Shaka tercengang airmata turut berurai menyaksikan pemandangan memilukan ini, hatinya bergejolak mengutuk dirinya sendiri akibat ulahnya iya membunuh nyawa pak Damiri meski tanpa sengaja. kesan maskulin dan tangguh itu runtuh seiring rasa bersalahnya iya pun bersujud pada sesosok yang telah terbujur tak bernyawa itu, diraihnya tangan dingin itu dan dia berucap
"saya Shaka Ibrani Darmawan Mahantara berjanji akan menjaga dan melindungi Syaqina Azahra menggantikan anda"
hampir 30 menit Syaqina pingsan kenyataan ini memang terlalu berat untuknya kehilangan satu satunya keluarga yang ia miliki. sementara semua biaya administrasi hingga biaya dan proses pemakan sudah di persiapkan oleh orang suruhan keluarga Darmawan hanya tinggal menunggu Syaqina siuman saja maka jenazah pak Damiri siap untuk di bawa pulang.
Tubuh mungil itu masih terbaring lemah matanya yang sembab wajahnya memucat Shaka terus memandangi wajah gadis malang itu, perlahan iya menyibak rambut panjang sepunggung yang menutupi bagian pipi nya perlahan membelainya jilbabnya sengaja di buka oleh seorang suster sewaktu ia jatuh pingsan tadi hal itu untuk meregangkan peredaran darahnya supaya lancar.
sungguh menyakitkan sekali takdir hidupmu
batinya berbicara, Shaka pun seakan hanyut dalam duka yang mendalam hingga matanya mengeluarkan butiran butiran crystal tanpa ia sadari jatuh mengenai pipi Syaqina, tak lama matanya terbuka dengan perlahan
Syaqina masih mencoba mengingat kejadian terahir yang ia alami sebelum kesadarannya hilang setelah memory nya kembali iya dapatkan ia langsung terbangun dan ingin segera berlari, Shaka yang menyaksikan reaksi Syaqina langsung mencegahnya dan menariknya dalam pelukannya.
"kamu tenang dulu ..kamu harus tabah ikhlaskan kepergian Ayahmu"
ucapnya sambil terus memeluk Syaqina
"aku ingin melihat ayah,, ayah pasti masih hidup dan baik baik saja"
Syaqina terus berontak namun tak juga mampu mengalahkan pelukan Shaka
"kamu tenang, aku akan menemanimu melewati ini semua, sekarang tenangkan hatimu kita harus mengantarkan Ayahmu untuk pulang, kalau kamu benar benar menyayangi Ayahmu maka kamu tidak akan bersikap seperti ini."
perlahan Syaqina mulai bisa menerima keadaan ini, meski hatinya sedih hancur, kecewa iya tak lagi se histeris tadi.
setelah Syaqina cukup tenang ia pun beranjak pulang membawa jenazah Ayahnya pulang meski tak henti hentinya menangis kepergian sang Ayah. Dalam perjalanan pulang Syaqina senantiasa setia berada di samping jenazah sang ayahnya hingga sampai di tanah pemakaman Syaqina tetap memeluk erat keranda sang Ayah.
Gundukan tanah merah kini telah bertabur bunga para pelayat sudah mulai pergi meninggalkan jasad lelaki tua itu. hingga tinggallah Syaqina seorang dan Shaka berada sedikit jauh posisi Syaqina saat ini. Rasa bersalah Shaka semakin memuncak ketika melihat gadis itu tak henti hentinya menangis kepergian Ayahnya. dadanya semakin sesak memendam kesalahan ini, baginya dia tak lebih dari seorang ba******n br*******k yang tak berani mengakui kesalahannya dan hanya bersembunyi di balik topeng kebohongan.
"Ini sudah siang ayo kita pulang, besok kamu bisa kesini lagi, kamu harus istirahat pikirkan kondisi kesehatan kamu, aku yakin Ayah kamu tidak akan menyukai jika kamu seperti ini terus"
bujuk Shaka namun tak juga mendapat jawaban dari Syaqina namun Shaka tetap tak putus asa.
"aku...mohon jangan terus terusan seperti ini, coba kamu pikir kalau kamu seperti ini ayah kamu pasti akan sedih. kamu harus bangkit kamu harus lanjutkan hidupmu"
begitu mendengar kata Ayah gadis itu langsung bereaksi dan sesaat menoleh pada Shaka kemudian Shaka pun mendekat dan menarik tangannya membantunya berdiri dan perlahan mundur dan meninggalkan makan ayahnya dengan berpamitan.
"yahhh...Syaqina pulang dulu besok syaqi datang lagi temui Ayah" ucapnya dengan linangan air mata
keduanya pun berjalan meninggalkan Area pemakaman dan mobil Shaka sudah terparkir di luar sana lengkap dengan seorang supirnya. sang supir tampak keluar dan membukakan pintu mempersilahkan Tuannya masuk diikuti kemudian oleh Syaqina.
Sepanjang perjalanan hanya hening yang terasa tak ada suara selain suara mesin kendaraan. Syaqina terus memandang keluar jendela mobil menyaksikan pemandangan di luar sana dengan tatapan kosong. mobil pun berhenti di depan rumah sederhana bercat minimalis.
"terimakasih karena kamu sudah begitu baik terhadap kami, untuk semua biaya yang telah anda keluarkan saya pasti akan menggantinya secepatnya"
ucapnya ketika hendak turun dari mobil mewah tersebut
"kamu tidak perlu memikirkannya sekarang, kalau boleh aku akan turun ada yang harus aku bicarakan denganmu"
Syaqina pun menjawab dengan Anggukan kepala sebagai isyarat memberi izin.
tak lama keduanya pun turun dan berjalan menuju teras rumah yang sepi itu, karena memang sebelumnya hanya di huni oleh dua orang yaitu Syakina dan pak Damiri
"dari kemaren kamu belum makan, kamu harus makan aku sudah minta supirku membelikan makan sebentar lagi datang kita makan bersama "
"aku tidak lapar"
jawab Syaqina dengan malas ia masih terduduk di sofa ruang tamu
"tapi aku lapar, dari tadi malam aku juga tidak makan"
jawab Shaka seraya memohon
Syaqina pun menyadari itu jika sejak tadi malam laki laki itu selalu bersamanya, dan akan semakin bersalah jika ia tetap pada pendiriannya menolak niat baik Shaka untuk makan
bener juga dia kan dari tadi malam nemenin gue, kalau dia sampai kelaparan gue dhonk yang bakal di salahkan
bisiknya dalam hati.
tak lama supir Shaka pun datang membawa dua kotak makanan kemudian diserahkan pada tuannya.
Shaka pun segera membukanya dan meletakkan didepan Syaqina, meski enggan akhirnya mereka menikmati makan siang itu.
tak seperti biasanya hari masih pukul 13.00 mendung sudah menggelayuti langit dengan tebal sesekali guntur menggelegar angin pun berhembus pertanda hari akan turun hujan.
tiba tiba kilatan petir berkelebat hingga menghasilkan suara menggelegar seketika Syaqina berteriak histeris menutup telinganya dengan menangis dn ketakutan, melihat keadaan Syaqina yang seperti itu Shaka dengan refleks segera memeluk dan memenangkannya.
"ayah...ayah tahukan Syaqina paling takut dengan suara petir seperti ini, kenapa Ayah tega tinggalin Syaqi,"
tangisnya kembali pecah
Syaqina memang punya trauma terhadap hujan petir seperti ini ia sangat membenci petir dan hujan karena dulu ia ditinggalkan pergi oleh ibu dan adiknya ketika cuaca seperti ini, bahkan ia ditinggal dan dikunci dalam rumah sendirian.
"kamu tidak perlu takut ada aku disini"
suara Shaka sembari memeluk dan menenggelamkan wajah ketakutan gadis itu dalam dadanya
hujan turun sangat lama meski suara petir dan guntur tak lagi ada namun wajah ketakutan terlihat jelas belum enyah dari dirinya
"kamu pasti mau bilang aku lebay karena takut dengan hujan dan petir "
tiba tiba Syaqina berkata
"setiap orang punya cerita dan alasan tersendiri atas maslahnya termasuk rasa takutnya terhadap suatu hal"
jawab Shaka tegas
"dulu saat aku berusia lima tahun ibuku pergi meninggalkan aku dengan membawa adikku saat itu dikunci di dalam rumah ini sendiri di tengah hujan petir, sampai akhirnya ayah pulang pada saat hampir tengah malam , dan sejak saat itu aku begitu membenci hujan dan petir karena aku berpikir hujan dan petirlah yang membawa mereka pergi dariku"
Shaka masih tercengang dengan apa yang diceritakan Syaqina, bagaimana mungkin seorang ibu tega meninggalkan anaknya dan menguncinya di dalam rumah sendirian di tengah hujan dan petir.
"dan hari ini hujan dan petir juga telah membawa Ayahku pergi"
sambungnya lagi dengan terisak
bukan hujan dan petir yang membawa Ayahmu pergi tapi aku, aku yang sudah menyebabkan Ayahmu pergi Syaqina
rasa bersalah Shaka kembali menyerang pikirannya. semakin ia melihat kenyataan tentang Syaqina yang hidupnya selama ini penuh dengan cerita pilu semakin membuatnya begitu takut untuk mengakui kesalahannya.
mulai sekarang kamu tak perlu lagi takut akan hujan dan petir karena aku akan berusaha untuk menengkanmu dan menemanimu.
batinya terus berkecamuk hingga membuatnya bingung harus jujur dan mengakui jika penyebab kecelakaan yang menimpa Ayahnya adalah dirinya.
tanpa terasa siang telah berganti sore dan sore pun telah menjemput malam. Syaqina telah tertidur di sofa ruang tamu begitupun dengan Shaka. melihat wajah lelah keduanya Bayu supir Shaka tak tega untuk membangunkan tuan muda nya hingga iya pun memutuskan untuk ikut menjaga keduanya dengan tidur di lantai beralaskan karpet.
PEMBACA TERSAYANG AUTHOR MINTA DUKUNGANYA YA DENGAN MEMBERIKAN LIKE, DAN COMENTNYA SUPAYA AUTHOR SEMANGAT LAGI NGE UP NYA🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Eli
sedisekali nasio sakinah😩
2022-11-26
0
M Pandeka Sutan
sips... jempol buat authornya, sampai eoisode ini masih terlihat natural..
Jangan kaya novel2 yg lain yg tokoh orang kayanya terlalu berlebihan... salut untuk mu....
2021-10-27
0
Afseen
hayo saka peyuk2 teyus
2021-06-26
0