Hana duduk di kelas memperhatikan dosen menjelaskan mata kuliah umum. Meskipun matanya menatap lurus kedepan namun nyatanya pikiran mahasiswi smester satu jurusan psikologi ini melayang pada sebuah pesan wattsapp yang diterimanya semalam dari Gibran.
Gibran adalah kakak dari sahabat Hana yang bernama Yura. Pemuda itu sudah lama menaruh hati padanya. Tepatnya di teras rumah Hana mereka bertemu untuk pertama kalinya. Gibran yang kala itu mengantar adiknya untuk belajar kelompok bersama langsung tertarik pada Hana yang tampak santun, anggun dengan
paras yang juga cantik. Sejak saat itu, rasa ketertarikan muncul di hatinya.
Gibran menyukai Hana dalam diam. Ketika itu Hana masih begitu muda dan masih bersekolah, jadi tidak mungkin untuk meminangnya. Pemuda itu juga tidak mau mengajak Hana pacaran, sebab hal tersebut jelas dilarang oleh agama. Hana yang awalnya cuek, perlahan juga mulai menaruh hati pada Gibran. Tentu saja Yura sang sahabat juga memberinya semangat.
Keyakinan di hati Hana muncul ketika Gibran mengatakan akan meminangnya setelah ia tamat kuliah kelak. Memang waktu yang lumayan lama. Mereka bersabar menunggu dalam diam. Menyibukkan diri mempersiapkan masa depan yang baik dengan belajar, bekerja juga mencari pengalaman. Seperti itulah keseharian mereka.
Semalam dalam sebuah pesan melalui wattsapp Gibran mengatakan bahwa ia akan berangkat ke Maroko untuk mengambil program masgister nya. Ia baru saja mendapat kabar baik bahwa ia memenangkan beasiswa ke sana. Tak lupa Gibran berpesan agar Hana berkenan dan bersedia untuk menunggu, insya Allah setahun kemudian Gibran berjanji akan meminangnya.
Benar saja, pesan tersebut sukses membuat Hana sulit berkonsentrasi pada mata kuliah nya. Ia sempat cemas, Apa benar tahun depan Gibran akan memenuhi janji untuk meminangnya?
Kita semua tidak mengetahui apa yang akan terjadi kedepan. Hana merasa gadis Maroko bukanlah gadis sembarangan. Mereka memiliki paras jelita, sulit bagi laki-laki untuk menolak pesona mereka.
Namun, Hana juga harus berpikir jernih bahwa ini semua untuk masa depan Gibran, di Maroko setidaknya Gibran akan mendapat banyak ilmu dan pengalaman yang insya Allah akan sangat berguna kelak untuk diaplikasikan di Indonesia.
***
Jam istirahat. Selepas menunaikan ibadah shalat zuhur, Hana dan Yura makan siang bersama di kantin kampus, Yura memperhatikan gelagat aneh sahabatnya yang tidak biasa. Yura sudah bisa menebak hal ini pasti menyangkut keberangkatan Kakaknya ke Maroko.
“Kamu kepikiran mas Gibran ya?” Tanya Yura yang sudah dari tadi melihat gelagat aneh sang sahabat.
"Sedikit” ucap Hana dengan menyunggingkan sedikit senyuman.
“Kamu tenang ya, aku tau banget mas Gibran itu orangnya gimana, ia pasti akan melaksanakan janjinya memimang kamu” ucap Yura sambil setengah memeluk Hana. Sahabatnya ini seolah dapat memahami apa yang Hana rasakan.
“Hehe aku ga kepikiran tentang itu kok” muka Hana memerah. Ia terlalu malu untuk mengakui.
“Hahaha. Nah tuh, baru gitu doang muka kamu udah kayak kepiting rebus. Udah deh, aku juga tau gimana kamu, kita udah sahabatan lama, dan aku sangat berharap kamu yang akan menjadi kakak ipar ku, Hana! ”
Hana tersipu mendengar perkataan Yura, dalam hati ia membenarkan bahwa ia mengharapkan Gibran segera meminangnya.
“Makasih Yura, kita ga tau kedepannya seperti apa. Bagaimana jalan takdir akan membawa kita. Apapun itu Aku berharap Allah memberi yang terbaik untuk kita semua. Takdir terbaik dan terindah dari Nya” Hana memeluk hangat Yura.
“Kamu sendiri bagaimana Ra, jadi sama mas Ridwan?”
“Aku menikah masih lama, Han, aku ingin berkarir dulu, mungkin nanti di saat usiaku 25 tahun atau mungkin 27 tahun..." Yura menatap lurus ke depan seolah masa depan berada dalam pandangannya.
