Bab 5: Persetujuan Haris (Bonus Visual Para Tokoh)

Tengah Hari hampir berlalu namun Matahari masih saja bersinar terik. Walau demikian, Haris dan Ibunya tetap berkunjung ke rumah haji Zakaria dan memilih mengabaikan pekerjaan mereka. Haris dan Ibu sepakat untuk menolak tawaran yang lebih kurang sebulan silam beliau ajukan. Ada keraguan di hati ibunya.

Begitu memasuki halaman rumah haji Zakaria, ibu langsung tampak cemas. Berbeda dengan ekspresi Haris yang terlihat tenang walau sebenarnya Haris juga merasakan hal yang sama dan  ia merasa tidak enak untuk mengatakan bahwa ia sudah memiliki calon istri pilihan nya sendiri.

Entah bagaimana nantinya pendapat haji Zakaria mengenai hal ini, rasanya ia tidak sanggup membayangkan raut wajah kecewa yang terpatri di wajah beliau.

Haji Zakaria sangat kharismatik dan bersahaja. Wajah beliau yang teduh mengisyaratkan kebaikan dan kepribadian yang taat terhadap perintah Allah. Begitu melihat kedatangan Haris beliau langsung sumringah dan mengajak mengobrol di ruang santai, sedangkan ibu nya Haris menemui hajjah Aisyah istri dari haji Zakaria di ruang lainnya.

“Alhamdulillah kamu berkunjung hari ini, kita lagi panen duku dan rambutan, rencana jika kamu tidak kesini, Abah dan ummi yang akan mengantarkan ketempatmu, ini dicoba dulu dukunya, kita panennya jarang-jarang, Alhamdulillah kali ini banyak dan berlimpah, Sebagian bisa kita sedekahkan, sedikitnya bisa kita konsumsi” Abah menjelaskan pada Haris seraya mengambil buah duku yang terletak di meja lalu mengupas kulit dan memakannya.

“Alhamdulillah bah, ini dukunya manis masya Allah” Haris juga mengikuti abah ikut memakan buah duku yang tampak segar, tak lupa mereka membaca basmallah sebelum menyantapnya.

Mereka mengobrol tentang banyak hal, bagaimana cara berkebun yang baik, membahas masalah pengairan, hingga menyerempet ke kisah-kisah para nabi.

Mengobrol dengan haji Zakaria selalu menyenangkan dan tentunya Haris seringkali membawa pulang ilmu pengetahuan yang berharga. Hingga tiba saat mereka membahas masalah perjodohan, haji Zakaria memulai percakapan dengan mengucapkan,

“Nak, bagaimana perihal perjodohan kamu? Kamu sudah membahasnya bersama ibumu, kan? Abah 3 hari yang lalu tidak sengaja bertemu haji Amir di Mesjid At-Takwa. Selepas shalat kami membahas masalah ini dengan Panjang dan runtut, insya Allah beliau

siap menikahkan anaknya kepadamu dalam waktu dekat. Abah juga merasa begitu, umur abah sudah 70 tahun. Abah semakin sepuh, abah ingin sekali melihat kamu menikah” Ucap haji Zakaria panjang lebar.

Tenggorokan Haris tercekat, tiba-tiba bibirnya mengering dan ia merasa seperti

kehausan yang teramat sangat hingga tidak mampu berkata-kata. Menurut pendengarannya dari perkataan haji Zakaria, beliau sangat mengharapkan Haris menikah dengan putri satu-satunya haji Amir. Kini Haris pun Kembali dilemma untuk menjawab.

“Bagaimana, Nak? Kenapa kamu diam saja? Kamu sudah punya jawabannya kan?” Haji Zakaria seperti menangkap sinyal yang tidak enak dari raut wajah Haris.

“Eh hmh. Iya bah, insya Allah Haris siap menikah…” Haris menjawab gugup, belum sempat ia menyelesaikan jawabannya, haji Zakaria sudah memotong pembicaraannya

“Alhamdulillah, ini kabar baik, insya Allah kita akan mempersiapkan pernikahan kamu, dan dalam waktu dekat kita akan datang melamar” Haji Zakaria sangat puas mendengar jawaban Haris.

“Tapi bah…”

“Kamu tenang saja, Nak! Jangan khawatir, insya Allah kamu pantas bersanding dengan putri shaliha dari haji Amir. Pernikahan ini akan penuh dengan barakah" Haji Zakaria sumringah. Beliau sangat puas dengan hasil pertemuan mereka ini. Haris benar-benar sesuai dengan harapannya.

