Jalanan Kompleks
Di lain tempat Fadli berjalan menuju Masjid tapi langkahnya terhenti saat Aisyah anak Kyai Haji Ahmad Abdullah menghentikannya. Aisyah adalah gadis yang cantik, bagus pula akhlak dan agamanya. Jika ada pengajian dia rajin datang, jika ada tetangga yang sakit tidak jarang Aisyah merawatnya. Apalagi suaranya benar- benar merdu ketika mengaji, lulusan pendidikan di kairo melalui biaya siswa penuh. Dia adalah istri idaman setiap pemuda muslim. "Assalamualaikum, mas Fadli." Sapa Aisyah dengan senyuman manisnya, jilbab berwarna biru menjuntai panjang menutupi tubuhnya agar terhindar dari mengundang syahwat setiap lelaki. Benar- benar figur contoh gadis yang berasal dari keluarga baik- baik.
"Waalaikumsalam Aisyah, ada apa?" Tanya Fadli tersenyum sambil tetap menjaga jarak, Fadli memang menyukai Aisyah sebagai figur seorang gadis baik- baik tapi Fadli tidak mengharapkan lebih. Karena kebaikan Kyai Haji Ahmad Ayah Aisyah Fadli dapat menjadi seperti sekarang serta ilmu dan agama yang di ajarkannya dapat di amalkan Fadli dengan sebaik- baiknya.
"Anu Mas, Abi nyuruh Mas Fadli ke rumah soalnya ada yang ingin di bahas." Jawab Aisyah sambil menunduk malu khas gadis muda pada umumnya.
Fadli terdiam sejenak, bukannya semalam Fadli baru bertemu dengan Kyai Haji Ahmad semalam? sepertinya ada hal serius yang ingin di bahas pak Kyai.
"Terimakasih Aisyah, saya nanti akan ke rumah Kyai Haji Ahmad. Kalau begitu saya mau pamit ke Masjid dulu, Assalamualaikum." Pamit Fadli dengan suara ramah, hati Aisyah terasa sejuk Fadli adalah pemuda yang tampan bagus pula akhlak dan agamanya. Aisyah sudah sejak lama menyimpan perasaan pada Fadli bahkan saat Aisyah masih duduk di bangku SMA hingga dia berhasil menyelesaikan pendidikannya di Kairo. Meksipun banyak pemuda yang melamar Aisyah, Aisyah tetap menunggu dan berharap Fadli-lah yang akan mempersuntingnya.
"Waalaikumsalam, mas Fadli." Jawab Aisyah lembut. Hatinya benar- benar berbunga- bunga bahkan Aisyah selalu beribadah Magrib di masjid agar dapat melihat Fadli dari kejauhan. Kerap kali Aisyah membantu Fadli mengajar anak- anak untuk mengaji di Masjid agar dapat melihatnya dari jarak dekat. Aisyah sangat menginginkan Fadli untuk menjadi suami yang menuntunnya ke surga dengan ridha Allah Swt.
"Ya Allah saya berharap Mas Fadli adalah jodoh yang akan engkau jadikan suami hamba baik dunia maupun di akhirat. Aamiin...." Doa Aisyah dalam hati.
Rumah Kyai Haji Ahmad
Fadli memencet bel rumah Kyai Haji Ahmad, entah apa yang akan di sampaikan oleh Kyai Ahmad membuat Fadli bertanya- tanya dalam hati. Semoga semua baik- baik saja, doa Fadli dalam hati. "Assalamu'alaikum wr.wb pak Kyai." Fadli mengucapkan salam saat Kyai haji Ahmad membuka pintu. Terdapat secercah senyuman dari sang Kyai.
"Waalaikumsalam wr.wb nak Fadli, Monggo silahkan masuk nak." Ajak Kyai Ahmad mempersilahkan Fadli masuk.
"Terimakasih Kyai," jawab Fadli mengucapkan bismillah sebelum melangkah masuk ke rumah yang lumayan mewah dengan kaki kanannya. Kyai Haji Ahmad adalah keluarga terhormat dengan latar belakang pendidikan yang baik.
"Ummi nak Fadli sudah datang." Panggil Kyai haji Ahmad memanggil sang istri yang masih terlihat cantik di usia menginjak setengah abad. Dari dapur istri kyai Ahmad datang membawa napan yang berisi 2 gelas teh melati. Senyuman ramah terpancar di wajahnya Hj. Fatimah Nurmala.
"Wah sudah datang ya Abi, Assalamualaikum nak Fadli." Hj. Fatimah meletakkan teh di meja dekat Fadli.
"Waalaikumsalam Bu Hj. Fatimah." Jawab Fadli tersenyum ramah.
"Silahkan minum nak tehnya, ibu mau kebelakang dulu." Fadli mengangguk mulai menyeruput teh hangat buatan Hj. Fatimah setelah kepergiannya ke dapur.