"Lagian aku ke mas Ridwan itu hanya sebatas aku mengagumi beliau, beliau sendiri mungkin tidak memikirkanku sama sekali, dan aku pikir ini juga yang terbaik, jangan sampai kita saling memikirkan lawan jenis, kita bisa kena zina hati dan pikiran lho, haha"
“Astaghfirullah, ah. Iya kamu benar Ra, ga sia-sia aku punya sahabat hafizhah Shaliha kaya raya kayak kamu Hahaa” Hana berseloroh tapi tidak bisa dipungkiri, gadis itu mengagumi sahabat nya, mengagumi pola pikirnya yang matang dan dewasa.
“Idihh, kamu lebay haha” Yura tertawa lepas mendengar ocehan Hana.
“Ah sudahlah, yuk bersiap-siap ke kelas, sekarang jam nya pak Paul, tau sendirikan kamu kalau beliau ga suka mahasiswa nya telat” lanjut Yura menggandeng lengan Hana. Benar-Benar sahabat karib yang tak terpisahkan.
***
Permintaan haji Zakaria benar-benar mengisi pikiran Haris sepenuhnya, hal ini membuat ia merasa sulit bernapas dan beraktifitas. Bagaimana tidak, persiapan untuk melamar Arini sudah jauh-jauh hari ia pikir dan siapkan dengan matang.
Arini adalah satu-satunya orang yang ia harapkan akan menjadi pendampingnya kelak. Orang yang akan ia curahkan segenap cinta dalam mahligai pernikahan yang suci lagi halal. Kini Ia benar-benar berada dalam kebimbangan, pernyataan ibu semalam tentang jodoh ternyata memang benar adanya.
Di satu sisi Haris sangat ingin menolak tawaran tersebut, namun di sisi lain ia juga tidak enak untuk tidak mengiyakan. Haji Zakaria sudah seperti ayah kandungnya. Selain Haris merasa belum bisa berbakti sepenuhnya terhadap beliau atas apa yang beliau berikan padanya, ia juga sangat menghormati haji Zakaria. Pemuda itu tahu bagaimana ketulusan Uama kharismatik itu. Dan, jika ia menolak permintaan haji Zakaria, sudah tentu beliau akan sangat kecewa.
Dilemma pun menghampiri rasanya. Ia segera berwudhu dan Shalat sunah untuk menenangkan fikirannya. Perlahan ia buka mushaf al-Qur’an lalu bertadarus melanjutkan ayat yang sebelumnya sudah ia baca.
Selesai membaca al-Qur’an hatinya masih saja diliputi rasa bimbang. Haris memang tidak bisa memutuskan perkara besar ini secepat kilat, namun bagaimanapun mau tidak mau dan suka tidak suka hal ini harus ia putuskan. Bergegas ia menemui ibu untuk membicarakan tentang ini. Pendapat ibu akan menjadi pertimbangan utama nya dalam mengambil keputusan.
“Ibu setuju kamu dijodohkan dengan anak haji Amir, Nak!” ucap ibu dengan sorot mata teduhnya namun menyiratkan ketegasan di sana.
“Tapi bu, ibu kan tau saya mau melamar Arini. Saya sudah mengatakan saya serius akan meminangnya 3 bulan kedepan" Ucap Haris lirih, ia merasa lemas mendengar pendapat ibunya.
“Entah kenapa ibu merasa seperti kurang sreg kamu menikah dengan nak Arini, tapi mungkin ini hanya perasaan ibu saja” Ibu kembali menyatakan pendapatnya.
“Kenapa bu? Arini gadis baik. Insya Allah shaliha. Arini akan jadi istri yang baik untuk saya dan menjadi menantu yang baik untuk ibu” Haris mencoba meyakinkan ibu.
“Nak, Shalat istikharahlah! Keputusan ada di tangan mu. Allah akan menuntun kamu mendapatkan jodoh yang baik, namun jika kamu menanyakan pendapat ibu, ibu yakin akan jodoh yang ditawarkan haji Zakaria, pandangan beliau insya Allah tidak salah... " Ibu menjeda kalimatnya, menarik nafas sejenak.
“Yang paling penting kamu ingat kan bagaimana haji Zakaria sudah membantu keluarga kita dari awal hingga kamu bisa seperti sekarang? Sudah saatnya kamu membalas jasa beliau, nak! Kamu sudah cukup dewasa untuk mengerti hal ini, tapi apapun itu ibu ingin yang terbaik untukmu. Jika pun pada akhirnya kamu memilih Arini, ibu akan ridha, asal kamu Bahagia” lanjut ibu diplomatis.
“Baiklah, bu. Terima kasih. Haris akan Shalat istikharah dan mempertimbangkan hal ini dengan baik”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Nazwa Amelia
ending nya bakalan gmn nihh, penasaran 🙏
2023-03-15
1
Kinay naluw
di karya Yahya dan Iqlima, Hana tunangannya Gibran.
2023-03-07
0
Viona
mantap suka
2022-03-21
0