Sabtu. Selepas shalat subuh Hana membuka mushaf Al-Qur’an, ia membaca awal mula surah al An’am, yang mana sebelumnya batas akhir tadarusnya terletak pada surah al-Maidah. Hana begitu mentadabburi bacaan al-Qur’annya, ia mengaji mengikuti irama Syaikh Misyari Rasyid, salah satu Qari terkenal dunia. Setengah jam selesai
membaca al-Qur’an, ia ke dapur membantu ibunya untuk memasak sarapan pagi.
Hari ini Hana tidak memiliki jadwal kuliah, namun tugas paper menantinya. Ia harus presentasi makalah di hari selasa, jadi hari ini ia berencana ke perpustakaan untuk membuat tugas kuliah. Hana sudah mencium bau nasi goreng dari arah kamarnya, ia tersenyum dan bergegas melipat mukenanya menuju dapur.
“Harum sekali, Mi! Hana bantu goreng telur ya?”
Ummi hanya tersenyum mendengarnya.
“Kamu tidak kuliah, Nak?”
“Tidak, Mi. Hari ini Hana berencana ke perpustakaan untuk membuat tugas”
Jendela dapur terbuka, Seraya menunggu telur matang, Hana berdiri di depan jendela menghirup udara pagi sebanyak-banyaknya. Harum pagi hari selepas subuh memang selalu menarik perhatiannya. Harum embun yang menempel di dedaunan, harum tanah basah nan lembab akibat guyuran hujan semalaman. Maha Suci Allah yang
telah menciptakan indra penciuman, karena itu manusia dapat menikmati berbagai jenis keharuman. Seperti harumnya pagi hari yang sayang jika dilewatkan. Ia menyegarkan jiwa, memberikan satu kesan positif untuk dapat memulai hari dengan penuh semangat.
***
“Hana, usia kamu sudah berapa tahun, Nak?” Abah memulai percakapan setelah mengunyah makanan dan membawanya ke lambung untuk dicerna.
“Insya Allah bulan Ramadhan nanti 19 tahun bah” Hana tahu abahnya itu hanya berbasa basi saja sebab abah adalah orang yang sangat teliti dan detil. Tanggal pindahan rumah dan sudah berapa tahun tempati rumah ini saja abah ingat, apalagi usia anak semata wayangnya.
“Putri kecil abah sudah dewasa sekarang, rasa-rasanya tidak lama lagi abah akan menimang cucu, bagaimana pendapat Ummi?” Abah berkata setengah berseloroh.
“Ah abah, menikah saja belum, gimana bisa nimang cucu” sahut Ummi yang juga setengah tertawa.
Rona merah menghiasi pipi Hana, ia tidak menyangka Abah akan menyinggung perihal ini sekarang. Tiba-tiba pikiran nya melayang pada Gibran yang akan meminangnya. Ia jadi senyum-senyum sendiri.
“Senyum malu-malu kamu pertanda kamu sudah siap, nak! Semoga Allah menganugrahkan suami terbaik untukmu” Abah mendoakan putrinya.
“Seperti Abah ya? ” Ummi berkata dengan sumringah melirik Abah. Mendengar perkataan tersebut, pria gagah paruh baya itu mengelus puncak kepala istrinya.
“Ya tidak seperti abah juga, harus lebih baik dong!”
“Aamiiin, Insya Allah” Ummi mengaminkan. Diam-diam Hana juga mengaminkan di dalam hatinya.
***
Hujan deras kembali turun setelah pagi tadi sempat berhenti. Hana masih sibuk mengerjakan tugasnya bersama Yura dan Lisa di perpustakaan. Ia membawa banyak buku referensi ke atas meja seraya mengetik, sesekali ia membrowsing sumber-sumber valid untuk ia cantumkan pada papernya.
“Aku lapar banget, udahan yuk buat tugasnya” Lisa yang memang belum sarapan sejak pagi tadi mengeluhkan rasa laparnya.