Haris tidak mampu berkata apa-apa lagi, perkataan haji Zakaria sukses membuat Haris tak berkutik. Padahal bukan begitu maksud yang ingin disampaikannya, ia hanya ingin mengatakan bahwa ia sudah punya calon pilihannya sendiri, namun sepertinya haji Zakaria tidak membiarkan ia mengungkapkan hal ini. Kini ia hanya bisa pasrah kemana takdir akan membawanya.

***

Di dalam kamar tampak Hana menangis tersedu, ia tidak menyangka akan dijodohkan seperti ini oleh kedua orang tuanya, abah mengatakan pemuda yang akan dijodohkan dengannya adalah seorang yang shalih, bagus agama dan kepribadiannya, Pendidikan juga bagus lagi mumpuni.

Hana hanya diam. Ia tak kuasa untuk membantah. Ia juga terlalu malu mengatakan bahwa ia tengah menunggu seseorang yang akan meminangnya, sedang ia sendiri tidak tahu bagaimana masa depannya nanti. Apa Gibran akan benar-benar pulang dan segera menikahinya? Namun bagaimana cara mengetahuinya? Sedangkan mereka tidak memiliki ikatan apapun. Namun di sisi lain ia juga tidak ingin dijodohkan seperti ini. Ia sama sekali tidak mengetahui siapa calon suaminya. Melihatnya saja tidak pernah apalagi mengenalnya. Ia sangat resah

dan gelisah. Ia mengalami kesedihan mendalam.

Andai Gibran datang melamarnya. Andai Gibran meminangnya langsung. Ia tidak akan merasa sedih sekaligus merasa bersalah jika menikah dengan orang lain.

Sebenarnya Abah dan Ummi tidak lah salah, Abah hanya tidak ingin ia terlibat dalam masalah percintaan diusianya

yang sudah layak menikah. Abah ingin putri semata wayangnya senantiasa terjaga dalam fitrah Islam, dalam izzahnya sebagai wanita, maka Abah langsung mencarikannya pasangan yang tepat sebagai tugas dan kewajiban orang tua untuk menikahkan putrinya pada pemuda yang tepat. Hanya saja abah tidak tahu bahwa ia dan Gibran sudah memiliki tujuan yang sama dalam merancang masa depan mereka.

Ia merasa harus mengatakan hal ini kepada Gibran. Iya. Ia harus menanyakan kepastian beliau apakah beliau bisa datang melamarnya sebelum pemuda yang menjadi pilihan abahnya akan duluan datang melamar. Ia pun menghapus air matanya, sedikit tersenyum, seperti nya secercah harapan masih berpihak padanya.

Hana bangun menuju kamar mandi, ia mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat sunnah terlebih dahulu sebelum menghubungi Gibran melalui pesan Wattsapp. Serta merta ia menggelar sajadahnya, memakai mukena hijau warna kesukaannya pemberian Gibran sebelum beliau berangkat ke Maroko, lalu bermunajah kepada Allah.

Ia menangis mengiba, ia berharap semoga Allah memudahkan segala urusannya. Memberikan takdir terbaik dan memberikan kebahagiaan yang tiada tara sessudahnya. Ia pun menutupnya dengan doa sapu jagat “Rabbanaa Aatina Fid Dunya Hasanah wa fil Aakhirati Hasanah wa Qiinaa ‘Adzaa Bannaar” Aamiiin Ya Rabbal ‘Aalamiiin.

***

.

.

.

Hai para pembaca, ini hanya sekedar ilustrasi gambaran visual sesuai imajinasi Author ya, kalian bisa mengimajinasikan sendiri ilustrasi gambaran visualnya  sesuai dengan imajinasi kalian msing-masing. Author merasa gambaran visual ini yang paling sesuai dengan gambaran karakter pemeran dari cerita Author. Tampilan wajah-wajah Indonesia seperti pada umumnya. Semoga pembaca suka yaaa

Haris Abdurrahman Faiz (26 Tahun)

Hana Fathimah Ameer (19 Tahun)

Yura Shahia (20 Tahun)

Muhammad al-Gibran (26 Tahun)

Arini Lathifa (24 Tahun)

Ridwan Ibrahim (26 Tahun)

Lisa Ayuni (19 Tahun)

1.  Haris Abdurrahman Faiz (Usia 26 tahun)

Hana Fathimah Ameer (19 tahun)

 

 

3. Yura Shahia (20 tahun)

4. Muhammad Al Gibran (26 tahun)

** 5. Arini Lathifa (24 tahun)**

Ridwan Ibrahim (26 tahun)

7. Lisa Ayuni

.

.

Mohon dukungannya teman-teman, jangan lupa like, komen dan vote, masukkannya sangat dinantikan, terima kasih

by: Alana Alisha

Ig: @alana.alisha

***

Terpopuler

Comments

Diah Ratna

Diah Ratna

Ridwannya oppa Hyun bin g nolak aku

2022-12-02

1

Viona

Viona

lanjut

2022-03-22

0

Si Cantik 21 + 🌽🍎

Si Cantik 21 + 🌽🍎

g suka visualnya...tapi suka ceritanya 😘

2021-09-16

1

lihat semua
Episodes
1 BAB I: Permintaan haji Zakaria
2 Bab 2: Dilema
3 Bab 3: Keputusan Haris
4 Bab 4: Pertemuan Pertama
5 Bab 5: Persetujuan Haris (Bonus Visual Para Tokoh)
6 Bab 6: Suara Hati
7 Bab 7: Sah
8 Bab 8: Berdesir
9 Bab 9: Berita Tak Terduga
10 Bab 10: Bertindak Layaknya Teman
11 Bab 11: Pertemuan di Cafe
12 Bab 12: Fakta Baru
13 Bab 13: Gejolak Jiwa Haris
14 Bab 14: Haris Bersama Wanita Lain
15 Bab 15: Dekapan Hangat
16 Bab 16: Hana Menunggu
17 Bab 17: Keinginan Ibu nya Arini
18 Bab 18: Insiden Ulat Bulu
19 Bab 19: Gamis dan Mukena Sutra
20 Bab 20: Makan Malam Absurd
21 Bab 21: Berita untuk Gibran
22 Bab 22: Kenyataan Pahit
23 Bab 23: Bangkit dari Keterpurukan
24 Bab 24: Selamat Atas Pernikahanmu
25 Bab 25: Rencana Arini
26 Bab 26: Orang yang Dituju
27 Bab 27: Villa Usang
28 Bab 28: Menyimpan Sejuta Makna
29 Bab 29: Kecelakaan
30 Bab 30: Suratan Takdir
31 Bab 31: Lisa menghampiri Gibran
32 Bab 32: Perdebatan Haris dan Hana
33 Bab 33: Arini Siuman
34 Bab 34: Temaram Cahaya
35 Bab 35: Sepertiga Malam
36 Bab 36: Tersipu
37 ​Bab 37: Biasakanlah!
38 Bab 38: Pertemuan tidak di sengaja
39 Bab 39: Emosi yang Mengubun-ubun
40 Bab 40: Bukan seperti Novel Romantis
41 Bab 41: Hanya Tiga Pilihan
42 Bab 42: 15 Menit Saja. Tidak Lebih!
43 Bab 43: Hana, Mari Kita Bertemu!
44 Bab 44: Pertemuan dengan Gibran
45 Bab 45: Hukuman buat Hana
46 Bab 46: Cocktail dari Hanum
47 Bab 47: Hana, Are You Okay?!
48 Bab 48: Hati Nurani
49 Bab 49: Di Dalam Mobil Jimny
50 Bab 50: Di Hotel XXX
51 Bab 51: Menuju Rumah Sakit
52 Bab 52: Air Mata yang Jatuh Berderai
53 Bab 53: Siapa yang Menyelamatkan?
54 Bab 54: Mengambil Tindakan
55 Bab 55: Haris bukan Gibran
56 Bab 56: Biarlah Allah yang Menentukan
57 Bab 57: Aku Cemas dengan Kecemasanmu
58 Bab 58: Hati yang Masih Sulit Menerima
59 Bab 59: Menjaga Perasaan Hana
60 Bab 60: Firasat Ummi
61 Bab 61: Di Bawah Sinar Purnama
62 Bab 62: Bidadari yang Terlihat Nyata
63 Bab 63: Undangan
64 Bab 64: Suasana Hati yang Berubah
65 Bab 65: Penangkapan
66 Bab 66: Selayang Tinju
67 Bab 67: Penyelidikan di Mulai
68 Bab 68: Ini Semua Tidak Fair!!
69 Bab 69: Sisa-Sisa Kekuatan
70 Bab 70: Kekuatan dari Bola Matamu
71 Bab 71: Rabbi, Ku Titipkan Rasa Rinduku Pada-Mu!
72 Bab 72: Panggilan Sidang
73 Bab 73: Untuk Kalian Semua, Sampai bertemu di Pengadilan!
74 Bab 74: Bagaimana Jika....
75 Bab 75: Argumen dalam Persidangan
76 Bab 76: Ketukan Palu Hakim Agung
77 Bab 77: Saatnya Melepaskan
78 Bab 78: Perhatian Haris
79 Bab 79: Binar dari Matamu
80 Bab 80: Pemikiran Haris
81 Bab 81: Pewaris Tunggal
82 Bab 82: Honeymoon
83 Bab 83: Masa Lalu yang Kelam
84 Bab 84: Menyerahkan Diri
85 Bab 85: Villa di Madrid
86 Bab 86: Yo Te Amo, Hana!
87 Bab 87: Aku sudah Memaafkannya!
88 Bab 88: Hati yang Membeku
89 Bab 89: It Hurts Me!
90 Bab 90: Berdiplomasi
91 Bab 91: Terbang Terlalu Tinggi Tanpa Berhati-Hati
92 Bab 92: Tidak Ingin Mempertahankan
93 Bab 93: Kisah Usang yang Telai Usai
94 Bab 94: Jangan Pojokkan Putri Kita!
95 Bab 95: Perasaan yang Menggelitik
96 Bab 96: Rinai Hujan
97 Bab 97: Permata di Lautan Hati Wanita
98 Bab 98: Raut Wajah yang Berubah
99 Bab 99: Peluk Aku, Jangan Lepaskan Lagi!
100 Bab 100: Suara yang Terdengar Pelan
101 Bab 101: Sang Pendonor
102 Bab 102: Melayarkan Harapan
103 Bab 103: Kalimat Pamungkas
104 Bab 104: Melampiaskan Semua Energi
105 Bab 105: Aku Tidak Se-brengsek itu...
106 Bab 106: Genggaman Kuat
107 107: Tentang Cinta, Aku Tidak Bisa Berpura-pura!
108 Bab 108: Persaingan
109 Bab 109: Happy Anniversary
110 Bab 110: Dinding Impian
111 Bab 111: Angin yang Berhembus Kencang
112 Bab 112: Jantung yang Berdegup
113 Bab 113: Se-Baki Ramuan
114 Bab 114: Adab di Atas Ilmu
115 115: Darah Segar Yang Mengucur
116 Bab 116: Mainkan Peran Sebaik Mungkin!
117 Bab 117: Ancaman Haji Zakaria
118 Bab 118: Filosifi Sepasang Angsa
119 Bab 119: Tamu Tak di Undang
120 Bab 120: Kamar Hotel
121 Bab 121: Penjebak Yang Terjebak
122 Bab 122: Perkataan Menohok
123 Bab 123: Surat Dari Amerika
124 Bab 124: Wajah Yang Ter-Zoom Sempurna
125 Bab 125: Tulang Rusuk Yang Bengkok
126 Bab 126: Kabar Dari Dokter Cut Meutia
127 Bab 127: Mi Amor
128 Bab 128: Author-Readers
129 Bab 129: Landing Dengan Sempurna
130 Bab 130: Netra Yang Bertemu
131 Bab 131: Malaikat Tanpa Cela
132 Bab 132: Marwah Bustanul Jannah
133 Bab 133: Pangeran Mahkota Berkuda Putih
134 Bab 134: Permintaan Pertama dan Terakhir
135 Bab 135: Kepingan Puzzle
136 Bab 136: Perasaan Cinta Yang Tiada Berkesudahan
137 Bab 137: Haadza Min Fadhli Rabbi
138 Bab 138: Akselerasi Rindu
139 Bab 139: Kabar Dini Hari
140 Bab 140: Bertanggung Jawab
141 Bab 141: Rahasia Terbongkar
142 Bab 142: Ke-jahiliyah-an di Masa Lalu
143 Bab 143: Tiga Pertanyaan Haji Zakaria
144 Bab 144: Angkara Murka
145 Bab 145: Mengundurkan Diri
146 Bab 146: Genggaman Yang Terlepas
147 Bab 147: Pertemuan di Taman Humaira
148 Bab 148: Jiwa Melankolis
149 Bab 149: Wajah-Wajah Iblis
150 Bab 150: Hukuman Bagi Pe-Zina
151 Bab 151: Wanita-Wanita Durjana
152 Bab 152: Gerbang Kematian
153 Bab 153: Akhir Kisah (1)
154 Bab 154: Akhir Kisah (2)
155 Bab 155: Akhir Kisah (3)
156 Bab 156: Episode Terakhir~
157 Bab 157: Cinta Untuk Iqlima
Episodes

