Membahas Perjodohan

"Apa?!" Ucap Rudra dengan nada suara tinggi, membuat Azka hampir meloncat.

"Kau tahu betul tentang diriku, aku tidak mungkin menikahi wanita lain selain Meisya!" Ucap Rudra lagi dengan nada suara tinggi.

"Rudra, kau tidak mengerti! Aku mohon, minimal hanya sampai beberapa bulan setelah itu kau boleh menceraikannya! Ini semua aku lakuka karena adikku sedang dalam bahaya!" Azka menyatukan kedua telapak tangannya di depan dadanya, memohon pada Rudra.

"Tidak, pergi dari ruanganku sekarang!"

Beberapa saat berdebat, Azka masih belum bisa membujuk Rudra untuk menikahi Maya. Akhirnya ia keluar dari ruangan Rudra dengan tangan yang memijit kedua pelipisnya, merasa bingung harus melakukan apa untuk menyelamatkan Maya.

Bukan Azka tak mengerti, dengan apa yang Maya dan Daren bicarakan. Ia sudah tahu apa yang Daren minta dari Maya, yang tak lain adalah kehormatannya.

Tidak, aku tidak akan membiarkan Maya jatuh begitu saja pada laki-laki b*jing*n itu!

Ia masih belum pergi dari lingkunga kantor Rudra, saat ini Azka masih memikirkan sesuatu di kepalanya.

Hingga sebuah ide muncul, membuatnya tersenyum penuh arti dan bergegas melangkah untuk meninggalkan kantor Rudra.

...----------------...

Azka melajukan mobilnya menuju arah yang berlawanan dengan rumah tempat tinggalnya, ia memasuki sebuah kawasan komplek besar yang tidak jauh dari kantor Rudra.

Azka kini tiba di sebuah halaman rumah yang sangat besar dengan papan yang bertuliskan Raizada House, yang artinya rumah milik keluarga Raizada. Rumah keluarga Rudra.

Terlihat di halaman rumah sedang berkumpul beberapa orang yang sedang bermain-main, disana juga ada wanita yang sudah menginjak usia tua yang tak lain adalah Indri, ibu dari Rudra.

Indri menyadari kehadiran Azka tentunya karena posisinya sedang berdiri sambil menatap gerbang rumahnya.

"Azka, ada apa? Kemana saja selama ini, kau jarang masuk ke rumah ini lagi?!" Sambut Indri sambil tersenyum ramah.

"Maaf, karena aku takut jika tidak ada Rudra di rumah jadi untuk apa aku ke rumahnya?" Ucap Azka sambil terkekeh, tentunya ucapannya hanya candaan.

"Bu, aku kesini ingin membicarakan sesuatu yang penting. Ini tentang Rudra dan masa depannya," Indri mengangguk, lalu mengajak Azka masuk kedalam rumah setelah sebelumnya memberi isyarat pada pelayan rumahnya untuk mengumpulkan semua anggota keluarganya.

Setelah semua berkumpul di ruang tamu, kini ayahnya Rudra yang menatap Azka penasaran.

"Jadi, ada apa kau kemari?"

"Paman, aku ingin menjodohkan Maya dengan Rudra. Bukan tanpa alasan, ini sangat penting!"

"Sebelum pembicaraan ini berlangsung lebih serius, aku juga ingin mengatakan sesuatu." Indri menimpali.

"Perjodohan ini aku menyetujuinya, karena Maya adalah adik dari Azka dan anak dari sahabat kita. Selain itu karena aku tidak ingin Rudra terus terbelenggu hubungannya dengan Meisya dan terus memikirkan Meisya yang sekarang entah pergi kemana, aku berharap Maya akan menjadi hidup baru Rudra." Jelas Indri panjang lebar.

Ayahnya Rudra pun memikirkan kata-kata Indri, lalu mengangguk. "Aku setuju dengan pendapat Indri," Ucapnya.

"Tapi aku minta jangan sampai Maya dan keluargaku tahu bahwa aku yang meminta perjodohan ini pada kalian," Pinta Azka sambil memohon.

"Kau tenang saja, nak! Kami yang akan berpura-pura meminta Maya jadi menantu kami. Tapi, jika kami boleh mengetahuinya apa alasanmu meminta Perjodohan ini?" Tanya ayahnya Rudra penasaran.

Azka terdiam, ia bingung harus memulai cerita darimana karena cukup banyak yang harus ia ceritakan mengenai Maya dan Daren.

"Semuanya karena kekasih Maya," Ucap Azka yang membuat mata semua orang membelalak.

"Apa? Kekasih? Maya punya kekasih, maksudmu?" Azka mengangguk. "Lalu kenapa kau menjodohkannya dengan Rudra?"