Setelah meletakkan gelasnya Kyai Haji Ahmad mulai membuka suara, dia sudah lama menunggu waktu ini untuk menyampaikan niat baiknya pada Fadli. "Begini nak Fadli, Bapak ingin mengatakan soal Aisyah putri bapak." Ucap Sang Kyai pada Fadli.
Fadli mengerutkan keningnya bingung, ada apa dengan Aisyah. Mungkinkah Aisyah ingin meminta bantuannya. "Ada apa dengan Aisyah Kyai, bila Kyai berkenan bisakah Kyai menjelaskannya?" Tanya Fadli yang sudah tidak tahan melihat raut wajah cemas Kyai Haji Ahmad.
Kyai Ahmad menarik napas dalam, "Aisyah putri Bapak sudah banyak pemuda ingin melamarnya tapi dia menunggu lamaran seseorang. Setiap malam Aisyah selalu berdoa dan sholat istikharah agar di jodohkan dengan pemuda yang di sukainya." Jawab sang Kyai, Fadli tampak bingung tidak mengerti siapa pemuda yang di sukai Aisyah.
Dari balik pintu Aisyah menatap ke ruang tamu. Hatinya terasa berbunga- bunga tidak menyangka diam- diam sang Abi memperhatikan dirinya, Aisyah sang terharu mengetahui Abinya tahu dirinya menyukai Ustadz Fadli. "Udah ngintipnya nduk, kita tunggu nunggu keputusan nak Fadli. Ummi yakin, jika kalian berjodoh semua akan di mudahkan." nasihat sang ibu Hj. Fatimah.
Aisyah tersenyum kemudian mengangguk memeluk sang ibu. "Terimakasih Ummi, Aisyah sangat senang. Semoga saja Mas Fadli juga menyukai Aisyah."
"Aamiin, youwes mending kamu beres- beres bentar lagi Abi-mu mau bagi- bagi makanan nduk." Suruh sang ibu, dengan wajah riang Aisyah ke dapur tidak sabar menunggu jawaban Ustadz Fadli.
"Subhanallah pak Kyai, siapa pemuda beruntung yang di sukai Aisyah Pak kyai?" Tanya Fadli dengan raut wajah bahagia.
"Alhamdulillah nak, bapak sangat bersyukur ternyata pemuda yang di tunggu Aisyah adalah kamu." Jawab Kyai Haji Ahmad, jam seperti terhenti tidak tahu harus bahagia atau tidak. Aisyah memanglah seperti bidadari yang di dambakan setiap pemuda, Fadli juga merasa beruntung jika memiliki istri yang baik akhlaknya seperti Aisyah. Tapi ada banyak keraguan dalam diri Fadli. Fadli merasa tidak pantas untuk gadis sebaik Aisyah. Aisyah memiliki latar belakang yang baik, bahkan Aisyah sudah hampir mendekati sempurna. Fadli yakin jika Aisyah menjadi ibu akan mampu membimbing anak- anaknya menjadi anak yang shaleh dan taat beribadah.
"Subhanallah ... Begini pak Kyai, Saya merasa bersyukur dan beruntung. Tapi ada keraguan dalam diri saya Aisyah adalah gadis yang hampir sempurna sementara saya memiliki banyak kekurangan. Saya hanya takut tidak dapat membahagiakan Aisyah pak Kyai, saya juga takut mengecewakannya sebagai suaminya." Jawab Fadli merasa tidak enak.
Kyai haji Ahmad tersenyum menepuk bahu Fadli, bahkan Fadli adalah pemuda yang tepat untuk Aisyah. Bagi Kyai Ahmad jika Aisyah menyukai Fadli bukanlah pilihan yang salah. "Begini saja nak Fadli, cobalah pikirkan matang- matang lagi 1 bulan nak Fadli bapak kasih waktu, kamu bisa datang berikan jawabannya. Apapun keputusan nak Fadli Bapak akan menyerahkan semua pada Gusti Allah Swt." Fadli terdiam sejenak, kemudian mengangguk. Fadli harus memikirkan matang- matang permintaan untuk mempersunting Aisyah. Bukan karena Fadli ingin mendapatkan lebih, tapi Fadli tidak ingin mengecewakan Aisyah bila salah mengambil keputusan.
"Terimakasih Kyai."
"Silahkan minum lagi nak Fadli." Suruh Kyai Ahmad yang kini ikut menikmati teh melati hangat buatan istrinya.
Di rumah Fadli masih memikirkan ucapan Kyai Ahmad untuk melamar Aisyah gadis baik dan taat agama. Karena merasa gelisah Fadli memutuskan untuk berwudhu agar tenang. Rey dan gadis terbuka itu sudah tidak ada di rumah, Fadli sedikit merasa bersyukur. Setidaknya Fadli dapat bernapas di rumah sepetak ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments