Utang 2 Milyar

Kampus

Rey kini fokus dengan skripsinya, dia ingin sebelum menikah sudah lulus agar dapat memiliki pekerjaan. Sejujurnya Rey sangat malu di usianya seperti sekarang masih mengandalkan Fadli kakaknya. Rey juga sedikit kasihan dengan Fadli yang banyak berkorban untuknya, Fadli selalu memberikan fasilitas yang terbaik untuknya. Tapi untuk dirinya sendiri Fadli hanya memakai barang bekas.

"Rey clubing yuk!" Ajak Santi meluk leher Rey dari belakang. Rey segera melepaskan kedua tangan Santi dari lehernya.

"Sorry San, gue fokus ngerjain skripsi. Lo aja deh," tolak Rey dengan cara halus. Santi memang sering menunjukkan perasaannya pada Rey secara terang- terangan. Tapi Rey tidak pernah menganggap serius, bagi Rey saat itu Santi hanya perempuan yang dapat ia manfaatkan untuk mengerjakan tugas- tugas sulit mata kuliahnya.

"Gak asik deh lu!"

Rey tertawa geli, kemudian kembali fokus dengan laptopnya. "Maaf ya San, gue sibuk banget." Santi mendengus kemudian mengangguk.

"Yaudah deh gue pergi sama anak- anak yang lain." Pamit Santi meksipun masih kesal tidak biasanya Rey sangat rajin seperti sekarang.

"Oke." Jawab Rey tanpa menoleh.

Karena merasa lapar Rey memutuskan ke kantin bersama Andre dan Muklis yang kebetulan lewat. Mereka memang berteman dekat sejak duduk di bangku SMA. Rey cenderung cuek dan kasar, Andre si playboy dan Muklis yang paling dewasa 3 teman itu saling melengkapi.

"Sini aja Rey," ajak Muklis memilih tempat duduk yang nyaman. Rey dan Andre langsung mengikuti Muklis. Mereka mulai memesan nasi goreng spesial dengan es teh.

"Tunggu bentar ya Mas,"

"Iya buk," jawab Muklis dan Andre. Rey yang malas bicara fokus bermain ponsel.

"Hp baru Rey?" Tanya Muklis takjub setahun 3 Rey ganti ponsel.

"Hm..." Jawab Rey.

"Wah enak banget ya di Rey ada Bang Fadli yang royal." Puji Andre takjub.

"Iya Rey lu gak kasian apa sama Abang lu yang banyak ngabisin duit buat lu? Padahal umurnya udah pantes untuk nikah Rey." Tanya Muklis yang memiliki hati baik.

"Enggak." Jawab Rey acuh.

"Rey- Rey, lo tau nggak setiap apa yang dia kasih bisa aja suatu saat ada bayarannya?" Tanya Andre sambil cengar- cengir. Rey menatap Muklis sambil mengangkat bahunya pertanda tidak tahu.

"Emangnya apa bayarannya, Rey kan pengangguran miskin lagi." Tawa Muklis pecah melihat wajah masam Rey.

"Meskipun gue kesel tapi ucapan Muklis ada benarnya. Memangnya apa bayarannya?" Tanya Rey heran.

"Bisa aja bukan uang, tapi sesuatu yang lo sayang."

Muklis tergelak.

"Maksud lo cewe Rey, kalau gitu gue juga mau kali. Secara Bella lebih cakep dari artis indo." Rey yang kesal memukul kepala temannya dengan tas.

"Bugghhttt....!"

"Bugghhttt.....!"

"SIALAN LO REY ....!!" Teriak Muklis dan Andre.

"Makannya mulut lo jangan lemes." Ketus Rey, Muklis dan Andre tertawa. Rey memang cemburuan jika menyangkut pacar cantiknya Bella.

Saat waktu menunjukkan pukul 1 siang Rey bergegas pulang, tapi kebetulan Andre menghentikan motor yang sedang ia kendarai. Dengan raut wajah kesal Rey terpaksa berhenti seharusnya sekarang dia bisa makan siang bersama Bella. "Apaan sih lo Dre!" Teriak Rey kesal.

"Hehe sorry, gue nebeng ibu gue di rumah sakit butuh gue." Rey mengerti segera menyuruh Andre naik, Andre memang sedang dalam masa sulit setiap bulan ibunya harus menghabiskan banyak uang untuk cuci darah.

"Naik gih!" Dengan senyuman bahagia Andre segera duduk di jok belakang. "Tapi jangan peluk gue ya, ilfil gue!" Peringat Rey yang di abaikan Andre.

"Bukan gue namanya kalau nggak langgar aturan." Rey memutar bola matanya inilah Andre tidak bisa sehari saja membuatnya tenang.

Mereka kini berjalan melintasi jalan raya menuju rumah sakit. Namun sialnya di tengah jalan mereka di hentikan 3 orang dengan perawakan tinggi besar.

"BERHENTI KALIAN ....!!" Teriak mereka karena di kepung Rey menghentikan sepeda motornya.

"Apa- apaan ini Om, Om kira ini jalan nenek moyang?!" Teriak Rey kesal menatap mereka.

"Iya bener banget. Jelek- jelek jangan jadi sampah masyarakat napa Om." Nasihat Andre dengan wajah kocaknya.

"Lu berdua harus ganti rugi, temen lo Muklis melarikan uang 2 Milyar dan semua kontrak atas nama kalian dengan tanda tangan resmi." Mendengar itu Rey dan Andre tertawa tidak mungkin Muklis yang polos dan baik hati berbuat seperti itu. Mencuri uang 10 ribu saja tidak pernah.

"Haha ... Mabok dia, dia kira kita bisa di tipu- tipu." Tawa Andre pecah.

"Om jangan gila Muklis itu anak culun." Bantah Rey kesal perjalanannya terganggu karna mereka.

"Somat tunjukkan kontrak resmi yang sudah di sahkan." Perintah sang ketua, Somat langsung mengeluarkan kontrak tersebut dan benar itu memang kontrak resmi.

"ASTAGFIRULLAH ....!!!", Teriak Andre terkejut, bahkan Andre yang tidak ingat tuhan jadi menyebut saking kagetnya nama serta tanda tangannya terpampang jelas di situ. Makai duitnya saja tidak pernah mereka malah sudah jadi penjamin utang 2 Milyar belum dengan bunga 45%.

"Gue mau mati!" Teriak Rey menatap kertas berisi kontrak itu dengan tidak percaya.

Karena panik Rey langsung menjalankan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, mereka seperti ikan hidup tanpa air kesulitan untuk bernapas memiliki hutang 2 Milyar tanpa meminjam.

"JANGAN LARI KALIAN ....!!" Teriak pria tinggi besar kini mengejar mereka menggunakan mobil sedan hitam.

"Sumpah mau sampai kapan dia ngejar kita, yang laju Rey gue belum siap mati muda karena bayar utang orang lain."

"Lo kira lo aja, skripsi gue aja belum kelar. Gue juga pengangguran tiba- tiba punya utang 2 Milyar. Seminggu lagi gue nikah."rutuk Rey betapa sialnya dia sekarang.

"Gue juga harus bayar biaya cuci darah ibu gue. Dan lo tau kerjaan gue cuman paruh waktu di kantor cabang." Andre bicara seperti menangis dengan perasaan bak tersayat.

"Jadi gimana Dre kita lapor polisi aja Dre. Meskipun dia temen kita kalau gini ceritanya pengen gue bunuh. Gue nggak mau jadi buronan ya!" Rengek Rey kini menghentikan sepeda motornya di depan kantor polisi.

"Bagus juga ide lu, kurang ajar si Muklis. Bisa- bisanya dia yang gue anggap baik justru ngisap darah gue sampai kering." Jawab Andre setuju. Mereka berdua kini melangkah memasuki kantor polisi, petugas polisi langsung menindak lanjuti kasus ini.

"Kalian tenang saja, jadi saya rasa kalian harus sembunyi dulu sebelum saya menemukan Muklis." Rey dan Andre setuju jika mereka keluar, bisa- bisa mereka di gebukin 3 pria tinggi besar tadi.

"Bapak jamin keselamatan kami sebagai warga lokal- kan?" Tanya Andre memastikan ucapan polisi dengan nama Dana.

"Iya anak muda." Jawab Dana tersenyum menatap 2 mahasiswa yang panik.

Terpopuler

Comments

Linda Ratih

Linda Ratih

justru yg kliatan alim yg bahaya

2021-09-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!