SMU XYZ
Ramai anak-anak keluar gerbang sekolah saat jam bubar sekolah. Ina dan Ian nampak berjalan beriringan
"Ina.." sebuah suara yang sangat Ina hafal memanggil namanya. Kepalanya segera menoleh mencari sumber suara. Bibirnya tersenyum saat melihat seseorang yang dikenalnya duduk diatas motor di bawah pohon
"Bang Lean.." teriak Ina sambil menghampiri Lean. Ian pun ikut menghampiri pemuda itu
"Apa kabar bro?" Tanya Lean sambil merangkul Ian
"Baik bang. Lama nggak jumpa. Sibuk terus abang?" Tanya Ian
"Biasa lah, urusan anak muda." Kata Lean, lalu menatap Ina lembut
"Apa kabar Na? Mana oleh-oleh dari Belanda?" Tanya Lean
"Udah habis. Bang Lean sibuk terus sih. Jadi oleh-olehnya Ina kasih ke Uncle." Kata Ina sambil manyun
Ian segera membekap bibir Ina. Menurut yang ia baca, lelaki akan makin tertarik saat perempuan bermain-main dengan bibirnya. Entah itu menggigit bibur, mengerucut atau apalah itu
Ina memberontak saat Ian membekap mulutnya
"Ian apaan sih." Kata Ina marah saat Ian melepaskan bekapannya
"Sengaja.." kata Ian cuek
Lean tersenyum melihat interaksi keduanya
"Yan, abang ijin mau ngajak Ina jalan-jalan sebentar. Boleh? Nanti pulangnya abang antar sampai rumah. Nggak sampai sore kok." Kata Lean
Ian tampak berfikir sejenak. Ia agak ragu melepas Ina. Apalagi bundanya sudah mewanti-wanti untuk selalu menjaga Ina
"Ng.. gimana ya bang.." Ian menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"Ian.. " Ina mulai merajuk
Ian nampak menimbang-nimbang. Sebelum beres berfikir, Ina sudah lebih dulu naik ke motor Lean. Lean pun menyalakan motornya
"Dadaah Iaan.." kata Ina
"Eh..Naa.. Duduul! Waduuh, parah ih si Ina." Gerutu Ian
Perlahan di langkahkan kakinya menuju mobil. Yudi, sudah menjemput keduanya
"Den, sendiri aja? Non Ina mana?" Tanya Yudi
"Ina pergi sama temennya, Om." Kata Ian sambil merebahkan badannya di jok belakang
Sekarang ia harus cari alasan yang tepat pada Aya, mengapa ia tidak pulang bersama Ina
"Ih Ina ngerepotin gue aja dah." Desisnya
"Ng..gimana Den?" Tanya Yudi
"Nggak gimana-gimana, Om. Kita pulang aja deh.." kata Ian pasrah
***
Angin semilir menerpa. Ina dan Lean sedang duduk sembari menikmati eskrim di gazebo pinggir danau buatan
"Bang Lean sibuk apa sih? Dari Ina pulang liburan, baru ini bisa ketemu." Kata Ina
"Biasa Na. Sibuk tugas kampus, ngelola cafe juga.." kata Lean
"Eh, bang Lean jadi buka cafe? Daerah mana?" Tanya Ina sambil menoleh ke arah Lean.
Lean tersenyum lalu mengelap ujung bibir Ina yang belepotan eskrim dengan tisu
Jantung Ina hampir copot diperlakukan seperti itu oleh Lean. Gadis itu sedikit memundurkan kepalanya. Lean tersenyum melihat reaksi Ina
"Kayak anak kecil, makan eskrim belepotan." Kata Lean
"Biasanya nggak sih bang. Udah lama nggak makan eskrim jadi kalap begini." Kata Ina membela diri
Lean tertawa kecil memperlihatkan deretan giginya yang rapi
"Abang belum jawab ih. Cafe mana?" Tanya Ina lagi
"Cafe dekat kampus. Sasarannya memang anak-anak kampus. Yah hitung-hitung memulai bisnis lah." Kata Lean
"Boleh lah sesekali Ina mampir sana makan gratis." Kata Ina sambil tertawa
"Boleh. Nanti sekalian Ina koreksi masakan di cafe ya. Ina kan jago masak, indera perasanya juga jempolan."
"Ooh.. ada maunya nih ajak jalan-jalan terus traktir Ina es krim. Suruh jadi tim pencicip makanan cafe." Kata Ina manyun
"Boleh kan ya Na." Kata Lean
"Hehehe.. boleh lah bang. Masa nggak boleh."
