terlalu polos dan lugu, aku tidak suka dia berhubungan dengan Daren," Ucap Azka dengan pikiran yang terus mengingat kejadian yang baru saja hampir membuat adiknya kehilangan kesuciannya.
"Maksudmu?" Ucap Teddy dan Vidi bersamaan.
Azka menceritakan seluruh kejadian dengan detail, detik itu juga Teddy dan Vidi membelalakan matanya karena terkejut.
"Bagaimana bi... bisa, Maya berbuat seperti itu?"
"Cinta membuatnya buta, Maya terlalu mencintai Daren. Sedangkan Daren mungkin hanya ingin memanfaatkan Maya dan menguntungkan dirinya sendiri. Aku takut, meskipun Daren menikahi Maya ia akan menyakiti Maya dengan cara berhubungan dengan wanita lain. Walau bagaimanapun Daren tetaplah Daren, pria yang suka sekali menguntungkan dirinya sendiri terhadap wanita-wanita diluar sana. Aku takut Maya akan tersakiti." Jelas Daren yang diangguki Teddy dan Vidi.
Ketiganya tak sadar, bahwa Maya sudah berdiri di ambang pintu menuju ruang televisi.
Hatinya terasa begitu sakit atas perkataan orang tuanya dan juga kakaknya.
"A... Apa maksud kalian?" Lirih Maya dalam isakan tangisnya.
Sontak ketiga orang yang sedang berbicara tersebut langsung melirim ke arah gadis yang sedang menangis sesenggukan tersebut.
Teddy berjalan mendekati Maya, lalu menatapnya dengan tatapan kecewa.
"Maya, ayah kecewa padamu! Ayah tidak menyangka hanya karena cinta kau akan melakukan hal seperti ini," Ucap Teddy dengan nada suara berat seperti sedang memikul beban berat di punggungnya.
"Hari ini ayah memberi peringatan dan juga kesempatan untukmu, jika dalam satu bulan Daren tidak datang untuk melamar ataupun menikahimu maka kau harus mengikuti apapun yang ayah lakukan dan perintahkan! Tidak ada bantahan ataupun penolakan dengan berbagai alasan lainnya!" Tegas Teddy yang langsung membuat Maya semakin bersedih.
Maya berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua tanpa menjawab atau bicara apapun lagi pada Teddy.
"Sekarang bagaimana? Apakah kita harus menghubungi Daren dan keluarganya?" Azka berpikir dengan sungguh-sungguh, ia tampak bingung.
"Jangan pikirkan hal itu, aku akan mengurusnya." Ucap Teddy sambil menepuk bahu putranya tersebut.
"Kau sudah cukup berjuang dan mati-matian menjaga Maya, sekarang beristirahatlah! Ayah akan mengurus bagaimana Maya kedepannya lagu!" Azka mengangguk, lalu berlalu memasuki kamarnya.
...----------------...
Di rumah utama keluarga Raizada, tampak ruang keluarga sudah dipenuhi anggota keluarga rumah tersebut.
Indri sang menantu utama rumah tersebut tampak gelisah sambil sesekali melirik pintu utama rumahnya, berharap seseorang yang dinantinya datang.
"Kemana anak itu? Apakah dia tidak akan pulang lagi?!" Gumamnya dengan nada kesal campur sedih.
"Sayang, kenapa gelisah seperti itu? Tenanglah! Lagipula semua masih belum tentu, sekarang kita hanya punya tugas untuk meyakinkan Rudra saja!" Dirga merangkul bahu Indri lalu membawanya duduk di sofa. Akan tetapi Indri menepis rangkulan bahu suaminya tersebut dan malah melangkah mendekati pintu utama rumah.
Tap...
Tap...
Tap...
Sebuah suara, suara sepatu yang beradu dengan lantai membuat Indri semakin terfokus dengan pintu utama rumah.
Itu dia, itu pasti Rudra!
Hatinya begitu meyakini bahwa itu adalah suara langkah kaki Rudra. Indri dengan gerak cepatnya langsung membuka pintu. Senyumnya merekah ketika pintu sudah terbuka lebar.
Menampilkan seorang pria berumur tiga puluh dua tahun dengan tubuh tinggi, badan kekar, wajahnya yang tampan dengan warna kulit kuning langsat tengah berdiri dengan tatapan bingung.
"Rudra!" Ucap Indri sambil memeluk pria yang ia panggil dengan cepat.
Rudra membalas pelukan ibunya, akan tetapi pandangan matanya tertuju pada ruang keluarga yang dipenuhi orang-orang yang tak lain keluarga besarnya.
"Ada apa ini? Kenapa berkumpul seperti itu?" Tanya Rudra sambil melepas pelukan ibunya.
"Tidak ada apapun, kami hanya sedang berkumpul untuk menunggu kepulanganmu. Apa kau tidak senang kami menunggumu pulang?" Marah Indri pada Rudra.
Indri sedikit kecewa dengan sikap putranya yang seolah tidak suka pulang ke rumah utamanya.
"Tidak mungkin kalian berkumpul seperti ini jika hanya mengharapkanku pulang. Pasti ada yang kalian ingin bicarakan denganku!" Sinis Rudra dengan pandangan sinis pada ayahnya.
Dirga terdiam, ia mengenal betul putranya yang selalu bisa membaca niat dalam pikirannya meskipun belum terucap.
"Sebelum itu masuklah untuk istirahat, besok pagi kita bicara!" Ucap Dirga dengan berusaha menunjukkan wajah bersahabatnya.
Tanpa mengangguk atau berkata apa-aoa Rudra langsung melangkah masuk menuju kamar lamanya yang terdapat di lantai dua.
Flashback
Lembaran-lembaran berkas sudah selesai di tanda tangani oleh Rudra. Merasa lelah, Rudra memejamkan matanya sambil menyandarkan kepalanya pada kursi kerjanya.
Pikirannya terus tertuju pada Meisya yang entah dimana keberadaannya saat ini. Lalu berikutnya terlintas perkataan ibunya di dalam telepon tadi yang menyuruhnya pulang.
Rudra merasa bingung, ia sebenarnya bukan tak ingin pulang. Rudra sangat merindukan keluarganya terutama ibunya.
Akan tetapi disisi lain Rudra hanya ingin menghindari Dirga, ayahnya yang selalu menyuruhnya untuk melupakan Meisya dan mencari penggantinya.
Ck, aku tidak akan menikah dengan siapapun lagi! Hanya Meisya yang akan menjadi pendampingku!
Hatinya tetap satu, yaitu Meisya, Meisya, dan Meisya. Cinta yang sudah Rudra berikan dalam jumlah besar tak bisa Rudra hilangkan begitu saja.
Hatinya sudah memutuskan akan menunggu Meisya kembali dan mengajaknya kembali hidup bersamanya.
Semakin larut malam, semakin Rudra gelisah. Akhirnya iapun memutuskan untuk pulang kerumahnya dan menceritakan keadaan hatinya pada Indri, ibunya.
Akan tetapi saat ia sudah berada di depan rumahnya, Rudra sangat terkejut ketika di ruang keluarga terlihat seluruh keluarganya tengah berkumpul.
Flashback off
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
AkbarBaytu Chayank Ortu
next thor
2021-08-26
0
Mbk Bhaaweell🍁
lanjutt thorr aku suka
2021-05-02
0