Tengah Hari hampir berlalu namun Matahari masih saja bersinar terik. Walau demikian, Haris dan Ibunya tetap berkunjung ke rumah haji Zakaria dan memilih mengabaikan pekerjaan mereka. Haris dan Ibu sepakat untuk menolak tawaran yang lebih kurang sebulan silam beliau ajukan. Ada keraguan di hati ibunya.
Begitu memasuki halaman rumah haji Zakaria, ibu langsung tampak cemas. Berbeda dengan ekspresi Haris yang terlihat tenang walau sebenarnya Haris juga merasakan hal yang sama dan ia merasa tidak enak untuk mengatakan bahwa ia sudah memiliki calon istri pilihan nya sendiri.
Entah bagaimana nantinya pendapat haji Zakaria mengenai hal ini, rasanya ia tidak sanggup membayangkan raut wajah kecewa yang terpatri di wajah beliau.
Haji Zakaria sangat kharismatik dan bersahaja. Wajah beliau yang teduh mengisyaratkan kebaikan dan kepribadian yang taat terhadap perintah Allah. Begitu melihat kedatangan Haris beliau langsung sumringah dan mengajak mengobrol di ruang santai, sedangkan ibu nya Haris menemui hajjah Aisyah istri dari haji Zakaria di ruang lainnya.
“Alhamdulillah kamu berkunjung hari ini, kita lagi panen duku dan rambutan, rencana jika kamu tidak kesini, Abah dan ummi yang akan mengantarkan ketempatmu, ini dicoba dulu dukunya, kita panennya jarang-jarang, Alhamdulillah kali ini banyak dan berlimpah, Sebagian bisa kita sedekahkan, sedikitnya bisa kita konsumsi” Abah menjelaskan pada Haris seraya mengambil buah duku yang terletak di meja lalu mengupas kulit dan memakannya.
“Alhamdulillah bah, ini dukunya manis masya Allah” Haris juga mengikuti abah ikut memakan buah duku yang tampak segar, tak lupa mereka membaca basmallah sebelum menyantapnya.
Mereka mengobrol tentang banyak hal, bagaimana cara berkebun yang baik, membahas masalah pengairan, hingga menyerempet ke kisah-kisah para nabi.
Mengobrol dengan haji Zakaria selalu menyenangkan dan tentunya Haris seringkali membawa pulang ilmu pengetahuan yang berharga. Hingga tiba saat mereka membahas masalah perjodohan, haji Zakaria memulai percakapan dengan mengucapkan,
“Nak, bagaimana perihal perjodohan kamu? Kamu sudah membahasnya bersama ibumu, kan? Abah 3 hari yang lalu tidak sengaja bertemu haji Amir di Mesjid At-Takwa. Selepas shalat kami membahas masalah ini dengan Panjang dan runtut, insya Allah beliau
siap menikahkan anaknya kepadamu dalam waktu dekat. Abah juga merasa begitu, umur abah sudah 70 tahun. Abah semakin sepuh, abah ingin sekali melihat kamu menikah” Ucap haji Zakaria panjang lebar.
Tenggorokan Haris tercekat, tiba-tiba bibirnya mengering dan ia merasa seperti
kehausan yang teramat sangat hingga tidak mampu berkata-kata. Menurut pendengarannya dari perkataan haji Zakaria, beliau sangat mengharapkan Haris menikah dengan putri satu-satunya haji Amir. Kini Haris pun Kembali dilemma untuk menjawab.
“Bagaimana, Nak? Kenapa kamu diam saja? Kamu sudah punya jawabannya kan?” Haji Zakaria seperti menangkap sinyal yang tidak enak dari raut wajah Haris.
“Eh hmh. Iya bah, insya Allah Haris siap menikah…” Haris menjawab gugup, belum sempat ia menyelesaikan jawabannya, haji Zakaria sudah memotong pembicaraannya
“Alhamdulillah, ini kabar baik, insya Allah kita akan mempersiapkan pernikahan kamu, dan dalam waktu dekat kita akan datang melamar” Haji Zakaria sangat puas mendengar jawaban Haris.
“Tapi bah…”
“Kamu tenang saja, Nak! Jangan khawatir, insya Allah kamu pantas bersanding dengan putri shaliha dari haji Amir. Pernikahan ini akan penuh dengan barakah" Haji Zakaria sumringah. Beliau sangat puas dengan hasil pertemuan mereka ini. Haris benar-benar sesuai dengan harapannya.
Haris tidak mampu berkata apa-apa lagi, perkataan haji Zakaria sukses membuat Haris tak berkutik. Padahal bukan begitu maksud yang ingin disampaikannya, ia hanya ingin mengatakan bahwa ia sudah punya calon pilihannya sendiri, namun sepertinya haji Zakaria tidak membiarkan ia mengungkapkan hal ini. Kini ia hanya bisa pasrah kemana takdir akan membawanya.
***
Di dalam kamar tampak Hana menangis tersedu, ia tidak menyangka akan dijodohkan seperti ini oleh kedua orang tuanya, abah mengatakan pemuda yang akan dijodohkan dengannya adalah seorang yang shalih, bagus agama dan kepribadiannya, Pendidikan juga bagus lagi mumpuni.
Hana hanya diam. Ia tak kuasa untuk membantah. Ia juga terlalu malu mengatakan bahwa ia tengah menunggu seseorang yang akan meminangnya, sedang ia sendiri tidak tahu bagaimana masa depannya nanti. Apa Gibran akan benar-benar pulang dan segera menikahinya? Namun bagaimana cara mengetahuinya? Sedangkan mereka tidak memiliki ikatan apapun. Namun di sisi lain ia juga tidak ingin dijodohkan seperti ini. Ia sama sekali tidak mengetahui siapa calon suaminya. Melihatnya saja tidak pernah apalagi mengenalnya. Ia sangat resah
dan gelisah. Ia mengalami kesedihan mendalam.
Andai Gibran datang melamarnya. Andai Gibran meminangnya langsung. Ia tidak akan merasa sedih sekaligus merasa bersalah jika menikah dengan orang lain.
Sebenarnya Abah dan Ummi tidak lah salah, Abah hanya tidak ingin ia terlibat dalam masalah percintaan diusianya
yang sudah layak menikah. Abah ingin putri semata wayangnya senantiasa terjaga dalam fitrah Islam, dalam izzahnya sebagai wanita, maka Abah langsung mencarikannya pasangan yang tepat sebagai tugas dan kewajiban orang tua untuk menikahkan putrinya pada pemuda yang tepat. Hanya saja abah tidak tahu bahwa ia dan Gibran sudah memiliki tujuan yang sama dalam merancang masa depan mereka.
Ia merasa harus mengatakan hal ini kepada Gibran. Iya. Ia harus menanyakan kepastian beliau apakah beliau bisa datang melamarnya sebelum pemuda yang menjadi pilihan abahnya akan duluan datang melamar. Ia pun menghapus air matanya, sedikit tersenyum, seperti nya secercah harapan masih berpihak padanya.
Hana bangun menuju kamar mandi, ia mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat sunnah terlebih dahulu sebelum menghubungi Gibran melalui pesan Wattsapp. Serta merta ia menggelar sajadahnya, memakai mukena hijau warna kesukaannya pemberian Gibran sebelum beliau berangkat ke Maroko, lalu bermunajah kepada Allah.
Ia menangis mengiba, ia berharap semoga Allah memudahkan segala urusannya. Memberikan takdir terbaik dan memberikan kebahagiaan yang tiada tara sessudahnya. Ia pun menutupnya dengan doa sapu jagat “Rabbanaa Aatina Fid Dunya Hasanah wa fil Aakhirati Hasanah wa Qiinaa ‘Adzaa Bannaar” Aamiiin Ya Rabbal ‘Aalamiiin.
***
.
.
.
Hai para pembaca, ini hanya sekedar ilustrasi gambaran visual sesuai imajinasi Author ya, kalian bisa mengimajinasikan sendiri ilustrasi gambaran visualnya sesuai dengan imajinasi kalian msing-masing. Author merasa gambaran visual ini yang paling sesuai dengan gambaran karakter pemeran dari cerita Author. Tampilan wajah-wajah Indonesia seperti pada umumnya. Semoga pembaca suka yaaa
Haris Abdurrahman Faiz (26 Tahun)
Hana Fathimah Ameer (19 Tahun)
Yura Shahia (20 Tahun)
Muhammad al-Gibran (26 Tahun)
Arini Lathifa (24 Tahun)
Ridwan Ibrahim (26 Tahun)
Lisa Ayuni (19 Tahun)
1. Haris Abdurrahman Faiz (Usia 26 tahun)
Hana Fathimah Ameer (19 tahun)
3. Yura Shahia (20 tahun)
4. Muhammad Al Gibran (26 tahun)
** 5. Arini Lathifa (24 tahun)**
Ridwan Ibrahim (26 tahun)
7. Lisa Ayuni
.
.
Mohon dukungannya teman-teman, jangan lupa like, komen dan vote, masukkannya sangat dinantikan, terima kasih
by: Alana Alisha
Ig: @alana.alisha
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Diah Ratna
Ridwannya oppa Hyun bin g nolak aku
2022-12-02
1
Viona
lanjut
2022-03-22
0
Si Cantik 21 + 🌽🍎
g suka visualnya...tapi suka ceritanya 😘
2021-09-16
1