Tiga jam sudah waktu berlalu semenjak pak Damiri dibawa masuk ke ruang operasi namun lampu operasi masih menyala hijau, sementara Syaqina masih menunggu dengan cemas, perasaannya campur aduk gelisah tak karuan dia berdiri, berjalan hingga duduk lagi mondar mandir membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan pusing. Tak jauh darinya Shaka masih setia menemani Syaqina tak di pungkiri raut wajahnya tak kalah tegang bahkan lebih dari itu ketakutan mulai muncul dalam pikirannya meski selalu di tepi dan usir jauh jauh dari pikirannya. Syaqina yang hanya fokus pada keadaan ayahnya seolah tak merespon adanya sosok lelaki itu, bahkan ketika Shaka pergi dan sesaat kembali membawa 2 cup minuman hangat Syaqina pun tak menyadarinya.
"kamu minum susu hangat ini dulu biar badan kamu segar, dan nggak terlalu tegang "
ucapnya sambil menyodorkan susu dalam cup namun hanya di jawab dengan ngelengan kepala
"Kalau kamu sakit siapa yang akan menjaga dan merawat ayah kamu nanti"
mendengar ucapan itu Syaqina langsung mengambil susu yang masih disodorkanya dan segera meminumnya. Shaka pun tersenyum lega bagaimana tidak setelah kurang lebih 5 jam iya menyaksikan gadis itu dilanda kecemasan ketenggan dan juga tak henti- hentinya menangis meski tak mengeluarkan suara dan hanya air matanya yang berlinang linang. tak lama lampu ruang operasi pun padam dokter dan beberapa perawat keluar
"dok..bagaimana operasinya ayah saya ?"
Syaqina seakan tak sabar untuk segera mendapat kabar atas keadaan ayahnya
"untuk sejauh ini operasinya berjalan lancar, namun mengingat kondisi dan faktor usia pasien yang sudah tidak muda lagi kemungkinan lain bisa saja terjadi, namun untuk operasinya sudah berhasil, pasien masih belum sadarkan diri masih dalam pengaruh obat bius"
"saya boleh bertemu dengan ayah kan dok?" Syakina tampak berkaca kaca
"nanti setelah keadaan pasien stabil dan dipindah ke ruang perawatan anda bisa menemuinya, tapi untuk sekarang ini ayah anda masih harus dalam pengawasan kami, banyak banyak berdoa dan serahkan pada Allah ya, saya akan kembali memantau perkembangan pasien, yang sabar ya"
Syaqina terduduk lemas setelah mendengar penjelasan dokter, itu artinya dia masih belum mendapat kabar yang cukup baik. kembali air matanya menggenangi pelupuk matanya Shaka pun mendekatkan dirinya dan memberi kekuatan pada gadis manis itu
"hey...kamu tenang kamu harus yakin ayah kamu pasti baik baik saja, ayah kamu akan sembuh"
ucapnya sembari berjongkok di depan Syakina tanpa berkata kata Syakina merangkul tubuh maskulin Shaka dan menangis sejadinya
"kamu tenang...aku akan temenin kamu melewati semua ini"
Syaqina menangis sejadinya karena dia benar benar bingung tak tahu harus berbagi beban ini dengan siapa, sementara di dunia ini hanya ayahnya yang dia punya, bayangan buruk itu selalu menganggu pikirannya dan membuat takut kalau sampai harus kehilangan sang ayah. Syaqina terus menangis dalam pelukan Shaka bahkan dia tak peduli meski tak mengenal siapa sebenarnya Shaka yang dia tahu dia orang yang baik yang telah membantu dan menolong ayahnya dan juga menaminya selama berjam jam di rumah sakit.
