Menikah Karena Perjodohan (Haris Dan Hana)
Adzan isya berkumandang. Suaranya membelah alam memanggil orang-orang dengan khidmat untuk patuh terhadap perintah Tuhan Nya yaitu melaksanakan ibadah Shalat secara rutin. Semilir angin berhembus pelan, mobil dan motor bertahap memasuki pelataran mesjid juga langkah-langkah kaki mulai ramai terdengar.
Haris, pemuda berusia 25 tahun itu baru saja menapakkan kaki di depan masjid Syuhada, ia segera bergegas menuju tempat wudhu dan masuk ke dalam barisan orang-orang yang Shalat berjamaah.
Imam Shalat dipimpin oleh ustadz Yahya. Ustadz Yahya berumur 34 tahun dan sudah menjadi imam di masjid ini sejak 10 tahun lalu menggantikan ayahnya yang sudah sepuh.
Selepas shalat, ustadz Yahya memanggil Haris sebab ada amanah yang harus beliau sampaikan.
“Assalamu’alaikum Ustadz” Haris melakukan salam takzim.
“Wa’alaikumsalam, apa kabar Haris?" Sudah lama tidak melihat kamu, bagaimana pekerjaannya? lancar?” tanya Ustadz Yahya berbasa basi dan tak lupa beliau menyematkan senyum ramah seperti biasa.
“Alhamdulillah saya sehat dan kerjaan lancar Ustadz, beberapa minggu terakhir saya ada tugas keluar kota. Namun sudah tertangani dengan baik."
“Alhamdulillah. Besok main ke rumah, ya! Abah sudah rindu padamu, sekalian makan malam di rumah. Jangan lupa ajak ibu juga.” Titah ustaz Yahya.
“Baik ustaz. Insya Allah.”
Keluarga Haris memiliki hubungan kerabat dengan keluarga ustaz Yahya, walaupun bukan kerabat dekat namun hubungan mereka sangat akrab. Ibu nya ustaz Yahya bu hajjah 'Aisyah sudah seperti kakak kandung bagi ibunya Haris.
Haris pulang dengan banyak pertanyaan yang berputar dikepalanya. Ada apa haji Zakaria tiba-tiba mengundangnya ke rumah beliau untuk makan malam, tidak seperti biasa. Apakah haji Zakaria sedang tidak sehat? Namun, kalau tidak sehat tidak mungkin beliau mengundangnya dan ibu hanya untuk makan. Apa haji Zakaria sedang perlu bantuan? Atau hanya sekedar ingin agar ia dan ibunya silaturrahim saja? Tapi rasanya juga tidak mungkin sebab ibu hampir setiap hari mengunjungi istri haji Zakaria.
Pertanyaan-pertanyaan yang membuat ia penasaran dan hanya dapat ditemukan jawabannya esok. Insya Allah besok malam ia dan ibu akan mengunjungi keluarga haji Zakaria.
***
“Ayo bu, kita penuhi undangan haji Zakaria.” Haris yang tengah mengancingkan kancing terakhir kemejanya mengajak Ibu memenuhi undangan. Ia telah menceritakan tentang undangan ini sebelumnya begitu tiba di rumah sepulangnya dari kantor.
“Iya. Ibu siap-siap dulu, Nak. Nanti kita singgah sebentar ke toko bakery nya bu Linda juga ke toko buah, kita bawa sedikit oleh-oleh kesana.”
“Baik, Hmh tapi apa ibu sama sekali tidak mengetahui undangan ini dalam rangka apa?"
ibu menggeleng,
“Ibu tidak tau nak, tapi bu hajjah pernah bertanya apa kamu sudah punya calon istri, mungkin-mungkin saja kamu akan dijodohkan” iseng ibu berkata sambil setengah tertawa.
“Ah, ibu ada-ada aja. Saya kan mau melamar Arini, bu” Ucap Haris menanggapi perkataan ibunya dengan serius.
“Ih, Kamu itu ya, kok serius sekali. Ibu hanya bercanda saja, Nak! Nanti kita lihat, semoga ada kabar baik” Ibu menoel hidung Haris gemas. Bayi laki-lakinya sudah berubah jadi pemuda dewasa sekarang.
Suasana rumah haji Zakaria selalu terlihat syahdu, ada balai pengajian besar di samping halaman rumah beliau. Anak-anak dari berbagai penjuru datang mengaji ke sini.
Haris ingat ketika masih kecil ia mengaji disana. Ia juga di kirim ke luar kota oleh haji Zakaria untuk mengaji dengan berbagai Syaikh, hingga disekolahkan sampai sarjana dan sekarang ia berhasil bekerja di sebuah perusahaan besar swasta dengan posisi yang sudah lumayan tinggi dengan memiliki banyak bawahan.
Dalam hal ini ia selalu bersyukur akan kebaikan keluarga haji Zakaria, mengingat ayah nya yang sudah tiada sejak ia masih kecil.
Ia juga tidak tau bagaimana cara membalas budi yang ia rasakan luar biasa berkahnya. Hanya doa yang bisa ia panjatkan kepada Allah agar haji Zakaria dan keluarga selalu sehat, memiliki rejeki yang terus mengalir.