“Tanggung ni, Sa. Sedikit lagi, sejam setengah jam lagi deh, Ya?” Yura merasa keberatan karena tugasnya sama sekali belum ada kemajuan.
“Yaudah, yuk aku temenin makan, kamu lanjut aja buat tugasnya, Ra. Selesai makan kita balik kesini lagi” Hana memberikan solusi.
“Siip. Okay deh” Yura mengacungkan jempolnya.
Hujan masih mengguyur deras. Hana dan Lisa keluar dari pustaka menuju ke tempat parkiran mobil. Bersama mereka mengenakan payung yang memang sudah Lisa persiapkan. Tadi pagi Lisa menjemput Hana terlebih dahulu baru setelahnya ia menjemput Yura. Mereka menbayar biaya parkiran, mobil pun melaju menuju rumah makan terdekat.
Lisa memilih salah satu rumah makan Padang langganannya. Perih di perut sudah tidak dapat ditahannya, ia memilih menu Daging Rendang, sedang Hana memilih menu Ayam Bakar. Lisa menyantap makannya dengan lahap.
"Kamu bersemangat sekali makannya" Hana tersenyum melihat gaya makan Lisa yang begitu terburu-buru seperti ada yang mengejar.
"Udah laper banget" Lisa menjawab dengan nasi yang memenuhi mulut. Hana menggelengkan kepalanya.
Di tempat yang sama tepatnya 2 meja di seberang sebelah kanan Hana dan Lisa, tampak Haris dan Ridwan tengah menyantap makan siang mereka. Dua sekawan itu baru saja pulang dari tugas meninjau proyek lapangan. Rumah makan padang menjadi favoritnya Ridwan, jadi mereka juga memilih untuk singgah di tempat ini.
Ternyata dari tadi tanpa mereka sadari Ridwan memperhatikan Hana, ia merasa seperti pernah melihat gadis ini tetapi lupa dimana. Ia terus saja mencobaa mengingatnya hingga akhirnya ia dapat mengingatnya dengan jelas. Gadis itu adalah teman dari adik lettingnya di sekolah menengah atas dahulu, kalau tidak salah Yura namanya. Ya. Sekarang ia bisa mengingatnya. Ia dan Yura sendiri sudah lama tidak bertemu, sejak tamat sekolah gadis tersebut menghilang entah kemana.
“Ris, coba lu liat cewek yang duduk di seberang sana” Ridwan menunjukkan para gadis yang sedang menyantap makan siang mereka dengan ekor matanya.
“Yang mana? Terus memangnya kenapa? Lu naksir?" Tanya Haris sarkartis, tumben-tumbennya Ridwan mengajak membahas perempuan.
“Haha mungkin”
“Terus yang mana yang lu taksir? Cewek kerudung Pink atau Hijau? Hati-hati zina mata, Bro! ” Haris menyendok makanan nya santai. Ia kelihatan tidak tertarik pada dua wanita yang dikatakan Ridwan.
“Yee ga gitu juga maksudnya., Gue liat tu cewek trus teringat adik kelas gue yang dulu, Yura. Lu ingat ga? Yang pernah gua cerita?! Nah, yang gua maksud temannya itu cewek berkerudung hijau yang kerudungnya lebih Panjang dari temannya” Ridwan menjelaskan begitu bersemangat.
“Oh cewek jutek yang selalu berantem sama lu debat agama tapi ujung-ujungnya lu suka?” sambar Haris to the point setengah meledek.
“Haha siapa yang suka sama cewek jutek judes gitu, gua teringat aja kenapa tiba-tiba tu cewek ngilang gitu aja”
“Haha gaya lu selangit”
Setelah selesai makan Hana dan Lisa bersiap kembali ke perpustakaan, tak lupa Lisa menambah sedikit polesan lipstick di bibir tipis sebelum benar-benar beranjak dari kursi duduknya. Lisa hendak membayar makanan yang mereka makan namun ternyata sudah dibayarkan duluan oleh Hana.
“Kenapa kamu yang bayar sih? Kan aku yang ajak!” omel Lisa.
“Ah, santai aja kali, kayak sama siapa aja” Hana menyenggol bahu Lisa.
“Okay thanks ya”
“Aman”
Mereka berdua beriringan menuju parkiran. Ridwan dan Haris sudah menunggu Hana diparkiran sejak 5 menit yang lalu. Alhamdulillah hujan sudah reda. Langit pun mulai cerah kembali. Ridwan berinisiatif menunggu Hana untuk memastikan bagaimana keadaan Yura sekarang.
“Assalamu’alaikum, maaf mangganggu” Ridwan duluan menyapa.
Hana terkejut sebab Ridwan yang baru kemarin ia bincangkan bersama Yura muncul dihadapannya sekarang berdiri tepat dihadapannya. Haris sekilas menatap Hana, entah mengapa ia merasa sedikit ada getaran halus dihatinya. Ini sangat aneh, sebab sebelum-sebelumnya ia selalu merasa biasa saja jika berhadapan dengan wanita kecuali Arini, maka Haris selalu menghindar untuk bertemu gadis manis itu sebab ia takut tidak dapat mengontrol perasaannya. Astaghfirullah, Ia segera beristighfar dan juga segera menepis perasaan yang tidak-tidak dihatinya. Ia tau ini semua berasal dari setan yang menggoda.
“Wa’alaikumsalam” Hana dan Lisa menjawab secara bersamaan.
“Ada apa ya?” Lisa lanjut bertanya.
“Maaf menganggu, saya cuma mau memastikan kamu temannya Yura kan?” Ridwan menunjuk kearah Hana.
Hana pun mengangguk.
Perhatian Lisa teralih seketika kearah Haris, ia penasaran terhadap laki-laki tampan yang
hanya diam dari tadi sambil menundukkan pandangannya.
“Bagaimana kabar kamu dan Yura sekarang? Lama tidak melihat kalian” Ridwan lanjut bertanya.
“Alhamdulillah kami baik”
“Alhamdulillah kalau begitu, sampaikan salam saya jika kamu bertemu Yura, katakan saja padanya
dari Ridwan kakak kelasnya dahulu di SMA”
“Baik mas, nanti insya Allah saya sampaikan, apa ada lagi yang mau ditanyakan?”
“Tidak, begitu saja, terima kasih banyak”
“Sama-sama mas, kalau begitu kami permisi dulu” Hana menjawab dengan tersenyum. Senyum samar
itu tak luput dari perhatiannya Haris.
***
“Nanya nya cuma gitu doang?” Haris bertanya heran setelah mobil mereka melaju meninggalkan parkiran rumah makan Padang.
“Ya, lantas mau apa lagi?”
“Tanya kuliahnya dimana, alamat rumahnya, sekalian no WA nya kalau perlu”
“Untuk apa? Yang ga ga aja lu Ris”
“Lah, bukannya lu suka sama Yura? Mana tau melalui wasilah temannya tadi kalian berjodoh”
“Entah lah Ris, gua sendiri masih ga yakin, gua masih belum menemukan seseorang yang benar-benar buat gua ingin berumah tangga” sahut Ridwan.
“Lu sendiri tadi gua perhatikan curi-curi pandang ke arah teman nya Yura yang berkerudung hijau tadi, jangan bilang kalau lu tertarik ma cewek tadi, cantik dan anggun tuh” lanjut Ridwan.
“Astaghfirullah, sembarangan nuduh lu! Masalah Arini dan calon dari pak haji aja udah buat gua pusing, masa mau nambah masalah lagi, lagian insya Allah gua udah mantap sama Arini” Sambar Haris yakin akan pilihannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Viona
keren kak
2022-03-21
1
Kumala S
Keren
2021-07-02
0
Eli Karina
Mantap
2021-06-25
0