Door..
Door..
Suara tembakan menggema. Leo memperhatikan garis muda berkerudung putih yang tengah berlatih menembak
Teringat peristiwa pertemuan pertama mereka beberapa tahun silam saat gadis itu masih duduk di Sekolah Taman Kanak-kanak.
Flashback on
Leo sedang berjalan sembari mencari satu lokasi lewat HPnya saat melihat seorang gadis kecil di gandeng oleh seorang pria. Tiba-tiba gadis kecil itu menyenggol HP Leo sehingga terjatuh
Leo terkejut lalu menatap mata gadis itu. Sekilas ia bergetar melihat sebuah kemiripan pada mata gadis itu
"Maafkan aku, uncle. Aku tidak sengaja.." kata gadis kecil itu. Terlihat ketakutan di matanya, namun sikapnya amat tenang
Gadis itu memungut HP Leo dan mengetikkan sebuah nomor
"Masih bisa berfungsi uncle, walau sedikit retak.." kata gadis itu sambil menyerahkan HP Leo. Leo menerima HPnya dan kembali menatap gadis itu
"Kau ini benar-benar!" Kata pria yang bersama gadis kecil itu. Dengan kasar ia menarik gadis kecil itu.
"Tunggu dulu!" Teriak Leo menghentikan pria tadi.
"HP ini baru saja saya beli, dan sekarang retak seperti ini. Anda harus ganti rugi." Kata Leo pada pria itu
"Siapa anda sehingga saya harus bertanggung jawab pada HP anda?" Tanya pria itu kasar
"Anda ayah anak ini bukan? Anak anda sudah menyenggol HP saya. Anda lah yang harus bertanggung jawab. Kecuali kalau anda bukan ayahnya."
Pria itu sedikit panik
"Te...tentu saja saya ayahnya! Berapa harus saya ganti?!"
"15 juta saja." Kata Leo
Pria itu terbelalak. "Anda ingin memeras saya?! Ini gara-gara kecerobohanmu!!"
Gadis kecil itu sedikit meringis saat pria iti mencengkram lengannya.
"Baik, saya akan pergi ke ATM mengambil uangnya." Kata Pria itu sambil menarik gadis kecil itu
"Tidak! Anda pikir saya bodoh?! Tinggalkan anak anda di sini dan silahkan pergi ambil uang anda. Saya tunggu disini. Atau saya ikut anda ke ATM." Kata Leo
"Kenapa saya harus percaya meninggalkan anak ini pada anda?" Kata pria itu
"Karena.. saya akan telepon polisi untuk kasus sepele ini. Mungkin anda lebih ingin menyelesaikannya di kantor polisi." Kata Leo
Pria itu pucat seketika. Ia mendengkus lalu meninggalkan gadis kecil itu pada Leo
Gadis kecil itu menghela nafas lega, lalu mendongak menatap Leo
"Terima kasih, uncle."
Leo membelai kepala gadis itu.
"Gadis pintar. Dari mana kau tahu nomor darurat polisi? Bagaimana bisa kamu ikut om tadi?" Tanya Leo sambil berlutut mensejajarkan tingginya dengan gadis kecil itu
"Bunda yang mengajarkan. Tadi om itu mengaku pada bu guru sopir ayah. Ina belum sempat bilang apa-apa sydah di tarik. Sepanjang jalan di ancam tidak boleh berteriak." Kata gadis kecil itu bergetar
Leo menghela nafas.
"Namamu Ina? Uncle antar ke sekolah ya, mungkin..bundamu sedang mencarimu sekarang." Kata Leo
Ina mengangguk dan menunjukkan jalan ke sekolahnya. Tiba di dekat sekolah Ina, Leo menghentikan langkah saat melihat seorang wanita tengah panik sambil menelepon seseorang. Terlihat pula beberapa guru ikut menunduk di sana
"Soraya.." desis Leo
Ina menatap Leo
"Uncle kenal bunda? Namanya Tsurayya, bukan Soraya." Ralat Ina
Leo tersenyum sambil membelai kepala Ina
"Sana, bunda pasti khawatir sekali." Kata Leo
Ina mengangguk lalu segera berlari ke arah Aya
Leo bersembunyi di balik pepohonan. Terlihat Aya memeluk Ina erat sambil menangis. Lalu Aya melihat tempat yang Ima tunjukkan.
Leo segera bersembunyi berharap Aya tidak melihat dirinya. Aya terlihat seperti mencari sesuatu. Leo makin merapatkan dirinya di balik pohon besar
Merasa tidak menemukan yang di cari, Aya pun menggendong Ina dan pergi menuju mobilnya
Leo mendesah..