Selepas makan malam bersama, Ustaz Yahya mengatakan pada Haris ia sudah bisa menemui haji Zakaria di ruang bacanya. Haris pun segera menemui beliau. Ada rasa sungkan dan segan menyelinap di hati nya, haji Zakaria yang sudah sepuh ini sangat dihormati, beliau adalah ulama kharismatik dengan senyum yang tidak pernah pudar, tutur bahasa yang lembut namun menyiratkan ketegasan.
“Masuk nak. Jangan sungkan. Temani abah sebentar.” Panggil haji Zakaria yang melihat Haris baru tiba di depan pintu.
“Baik bah”
“Langsung saja ya nak, abah tidak ingin berbasa basi. Umur kamu sekarang berapa?” Tanya haji Zakaria dengan menatap Haris dalam.
“25 tahun bah, insya Allah bulan 9 nanti genap 26 tahun”
Haji Zakaria mengangguk-angguk sambil mengusap janggutnya.
“Ngaji nya bagaimana? Apa kamu masih ikut pengajian sabtu sore di rumah haji Amir?”
“Alhamdulillah bah, saya rutin kesana setiap sabtu sore”
“Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu? lancar? Apa ada kendala?" Haji Zakaria terus membandrol Pertanyaan-pertanyaan ringan pada Haris, kali ini mungkin agar lebih rileks dalam mengobrol.
“Alhamdulillah juga lancar bah, berkat doa-doa abah” Ucap Haris dengan menyunggingkan senyum ramah.
Haji Zakaria kembali mengangguk-angguk.
“Sebenarnya, Ada hal yang ingin abah sampaikan, Nak! Abah mengundang kamu kesini selain untuk silaturrahim karena kerinduan, Abah juga ingin menyampaikan satu hal yang penting menyangkut masa depan kamu, Abah tahu kalau kamu sibuk akhir-akhir ini dengan pekerjaaanmu, Abah maklumi”
Haris menunduk menyimak perkataan ustaz Zakaria dengan saksama.
“Ada seorang gadis yang baik agama nya, santun perangainya…" haji Zakaria menjeda kalimatnya.
Haris mulai cemas mendengar lanjutan perkataan Abahnya. Semoga yang dicemaskan tidak terbukti. Ia menunggu kelanjutan kalimatnya.
“Ia sekarang tengah kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri, semester satu, dulu sempat mondok sama seperti kamu. Beliau anak perempuan haji Amir satu-satunya... "Haji Zakaria kembali menjeda kalimat-kalimatnya, lalu beliau menatap serius ke manik mata Haris seraya melanjutkan ucapannya,
"Abah berencana meminang anak perempuan beliau untuk kamu. Namanya Hana, usianya 18 tahun. Abah merasa kalian cocok. Abah mengenal baik ayahnya, sebagaimana kamu juga sudah lama mengikuti pengajian bersama beliau dan tentu sudah mengetahui bagaimana kepribadian haji Amir itu....
"Insya Allah kalau kamu setuju, kalian akan sangat cocok. Untuk haji Amir sendiri, Abah dan beliau sudah pernah membahas masalah ini, beliau setuju..."
"Abah memilih kamu karena Abah sudah tidak memiliki anak laki-laki yang belum berkeluarga. Abah sudah paham betul bagaimana kamu, Abah berharap kamu bisa memahami permintaan abah ini..."
"Kamu jangan risau, abah akan berikan kamu waktu untuk berfikir, diskusi dengan ibumu juga shalat istikharah. Semoga kamu segera bisa memberikan abah jawaban" Haji Zakaria menutup kalimatnya dengan menepuk-nepuk pundak Haris, anak angkat kesayangan yang memang sudah beliau anggap seperti anaknya sendiri, kasih sayang yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
Lama Haris tercenung, ia sedikit menarik nafasnya lalu menjawab,
“Baik Bah, Haris akan Shalat istikharah juga diskusi dengan ibu tentang hal ini dan insya Allah akan segera mengabarkan Abah” Jawab Haris pada akhirnya.
Haris kembali pulang bersama ibu dengan gemuruh kecemasan di dada, tidak ada sepatah dua patah kata yang ia tuturkan sejak keluar dari rumah haji Zakaria, ia sudah merasa lemas dengan permintaan yang baru saja ia dengar, ibu melihat ada hal yang tidak beres dengan pertemuan anaknya dan haji Zakaria yang sangat beliau hormati itu, namun ibu lebih memilih diam, nanti pasti Haris akan menceritakan pada nya berita tentang pertemuan itu.
Kini jam sudah menunjukkan pukul 10.30 malam. Mobil yang mereka kendarai membelah jalan yang tampak sepi, terlihat satu dua pedagang kaki lima yang masih setia membuka warung makanannya. Lampu merah silih berganti mereka lewati. Mereka pulang dengan mobil yang setengah tahun lalu Haris beli dengan uang hasil tabungannya, mobil honda CRV tersebut sudah menemani mereka selama 6 bulan ini. Sekitar setengah jam kemudian, baru tibalah mereka dirumah.
***
.
.
.
Hai Para Pembaca, ini adalah karya pertama Alana. Mohon dukungannya, jangan lupa di LIKE, KOMEN dan VOTE, juga HADIAHnya. Jazakumullah Khairal Jaza'. Terima Kasih ^^
Salam Hangat,
alana alisha
Ig: @alana.alisha
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Kinay naluw
absen ya thor sepertinya seru semangat berkarya.
2023-03-07
1
Nana_zh1316
lanjut thorrr semangat💪
2022-04-29
0
Viona
mulai baca
2022-03-21
0