"Tunggu, paman. Jangan marah dulu padaku. Aku menjodohkan Maya dan Rudra karena kekasihnya Maya yang selalu membuat Maya nekat melakukan hal-hal yang bisa merugikan dirinya sendiri, bahkan kemarin Maya berencana untuk menyerahkan sesuatu yang sangat berharga dalam dirinya pada Daren. Aku tidak bisa melihat adikku hancur dalam genggaman lelaki seperti Daren yang hidupnya selalu dikelilingi wanita-wanita di bar atau tempat hiburan malam itu!" Jelas Azka.

Indri dan ayahnya Rudra tersenyum, kagum dengan Azka yang berusaha melindungi Maya.

"Baiklah, kami bangga padamu karena selalu berusaha menjaga adikmu!"

"Bersiaplah, besok kami akan berkunjung ke rumah kalian untuk menjodohkan Rudra dan Maya. Hari ini kami akan menyuruh Rudra pulang dulu untuk membahas segalanya." Azka mengangguk, lalu berpamitan untuk pulang ke rumah Teddy, ayahnya.

...----------------...

Malam tiba dengan suasana yang tampak indah bagi Maya, terlihat ia tengah merias dirinya sambil melihat ke cermin besar yang berada di kamarnya.

Senyum tak henti-hentinya terbit di bibir manis Maya, malam ini ia akan bertemu dengan pangerannya yang sudah lama bekerja di luar kota.

Malam ini juga, Maya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang diluar dugaan keluarga serta orang-orang terdekatnya.

Ya, Maya memutuskan untuk memberikan selaput yang sudah selama dua puluh enam tahun ia jaga untuk suaminya suatu saat nanti. Keputusan tersebut Maya ambil karena begitu mencintai Daren, juga karena Daren yang sudah mengatakan akan segera menikahi Maya.

"Setelah ini pasti dia akan langsung melamarku," Gumam Maya sambil memakaikan wajahnya polesan make up yang tipis namun membuatnya terlihat tambah cantik.

Setelah selesai dengan make-up, kini Maya berganti memilih gaun yang berada di lemarinya.

"Aku harus memakai gaun yang mana dan warna apa ya, malam ini?" Ucapnya pelan sambil memilih-milih gaun di dalam lemarinya yang besar.

Maya merasa kebingungan, hingga sebuah ide untuk menanyakan gaun berwarna apa yang harus ia pakai pada Daren lewat telepon.

Mayapun mengambil ponselnya dan langsung menelepon Daren.

"Hallo? Kau akan pakai pakaian warna apa?" Tanya Maya langsung setelah sambungan sudah terhubung.

"Warna kesukaanku, kau tahu kan?"

"Yap!" Ucap Maya sambil mejentikkan jarinya lalu memutuskan sambungan telepon dan beralih kembali menuju pakaian-pakaian yang terdapat di dalam lemari.

Pilihan Maya jatuh pada gaun berwarna Mocca, karena itu adalah warna kesukaan Daren.

Selesai bersiap-siap Maya langsung turun untuk menunggu Daren yang akan menjemputnya.

"Mau kemana kau?" Tanya Azka yang tiba-tiba sudah berada di belakang Maya.

Maya cukup terkejut, hingga ia mengelus dadanya dan mendelik tajam pada Azka.

"Aku akan makan malam diluar dengan Daren," Jawab Maya sambil tersenyum sumringah.

"Hati-hati, jangan melakukan hal macam-macam! Jangan pulang larut malam!" Tegas Azka yang langsung diangguki dan mendapat gerakan hormat dari Maya.

Azka masuk kedalam rumah, bertepatan saat Azka masuk, Daren sudah masuk ke halaman rumah Maya dengan mobil mewah sedan putihnya.

"Ku pikir kau tidak akan menjemputku!" Ketus Maya.

"Tenang saja sayang, aku pasti akan menjemputmu. Bahkan malam ini aku bukan hanya menjemputmu untuk makan malam, tapi aku juga akan menjemputmu untuk membawamu terbang ke surga yang sebenarnya!" Ujar Daren yang membuat Maya tersipu malu.

"Ayo, masuklah!"

Setelah Daren dan Maya masuk kedalam mobil, mobil langsung melaju membelah jalanan menuju arah cafe xx yang berdekatan dengan sebuah apartemen besar.

Keduanya tak sadar, bahwa sedari tadi sebuah mobil mengekori mereka dari belakang. Mobil yang tak lain didalamnya yang mengemudikannya adalah Azka.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

stefani n.i.s

stefani n.i.s

untung aja azka ngikutin..

2021-05-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!