"menangislah agar beban perasaan kamu berkurang, aku akan menjadi teman dan tempat untukmu melewati semua ini"
entah apa yang sedang Shaka lakukan bagaimana mungkin seorang Shaka ibrani Darmawan Mahantara bisa se mellow ini padahal Shaka terkenal dengan pribadi yang dingin dan datar apalagi dengan orang asing yang belum iya kenal sebelumnya. bagaimana tidak dia adalah putra kolomerat di kota ini darah biru masih mengalir kental dalam darahnya tak mungkin dia akan bisa membaur dengan orang biasa seperti ini.
cukup lama Syaqina melepaskan semua beban perasaannya dengan menangis sampai akhirnya dia merasa berkurang kesedihannya. seperti ada kekuatan baru dan rasa tenang saat sebuah pelukan menguatkan dari sesosok orang asing yang baru dia kenal beberapa jam lalu, sadar akan hal itu dia segera menarik diri dari pelukan hangat itu dan keduanya terlihat canggung
"maa maaf sa...saya terbawa suasana"
ucap Syaqina dengan pipi kian memerah dan hanya mampu tertunduk malu suasana berubah hening tak ada yang berkata kata sampai pada akhirnya salah satu perawat memanggil Syakina memberi tahu jika Ayahnya sudah bisa ditemui dan sudah dipindah ke ruang perawatan. tak menunggu lama Syaqina pun segera berjalan tergesa menuju ruang perawatan seperti yang di beritahukan perawat tadi.
ada rona bahagia terpancar dari wajahnya akhirnya bisa bertemu dengan Ayah tercintanya sambil terus menahan haru dan ingin menunjukkan ketegaranya di hadapan sang ayah Syaqina segera memeluk Ayahnya yang masih setengah sadar ada luka2 yang di tutup perban di beberapa tangan dan kaki korban dan yang terparah di bagian kepala karena itu bekas operasi tadi
"yahhh kenapa bisa jadi begini, Syaqina takut kalau harus sendirian yah,.."
ucapnya lirih di telinga sang ayah sambil memeluk pelan tubuh ayahnya. dengan airmata yang terus menghujani pipi . perlahan suara sang ayah terdengar oleh Syaqina
"Syaqina...anak ayah ja...ngan me..nanang.. is a..ayah t..tak ..pa ..pa maa..af kan a..yaa..hh ta..k bii..ss..a pe..nu.hi janji "
rasa kawatir itu kian menyeruak di hati Syaqina melihat sang ayah dengan nafas tersengal sengal, Syaqina pun panik dan menjerit ketika melihat ayahnya semakin melemah Shaka segera berlari memanggil dokter, sesaat dokter dan perawat masuk dan meminta mereka berdua untuk keluar ruangan. Syaqina pun menangis tubuhnya ikut melemah beruntungnya ada Shaka yang dengan sigap memapahnya dan mendudukkannya di bangku tepat kamar rawat sang Ayah, perlahan keadaan Syaqina tampak lebih baik seiring dengan penjelasan dokter bahwa keadaan Ayahnya kini belum stabil dan belum boleh diajak berbicara terlalu lama.
"maaf ya Shaka sepertinya ini sudah subuh saya mau melaksanakan sholat subuh dulu"
pinta Syaqina dengan pelan
"iya..Silahkan biar aku disini yang jagain ayah kamu"
"terimakasih ya Shaka dari semalaman kamu sudah membantu kami"
"sudahlah, buruan ntar keburu subuh ya habis"
Syaqina berjalan menuju musholla sementara Shaka menatap kepergian gadis itu tanpa berkedip, baginya Syaqina sekilas memang hanya seorang gadis yang biasa saja namun entah mengapa beberapa jam bersamanya telah mampu merubah seorang Shaka putra kaum sultan namun bisa lebih merakyat.
disisi lain Shaka masih dihujam rasa bersalah bagaimanapun juga akibat ulah cerobohnya hingga membuat orang lain menderita.
"maaf tuan, pasien ingin berbicara pada anda"
suara seorang perawat itu membuyarkan lambannya
"iya..baik saya akan kesana"
jawabnya gugup, tanpa menunggu lebih lama ia pun masuk ke dalam ruang rawat pak Dam
"maaf bapak mencari saya ?"
tanyanya pelan setelah sampai di ruangan itu, pak Dam masih tampat lemas meski kali sudah jauh lebih baik
pak Dam hanya menganggukkan kepalanya tanpa berkata kata
"sekali lagi saya mohon maaf pak atas kejadian ini , saya benar benar tidak sengaja. tapi bapak tidak usah khawatir saya akan bertanggung jawab untuk semua ini, seluruh biaya pengobatan dan operasi bapak saya akan menggung semua termasuk biaya pertanggung jawaban selama bapak belum bisa beraktivitas lagi, tapi saya mohon jangan sampai bawa kasus ini pada polisi karena saya tidak mau reputasi keluarga besar saya rusak pak. bapak boleh meminta ganti rugi apapun itu, berapapun itu saya akan penuhi."
jelas Shaka panjang lebar. namun pak Dim hanya tersenyum lemah.
" sa..ya tidak akan memperpanjang kejadian ini, saya hanya minta 1 hal untuk anda tolong..jaga anak perempuan saya satu satunya yang saya punya di dunia ini. terus terang saya tidak akan sanggup melihatnya sendiri menjalani kehidupannya setelah saya tinggal, dia alasan saya untuk bertahan hidup, dia gadis yang baik saya minta tolong bantu dia mewujudkan mimpinya untuk bisa lulus kuliah dan bergelar sarjana"
sungguh permintaan dan syarat yang sangat sederhana untuk seorang keturunan Darmawan Mahantara bukan masalah untuk mewujudkan itu semua batin Shaka
"iya bapak tenang saja saya akan penuhi semua itu, bapak tidak perlu cemas saya janji pak "
"tolong jaga Syaqina untuk bapak,.."
tak lama terdengar suara pintu dibuka dan itu adalah Syaqina yang baru selesai sholat subuh
"ayah...."
dipeluknya erat tubuh pak Damiri oleh putri semata wayangnya
"nak...Sya ..kamu janji apapun permintaan ayah kamu akan turuti saat ini?"
"kenapa ayah bicara seperti ini, sudah pasti apapun yang Ayah inginkan Syaqina kan penuhi asalkan ayah cepat sembuh."
"tolong maafkan orang yang telah tanpa sengaja menabrak Ayah, kamu tidak boleh menyimpan benci apalagi dendam padanya..ini semua takdir Allah nak."
"Tapi Yah...orang itu sudah buat Ayah menderita dia harus bertanggung jawab untuk kelalaiannya "
"nak...kamu menyayangi Ayah bukan ?"
"tentu ..Syaqina sangat menyayangi Ayah karena cuma ayah yang Syaqina miliki didunia ini, kenapa Ayah berkata seperti ini?"
"ingat pesan Ayah nak, jadilah manusia pemaaf jangan menyimpan benci dan juga dendam, karena itu semua bisa menyesatkanmu"
seketika suara pak Damiri melemah dan nafasnya tak beraturan seperti sesak di dada hingga tenggorokan dan perlahan menghilang
"ayah....!ayah... kenapa , tolong jangan tinggalkan Syaqi..ayahhhhhhhhhhh"
suara itu seakan menggema memecah keheningan pagi yang masih buta berselimut kabut, seketika tubuh ramping itu melemah seiring senyum tenang menghiasi wajah sang Ayah dengan mata tertutup
dunia Syaqina seakan berhenti berputar tubuhnya turut terkulai ke lantai beruntung tangan kekar itu segera menangkapnya kemudian membopongnya ke atas bangkar ya Syaqina jatuh pingsan saat melihat Ayahnya tak lagi bergeming.
Terimakasih yang sudah membaca cerita ku semoga suka dengan ceritanya🤲 mohon maaf jika banyak Typo atau pun alur cerita yang sesuai. AUTHOR mohon dukungannya untuk like dan comentnya🙏🏻🙏🏻😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Nila
lanjut
2024-06-08
0