Keduanya kembali terdiam menikmati es krim
"Na.. kapan kira-kira abang bisa main ke rumah ya?" Tanya Lean
Ina menoleh menatap pemuda yang menatap lurus ke danau
"Abang main aja ke rumah. Nanti kenalan sama anggota keluarga yang lain." Kata Ina
"Daddy.. Daddy belum ijinkan abang buat main ke rumah kamu. Sampai sekarangpun abang cuma bisa lihat rumah kamu dari jauh." Kata Lean sambil menatap Ina
"Abang nurut banget sama Uncle ya. Kalau Ina lihat, type-type abang ni sebetulnya nggak bisa nurut sama siapapun."
Lean tersenyum
"Abang berhutang budi sama Daddy, Na. Cuma Daddy yang abang punya di dunia." Kata Lean sambil menerawang
"Makanya abang cari pacar biar nambah orang yang abang punya di dunia.. hehehe" kata Ina bercanda
Lean menatap Ina
"Kamu mau jadi pacar abang, Na?"
Eh….
Ina terbelalak menatap Lean. Gadis itu berusaha mencairkan suasana
"Bang Lean becandanya kelewatan nih! Hehehe.."
Ina menanti reaksi Lean yang juga ikut tertawa, tanda ucapannya hanya gurauan semata. Namun tidak ada tanda-tanda Lean tertawa. Mata itu intens menatap Ina
Lean serius ternyata. Tiba-tiba Ina merasa panas dingin. Gadis itu tertunduk
"Inaaa.." teriak sebuah suara
Ina mendongak. Tampak Ian sedang melambaikan tangan dari mobil
"Ketemu juga. Ayo pulang. Gue udah laper ini muter-muter nyari elo!" Kata Ian lagi
"Iyaa.." kata Ina. Gadis itu menghadap ke arah Lean yang masih menatapnya
"Bang, Ina pulang dulu ya.." kata Ina bersiap beranjak.
"Ina belum jawab pertanyaan abang." Kata Lean
Ina menghentikan gerakannya, lalu berbalik menatap Lean
"Ina…"
"Oeeee..buruan Naa." Teriak Ian lantang
Ina menatap Ian jengkel. Kembali ia menghadap Lean
"Ina jawab nanti ya bang..boleh?" Tanya Ina
Lean tersenyum, pandangannya lembut ke arah Ina
"Iya, take your time Na.." kata Lean
Ina mengangguk, lalu bergegas menuju mobil.
"Lama amat, ngobrol apa sama bang Lean?" Tanya Ian kepo
Ina meleletkan lidahnya
"Mau tahu aja apa mau tahu bangeet?" Tanya Ina
Ian mendengkus sebal
"Ayo Om Yudi, kita pulang aja." Kata Ian lagi
***
Ardhi sedang membaca laporan proyek baru. Pria itu dengan cermat meneliti setiap kata dan hitungan yang ada dalam laporan dari anak buah nya
Tok tok
"Masuk…" kata Ardhi sementara matanya tidak lepas dari laptopnya
"Permisi pak, Pak Beno mau bertemu." Kata Arion, sekretaris pribadinya. Tampak Beno berada di balik tubuh Arion
Ardhi mengangguk. Beno masuk dan menghampiri Ardhi
"Duduk Ben." Kata Ardhi
"Terima kasih, mas. Saya ke sini mau menyerahkan laporan yang kemarin." Kata Beno sambil memberikan tablet pada Ardhi
Ardhi melihat tablet itu dengan seksama
"Ray sedang sibuk dalam pemilihan ketua Dewan Mahasiswa di kampus. Dia termasuk kelompok mahasiswa yang menamakan dirinya Iron Eagle. Kelompok ini sudah beberapa tahun memegang kekuasaan di dalam kampus.
Rivalnya, Andre. Kelompok Phoenix. Dua kelompok besar ini yang selalu berseteru dalam pemilihan Dewan Mahasiswa." Kata Beno
"Hmm..Dewan Mahasiswa ini yang akan mengatur kampus dan menggerakkan mahasiswa ya." Kata Ardhi
"Betul mas. Selain itu, beberapa koneksi penting pun terbuka untuk mereka. Rektor Universitas dan beberapa dekan juga berasal dari kelompok Iron Eagle. Sementara wakilnya berasal dari kelompok Phoenix. Bertahun-tahun mereka tidak akur sebenarnya." Lapor Beno lagi
"Politik kampus… Awasi Ray, Beno. Saya terus terang khawatir." Kata Ardhi
"Baik mas. Sejauh pengamatan saya, Ray tidak melakukan tindakan macam-macam. Dia juga bersih dari catatan kriminal kampus." Kata Beno lagi
Ardhi mengangguk
"Lalu,Ina?" Tanya Ardhi
"Saya masih mengumpulkan informasi, mas. Belum lengkap kalau Ina." Beno menunduk. Ia sebetulnya curiga dengan seseorang yang pernah ia lihat saat bersama Ina
"Baik, tolong secepatnya kabari saya ya Ben.." kata Ardhi
Beno mengangguk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments