Terpaksa Menikahi Duda Arrogant

Terpaksa Menikahi Duda Arrogant

Bercerai

"Hari ini pengadilan memutuskan bahwa Rudra Raizada dan Meisya Permadi resmi bercerai!" Ucap hakim pengadilan diiringi ketukan palu sebanyak tiga kali.

Seorang pria berdiri dengan wajah datar dan melangkah menghampiri seorang wanita yang menggendong seorang anak perempuan yang sedang duduk dengan wajah sendu.

"Kau puas? Sekarang kau bebas!" Rudra Raizada berbicara dengan nada membentak pada Meisya Permadi.

"Kau tidak perlu bersembunyi lagi untuk melakukan hal itu. Lakukanlah apapun yang kau mau, bawalah puterimu itu pergi jauh dariku!" Bentak Rudra lagi sambil menunjuk anak yang berada di gendongan Meisya.

Meisya menunduk dengan bibir yang mengeluarkan isakan. Bahkan anaknya pun ikut menangis.

"Apa maksudmu Rudra? Dia adalah anakmu, anak kita!" Ujar Meisya tak terima dengan perkataan Rudra yang seolah tak menganggap anak yang saat ini di gendongan Meisya adalah anaknya juga.

"Anak kita? Bukan!"

Rudra merogoh saku jasnya, kemudian mengeluarkan sebuah amplop putih dan melemparkannya kepada Meisya.

"Kau lihat baik-baik, itu adalah bukti bahwa aku memang pantas menceraikanmu!" Ucap Rudra sambil berbalik lalu pergi melangkah meninggalkan ruang pengadilan.

Sejujurnya hatinya sakit, walau bagaimanapun Meisya adalah wanita yang sangat ia cintai. Akan tetapi bila mengingat sebuah kenyataan akan Meisya yang kemarin ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri.

Sepeninggal Rudra, kini keluarganya yang datang menghampiri Meisya.

"Apa sebenarnya yang membuat kalian sampai memilih jalan seperti ini? Coba jelaskan, Meisya!" Indri, ibunya Rudra.

Indri menatap Meisya lekat-lekat mencoba mencari kebenaran bahwa Rudra berbohong tentang Meisya. Akan tetapi tidak ada apapun dalam mata Meisya, melainkan kebenaran.

"Tentang Anika mungkin benar, bu. Dia memang bukan anaknya Rudra. Akan tetapi yang beberapa hari lalu Rudra lihat itu tidak benar," Meisya menegakan pandangannya, menatap Indri yang kini menjadi mantan ibu mertuanya.

Indri membelalakan matanya. Tidak percaya bahwa Anika bukan cucu kandungnya.

"Bagaimana bisa? Apa maksudmu Anika... Artinya...-" Indri tidak meneruskan kata-katanya, napasnya terasa sesak.

Bagaimana bisa selama ini Meisya tega membohonginya dan seluruh keluarga besar Raizada.

"Tidak, ini tidak mungkin! Anika pasti cucu kandungku kan?" Meisya menggeleng. lalu menunduk semakin dalam. Rasa takut sudah menyerang hatinya.

Sekarang Meisya pasrah bila Indri akan membencinya. Memang kenyataannya Indri bukanlah anak kandung Rudra, melainkan seseorang yang dulu pernah berada di hidupnya Meisya dan menjadi pria yang sangat Meisya cintai.

Hingga suatu saat pria tersebut membuat Meisya begitu frustasi.

"Tidak, Bu. Anika bukan putrinya Rudra," Aku Meisya sambil menangis sesenggukkan.

Indri meraba dadanya yang terasa sesak, kemudian menatap Meisya dengan tatapan jijik dan benci.

Plak

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Meisya. Meisya langsung menjatuhkan tubuhnya dan memeluk kaki Indri.

"Bu, aku mohon maafkan aku. Tolong minta Rudra kembali padaku," Mohon Meisya dengan terus memeluk kaki Indri.

"Semua terjadi atas kebodohanku, tapi aku berjanji aku akan memperbaiki semua ini."

"Tidak!" Bentak Indri sambil menghempaskan kakinya dan membuat Maya hampir terjungkal karena gerakannya tiba-tiba. "Kau menjijikan! Bagaimana bisa aku membiarkan putraku terus bersama dengan j*lang sepertimu!" Sambung Indri dengan nada tinggi.

Indri kemudian merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah cek senilai dua ratus juta lalu melemparkannya ke wajah Meisya.

"Terimalah itu! Wanita murahan sepertimu tidak pantas menjadi menantu di keluargaku!" Hardik Indri sambil berlalu dari ruang sidang.

Meisya menangis terisak sambil mengumpulkan uang yang dilemparkan Indri padanya.

"Kenapa kalian tidak percaya padaku? Aku tidak bersalah dalam hal ini, semua terjadi diluar kesadaranku," Lirih Meisya dalam isak tangisnya.

Dari kejauhan seorang pria menyunggingkan seulas senyum licik.

"Sekarang sudah waktunya bagimu untuk hancur, Meisya!" Gumamnya yang diikuti lagi senyuman licik.

...----------------...

Pulang dari pengadilan Rudra tidak langsung pulang ke rumahnya, melainkan pergi mengemudikan mobilnya menuju sebuah tempat terpencil didekat sebuah gunung.

Tepat di sebuah tempat datar kawasan pegunungan tersebut terdapat sebuah rumah yang terbuat dari kayu namun terkesan indah. Terutama pemandangannya yang langsung menghadap ke sebuah danau besar yang sangat indah.

Rudra memasuki rumah tersebut dengan wajah yang sudah menahan kesal bercampur sedih sejak keluar dari pengadilan.

"Kenapa Mei? Kenapa kau melakukan semua ini?" Ucap Rudra sambil menatap sebuah foto yang dipajang di dinding kayu vila tersebut.

"Selama ini aku menutupi bahwa kau sudah tidak suci, tapi kenapa kau tidak jujur tentang Annika? Bahkan kau bermain di belakangku dengan pria lain!" Gumamnya dengan terus menatap foto Meisya dan Annika.

Kemudian Rudra mengambil foto tersebut dan melepaskannya dari figuranya. Sekilas ia menatap lagi foto tersebut hingga beberapa saat kemudian sudah berada di tempat sampah dengan kondisi terbakar.

"Kini kita tidak ada ikatan apapun, semua tentang kita akan aku lupakan," Ucap Rudra sambil menatap api yang dengan cepat membuat foto tersebut sudah menjadi abu.

...----------------...

Flashback

Bagi sebagian keluarga mungkin hari ulang tahun pernikahan adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu. Beberapa hari lagi Rudra akan merayakan hari ulang tahun pernikahannya yang ke empat tahun bersama Meisya.

"Apa kau akan pulang sebelum pesta perayaan?" Tanya Meisya sambil membantu Rudra mengemasi pakaiannya.

"Aku tidak menjanjikan akan pulang sebelum pesta, tapi akan aku usahakan untuk merayakan pestanya," Ujar Rudra sambil memeluk Meisya dari belakang dan mengecup tengkuk lehernya.

Meisya menarik telinga Rudra dan membuat Rudra pura-pura kesakitan.

"Kau pikir aku percaya tarikan pelan seperti ini bisa membuatmu kesakitan? Hmm!" Sinis Meisya sambil menarik lagi telinga Rudra.

Rudra terkekeh pelan lalu memeluk lagi Meisya. Kali ini Meisya hanya diam sambil merasakan pelukan suaminya tersebut.

"Beberapa malam aku tidak akan bisa merasakan pelukan hangat ini," ujar Meisya sambil menyandarkan kepalanya ke dada Rudra.

Rudra melepaskan pelukannya, kemudian menarik Meisya menuju tempat tidur dan membawanya duduk di ujung ranjang.

Rudra sendiri duduk di lantai yang beralaskan karpet persia berwarna hijau muda, lalu menidurkan kepalanya di kaki Meisya.

"Kau serius akan merindukan pelukan ini?" Rudra bertanya dengan nada bercanda, namun langsung mendapat tatapam tajam dari Meisya.

"Tidak, aku sama sekali tidak akan merindukan apapun darimu! Mungkin Annika yang akan rindu!" Sinis Meisya.

"Apa?!" Pekik Rudra terkejut. "Kenapa kau tidak akan rindu? Apa ada yang lain yang bisa menghangatkanmu?"

Meisya kembali menatap Rudra dengan tatapan tajam, kemudian menarik telinga Rudra dengan sangat keras yang membuat Rudra benar-benar kesakitan

"Ah, iya, iya! Aku percaya kau hanya mencintaiku, kau wanita yang setia pada pasangannya!" Ujar Rudra sambil melepaskan tangan Meisya yang masih menarik telinganya.

Setelah lepas, Rudra buru-buru memasuki kamar mandi untuk menghindari Meisya yang sudah pasti akan mengomeli dirinya dengan kata-kata yang panjang dan lebar tanpa henti.

Waktu mulai menunjukan pukul sembilan pagi, sudah saatnya bagi Rudra untuk berangkat ke Hawaii untuk urusan bisnis perusahaannya.

Kini ia sudah sampai di bandara, sedang melakukan perpisahan dengan istri dan putri kecilnya tersebut.

"Aku berangkat, jangan lupa kabari aku jika ada apa-apa disini." Meisya mengangguk, lalu memberikan sesuatu pada Rudra dengan cara memasukannya kedalam saku jas Rudra.

"Apa ini?" Tanya Rudra sambil mengerutkan keningnya.

Meisya hanya menjawab dengan gelengan kepala sambil tersenyum, lalu menyuruh Rudra untuk segera masuk kedalam pesawat.

Rudra mengerti, bahwa Meisya memintanya melihat apa yang di diberikan Meisya nanti setelah memasuki pesawat. Rudra mengangguk, kemudian mengecup kening Meisya sebelum pergi dan melambaikan tangannya.

Meisya membalas lambaian tangan Rudra sambil tersenyum. Setelah Rudra memasuki pesawat Meisya membawa Annika menuju mobil yang terparkir di parkiran bandara.

Tepat pada saat akan memasuki mobil, ponsel Meisya berbunyi nyaring membuatnya langsung merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya dan langsung mengangkatnya.

"Hallo?" Ucap Meisya setelah telepon tersambung.

"Hallo," Meisya membelalakan matanya, merasa terkejut ketika seseorang menyentuh bahunya.

Meisya membalikan tubuhnya kemudian tersenyum saat melihat orang yang baru saja menepuk bahunya.

"Kenapa menelepon jika kau berada disini? Ku pikir kau tidak akan muncul lagi setelah kemaraha Rudra yang salah paham waktu itu!" Orang tersebut yang ternyata seorang pria terkekeh mendengar kata-kata Meisya.

"Kau ini sepertinya suka sekali membahas hal memalukan tentangku!" Ketus pria tersebut. "Ayo! Kita sudah terlambat, Annika mana?"

"Di mobil, ayo masuk saja ke mobil sepertinya mereka sudah menunggu kita!"

Beberapa menit perjalanan Meisya dan pria tersebut serta Annika sudah berada diluar sebuah Cafe besar. Saat masuk kedalam tampak dua orang pria dan seorang wanita melambaikan tangan padanya sambil tersenyum.

Meisya dan pria tersebut mengangguk, lalu berjalan menghampiri mereka sambil membawa Annika.

Beberapa saat mengobrol sambil memakan dan minum beberapa hidangan di Cafe tersebut hingga Meisya merasa dirinya begitu lelah dan tertidur di atas meja Cafe.

...----------------...

Di siang hari yang cerah, wajah Meisya tampak kusut. Ia menggendong Annika sambil berjalan menuju rumahnya.

Sudah dua hari Meisya tidak pulang ke rumah, semenjak Rudra pergi dan ia berkumpul bersama keempat temannya di sebuah Cafe. Setelah itu Meisya pulang ke rumah orang tuanya bersama Annika.

Hari ini ia merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya dan membuatnya pulang ke rumahnya.

Sampai di rumah Meisya kembali di kejutkan dengan sesosok pria bertubuh tinggi dan berambut basah sedang duduk di sofa menghadap ke televisi yang dimatikan.

Meisya tersenyum senang kemudian langsung berlari menunu sofa tersebut dengan menyerahkan Annika terlebih dahulu pada pengasuhnya yang sudah menyambut Meisya di hadapan pintu.

"Rudra! Kapan kau pulang, hmm? Kenapa tidak menelepon atau mengabariku? Sudah aku duga, kau pasti akan pulang cepat sebelum pesta perayaa pernikahan kita!" Ucap Meisya sambil memeluk Rudra dan menciumi kening serta pipinya.

Beberapa saat Meisya terus memeluk Rudra, hingga sadar karena Rudra tidak membalas tindakannya atau bicara apapun.

"Kenapa kau diam saja? Ada apa?" Tanya Meisya sambil menatap Rudra kebingungan. Rudra terlihat menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong serta air mata yang sudah menggenang di kedua pelupuk matanya.

"Rudra, ada a-...?"

"Bawa Annika masuk ke kamarnya!" Perintah Rudra sambil melirik pengasuh Annika. Pengasuh itu langsung mematuhi perintah Rudra dan membawa Annika masuk ke kamarnya.

"Rudra, ada apa? Kenapa kau-"

Rudra meletakkan telapak tangannya di kepala Meisya, membuat Meisya semakin kebingungan.

"Meisya Permadi, hari ini aku menceraikanmu dan melepaskanmu untuk selamanya dari ikatan hubungan kita!" Tegas Rudra memotong ucapan dan pertanyaan Meisya yang belum selesai diucapkan.

Flashback off

Setelah api padam, Rudra memasuki kamarnya dengan mata yang sembab akibat menangisi rumah tangganya yang telah kandas hanya karena sesuatu yang ia dapat saat pesawat baru mendarat di Hawaii.

Bersambung...

**Hai para Readers, pertama-tama author mau minta maaf karena belum bisa meneruskan cerita tentang Sid dan Kiran, Siran dan Keyra alasannya karena author sibuk, selain itu masih bingung untuk meneruskan jalan ceritanya. Sementara, author bikin cerita baru dulu karena beberapa hari ini dapat ide tentang cerita dengan jalan cerita ini. Kisah Rudra tidak ada hubungannya ya dengan kisah Siran, Keyra, Sid, dan Kiran.

Untuk cerita Bos Galak dan Cerita Siran akan dilanjut setelah hari raya idul fitri nanti yaa**...

Terpopuler

Comments

Marco

Marco

mampir thor

2023-01-20

0

Hidayah Airiz

Hidayah Airiz

Thor Cuba Bagi penjelasan...
Alasan Rudra Ceraikan Meisya Apa Ya???

2021-09-26

0

Retno Wulandari

Retno Wulandari

kenapa Meisya diceraikan?

2021-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!