"Kita berjumpa lagi, Soraya.."
***
"Unclee!" Teriak Ina
Leo membuyarkan lamunannya dan menoleh ke arah Ina. Gadis itu menunjukkan hasil latihan menembaknya. Semua tepat di sasaran "triangle" bahu kanan, kiri dan kepala
Leo tersenyum melihat Ina yang menaikkan alisnya sambil tersenyum lebar
"Well.. kau sudah lumayan mahir sekarang." Kata Leo sambil melihat hasil tembakan Ina
"Kapan kita main paintball lagi uncle? Aku siap sekarang melawan Ian." Kata Ina bersemangat
"Kita lihat jadwal dulu. Lean sangat sibuk akhir-akhir ini." Kata Leo
Ina tertunduk. Sudah lama sekali ia tidak melihat Lean. Sedikit rindu menyeruak di dadanya
Lean.. entah bagaimana pemuda itu datang mengusik mimpi-mimpinya. Semenjak pertama bertemu Leo dan dikenalkan pada Lean, semua biasa saja. Tidak ada yang istimewa
Lean lebih tua tiga tahun darinya. Dia adalah anak angkat Leo. Sikapnya tenang, cool dan jarang tertawa. Namun Ina merasa perhatian Lean berbeda dengan perhatian saudara lelakinya, terutama saat ia menginjak usia remaja
Teringat dulu saat SMP Lean menghajar seorang preman yang selalu mengganggu Ina dan teman-temannya saat melintas. Sejak saat itu, preman tersebut tidak pernah terlihat batang hidungnya
Ina tersenyum mengingat kejadian itu. Saat ekspresi Lean berbeda dari biasanya. Lean yang serius, Lean yang tenang, Lean yang tampan, Lean yang...
Leo menepuk bahu Ina, membuyarkan lamunannya
"Sudah sore, bunda pasti sudah nyariin kamu." Kata Leo
"Uncle, kenapa tidak mau bertemu dengan ayah dan bunda?" Tanya Ina
"Nanti, kalau waktunya tepat uncle akan bertemu mereka." Kata Leo
"Baiklah..aku pulang ya uncle." Kata Ina pamit. Gadis itu segera mengambil ransel dan masuk ke lift rahasia
Leo memandang punggung gadis itu hingga menghilang di dalam lift
Di dalam lift, Ina mendesah pelan.
Semenjak pertemuan pertamanya, Leo sering mengunjungi Ina di jam istirahat. Hubungan mereka menjadi lebih akrab, terlebih saat Ian pun ikut masuk ke dalam grup mereka.
Ina dan Ian pun tahu tentang kejadian masa lalu yang melibatkan Leo beserta kedua orangtuanya
Leo melarang keduanya untuk bercerita tentang Leo pada keluarganya, terlebih ayah bunda nya. Walau hubungan mereka berjalan baik terakhir kali bertemu, tapi Leo masih belum bisa menyiapkan hati bertemu kembali dengan Aya dan menghadapi tatapan cemburu dari Ardhi
Ina dan Ian faham betapa ayah mereka sangat protektif terhadap keluarga, dan bisa dikategorikan bucin kalau sudah menyangkut bunda mereka.
Walau kerap di tertawakan, di sudut hati Ina juga menginginkan seorang lelaki seperti ayahnya.. Lean mungkin?
Ina tersenyum sambil menggelengkan kepala mengusir pikiran-pikirannya. Pintu lift terbuka, segera gadis itu memasang aplikasi untuk memanggil ojek online
***
Ina berjalan mengendap-endap sambil memperhatikan sekeliling. Adzan maghrib baru saja selesai menggema. Sudah dipastikan semua lelaki di keluarganya pergi ke masjid
Rumah terlihat sepi, lampu taman dan depan sudah menyala. Ina menengok ke kanan dan kiri memastikan tidak ada Aya yang menunggunya
Segera ia menyelinap masuk dan berlari menuju kamarnya yang berada di seberang kamar utama
Jantungnya hampir copot saat melihat Aya berdiri di depan kamar utama sambil bersedekap
"Baru pulang, sayang?" Tanya Aya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
auliasiamatir
semakin kagum sama author, yang bisa bikin cerita menarik kek gini.
2022-01-14
0
Li Permana
Aku mampir kak
2021-11-07
1
R.F
cemungut 2 like, like balik iya
2021-07-25
1