Updated 157 Episodes

1
BAB I: Permintaan haji Zakaria
2
Bab 2: Dilema
3
Bab 3: Keputusan Haris
4
Bab 4: Pertemuan Pertama
5
Bab 5: Persetujuan Haris (Bonus Visual Para Tokoh)
6
Bab 6: Suara Hati
7
Bab 7: Sah
8
Bab 8: Berdesir
9
Bab 9: Berita Tak Terduga
10
Bab 10: Bertindak Layaknya Teman
11
Bab 11: Pertemuan di Cafe
12
Bab 12: Fakta Baru
13
Bab 13: Gejolak Jiwa Haris
14
Bab 14: Haris Bersama Wanita Lain
15
Bab 15: Dekapan Hangat
16
Bab 16: Hana Menunggu
17
Bab 17: Keinginan Ibu nya Arini
18
Bab 18: Insiden Ulat Bulu
19
Bab 19: Gamis dan Mukena Sutra
20
Bab 20: Makan Malam Absurd
21
Bab 21: Berita untuk Gibran
22
Bab 22: Kenyataan Pahit
23
Bab 23: Bangkit dari Keterpurukan
24
Bab 24: Selamat Atas Pernikahanmu
25
Bab 25: Rencana Arini
26
Bab 26: Orang yang Dituju
27
Bab 27: Villa Usang
28
Bab 28: Menyimpan Sejuta Makna
29
Bab 29: Kecelakaan
30
Bab 30: Suratan Takdir
31
Bab 31: Lisa menghampiri Gibran
32
Bab 32: Perdebatan Haris dan Hana
33
Bab 33: Arini Siuman
34
Bab 34: Temaram Cahaya
35
Bab 35: Sepertiga Malam
36
Bab 36: Tersipu
37
​Bab 37: Biasakanlah!
38
Bab 38: Pertemuan tidak di sengaja
39
Bab 39: Emosi yang Mengubun-ubun
40
Bab 40: Bukan seperti Novel Romantis
41
Bab 41: Hanya Tiga Pilihan
42
Bab 42: 15 Menit Saja. Tidak Lebih!
43
Bab 43: Hana, Mari Kita Bertemu!
44
Bab 44: Pertemuan dengan Gibran
45
Bab 45: Hukuman buat Hana
46
Bab 46: Cocktail dari Hanum
47
Bab 47: Hana, Are You Okay?!
48
Bab 48: Hati Nurani
49
Bab 49: Di Dalam Mobil Jimny
50
Bab 50: Di Hotel XXX
51
Bab 51: Menuju Rumah Sakit
52
Bab 52: Air Mata yang Jatuh Berderai
53
Bab 53: Siapa yang Menyelamatkan?
54
Bab 54: Mengambil Tindakan
55
Bab 55: Haris bukan Gibran
56
Bab 56: Biarlah Allah yang Menentukan
57
Bab 57: Aku Cemas dengan Kecemasanmu
58
Bab 58: Hati yang Masih Sulit Menerima
59
Bab 59: Menjaga Perasaan Hana
60
Bab 60: Firasat Ummi
61
Bab 61: Di Bawah Sinar Purnama
62
Bab 62: Bidadari yang Terlihat Nyata
63
Bab 63: Undangan
64
Bab 64: Suasana Hati yang Berubah
65
Bab 65: Penangkapan
66
Bab 66: Selayang Tinju
67
Bab 67: Penyelidikan di Mulai
68
Bab 68: Ini Semua Tidak Fair!!
69
Bab 69: Sisa-Sisa Kekuatan
70
Bab 70: Kekuatan dari Bola Matamu
71
Bab 71: Rabbi, Ku Titipkan Rasa Rinduku Pada-Mu!
72
Bab 72: Panggilan Sidang
73
Bab 73: Untuk Kalian Semua, Sampai bertemu di Pengadilan!
74
Bab 74: Bagaimana Jika....
75
Bab 75: Argumen dalam Persidangan
76
Bab 76: Ketukan Palu Hakim Agung
77
Bab 77: Saatnya Melepaskan
78
Bab 78: Perhatian Haris
79
Bab 79: Binar dari Matamu
80
Bab 80: Pemikiran Haris
81
Bab 81: Pewaris Tunggal
82
Bab 82: Honeymoon
83
Bab 83: Masa Lalu yang Kelam
84
Bab 84: Menyerahkan Diri
85
Bab 85: Villa di Madrid
86
Bab 86: Yo Te Amo, Hana!
87
Bab 87: Aku sudah Memaafkannya!
88
Bab 88: Hati yang Membeku
89
Bab 89: It Hurts Me!
90
Bab 90: Berdiplomasi
91
Bab 91: Terbang Terlalu Tinggi Tanpa Berhati-Hati
92
Bab 92: Tidak Ingin Mempertahankan
93
Bab 93: Kisah Usang yang Telai Usai
94
Bab 94: Jangan Pojokkan Putri Kita!
95
Bab 95: Perasaan yang Menggelitik
96
Bab 96: Rinai Hujan
97
Bab 97: Permata di Lautan Hati Wanita
98
Bab 98: Raut Wajah yang Berubah
99
Bab 99: Peluk Aku, Jangan Lepaskan Lagi!
100
Bab 100: Suara yang Terdengar Pelan
101
Bab 101: Sang Pendonor
102
Bab 102: Melayarkan Harapan
103
Bab 103: Kalimat Pamungkas
104
Bab 104: Melampiaskan Semua Energi
105
Bab 105: Aku Tidak Se-brengsek itu...
106
Bab 106: Genggaman Kuat
107
107: Tentang Cinta, Aku Tidak Bisa Berpura-pura!
108
Bab 108: Persaingan
109
Bab 109: Happy Anniversary
110
Bab 110: Dinding Impian
111
Bab 111: Angin yang Berhembus Kencang
112
Bab 112: Jantung yang Berdegup
113
Bab 113: Se-Baki Ramuan
114
Bab 114: Adab di Atas Ilmu
115
115: Darah Segar Yang Mengucur
116
Bab 116: Mainkan Peran Sebaik Mungkin!
117
Bab 117: Ancaman Haji Zakaria
118
Bab 118: Filosifi Sepasang Angsa
119
Bab 119: Tamu Tak di Undang
120
Bab 120: Kamar Hotel
121
Bab 121: Penjebak Yang Terjebak
122
Bab 122: Perkataan Menohok
123
Bab 123: Surat Dari Amerika
124
Bab 124: Wajah Yang Ter-Zoom Sempurna
125
Bab 125: Tulang Rusuk Yang Bengkok
126
Bab 126: Kabar Dari Dokter Cut Meutia
127
Bab 127: Mi Amor
128
Bab 128: Author-Readers
129
Bab 129: Landing Dengan Sempurna
130
Bab 130: Netra Yang Bertemu
131
Bab 131: Malaikat Tanpa Cela
132
Bab 132: Marwah Bustanul Jannah
133
Bab 133: Pangeran Mahkota Berkuda Putih
134
Bab 134: Permintaan Pertama dan Terakhir
135
Bab 135: Kepingan Puzzle
136
Bab 136: Perasaan Cinta Yang Tiada Berkesudahan
137
Bab 137: Haadza Min Fadhli Rabbi
138
Bab 138: Akselerasi Rindu
139
Bab 139: Kabar Dini Hari
140
Bab 140: Bertanggung Jawab
141
Bab 141: Rahasia Terbongkar
142
Bab 142: Ke-jahiliyah-an di Masa Lalu
143
Bab 143: Tiga Pertanyaan Haji Zakaria
144
Bab 144: Angkara Murka
145
Bab 145: Mengundurkan Diri
146
Bab 146: Genggaman Yang Terlepas
147
Bab 147: Pertemuan di Taman Humaira
148
Bab 148: Jiwa Melankolis
149
Bab 149: Wajah-Wajah Iblis
150
Bab 150: Hukuman Bagi Pe-Zina
151
Bab 151: Wanita-Wanita Durjana
152
Bab 152: Gerbang Kematian
153
Bab 153: Akhir Kisah (1)
154
Bab 154: Akhir Kisah (2)
155
Bab 155: Akhir Kisah (3)
156
Bab 156: Episode Terakhir~
157
Bab 157: Cinta Untuk Iqlima

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!