"Eh...bunda.." kata Ina
Aya berjalan menghampiri Ina. Ina memilin ujung kerudungnya sembari menunduk
"Dari mana?" Tanya Aya
"Ng..dari rumah teman bunda. Ada kerja kelompok." Kata Ina.
Ia tidak sepenuhnya berbohong. Leo adalah temannya, dan untuk kerja kelompok, belajar menembak juga termasuk kerja kelompok saat permainan paintball nanti
Aya memindai Ina
"Sana, mandi dulu. Sholat Maghrib lalu kita makan bersama. Bunda tunggu ya." Kata Aya sembari berbalik masuk ke kamar utama
Ina menghela nafas lega. Segera gadis itu masuk ke kamarnya lalu bersiap membersihkan diri
***
Denting alat makan terdengar nyaring di ruang makan keluarga Al Farobi. Endra dengan semangat menceritakan kejadian di sekolahnya
Aya dan Ardhi menyimak cerita Endra sesekali menimpali. Ian dan Ina pun menceritakan kejadian di sekolah seharian ini
Hanya Ray yang belum hadir
"Ohya Na, tadi kamu kerja kelompok di rumah siapa?" Tanya Aya
Ina terdiam sejenak
Ardhi memandangi putrinya yang terlihat berfikir
"Ina ke rumah Cici.." kata Ina pelan
Aya hendak bersuara saat Ardhi menyela
"Oh iya, tadi Om Fathur bilang kamu mampir."
"Kapan ketemu Fathur?" Tanya Aya
"Telepon, sayang. Ada urusan sedikit " Kata Ardhi
Ina diam-diam menghela nafas lega. Setidaknya bunda lebih percaya ayah ketimbang dirinya karena akan sangat ketahuan kalau dirinya berbohong
***
"Na.."
Ina menoleh. Nampak Ardhi duduk di ruang televisi saat dirinya melintas. Ardhi mengisyaratkan agar ia duduk disamping ayahnya
Ina menurut dan duduk di samping Ardhi.
"Benar tadi kamu ke Cici?"
Pertanyaan yang sudah Ina duga. Gadis itu mengangguk pelan. Ia memang sempat ke rumah sahabatnya tadi sebelum ke Apartemen Gading
Ardhi membelai kepala Ina yang tidak tertutup kerudung.
"Ayah merasa, Ina menyembunyikan sesuatu. Boleh cerita ke ayah?" Tanya Ardhi lagi
Ina memandang Ardhi. Ina memang kerap kali bercerita tentang segala hal pada Ardhi dan Aya. Tetapi untuk menceritakan tentang Leo, rasanya Ina belum boleh membukanya pada ayah dan bundanya sendiri
"Ina.. belum bisa cerita ke ayah. Tapi ayah jangan khawatir, bukan masalah atau rahasia besar kok." Kata Ina
Ardhi tersenyum
"Ayah hanya ingin anak-anak ayah berbagi cerita dengan ayah. Kalau memang Ina belum mau cerita tidak masalah. Tetapi ayah sangat senang ketika Ina ataupun anak-anak yang lain mempercayai ayah sebagai tempat bercerita."
Ina tersenyum
"Iya, yah."
Pembicaraan ayah-anak itu terputus saat mendengar suara motor Ray memasuki pekarangan. Tak lama pemuda itu memasuki rumah
"Baru pulang, bang?" Sapa Ina
"Eh, ayah..Ina. Iya nih. Ray ke kamar dulu ya Yah. Gerah, mau mandi." Kata Ray
Ardhi memperhatikan putra sulungnya menaiki tangga menuju kamarnya
"Sudah malam. Ina juga istirahat ya. Besok kan sekolah." Kata Ardhi
Ina mengangguk, lalu mengecup pipi Ardhi
"Malam, ayah.."
"Malam, sayang.."
Sepeninggalan Ina, Ardhi mengambil hp nya dan mulai menghubungi seseorang
"Hallo Beno..."
***
Ray menghempaskan tubuhnya ke kasur king size miliknya. Badannya terasa letih hari ini.
Drrt..drrt..
Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk
"Ketua, kelompok Phoenix mulai beraksi. Mereka melakukan Black Champaign dengan menyebar brosur menjelek-jelekkan kelompok Iron Eagle"
Ray mendengkus. Dilemparnya HPnya ke samping
"Andre.. kau pikir bisa mengalahkan aku?!" Desisnya
Sejenak berfikir, Ray kembali mengambil hpnya lalu menghubungi seseorang
"Vin, elo coba turunin anggota untuk menangkap siapa yang nyebarin brosur kampanye itu. Besok kita lakukan program charity di kampus. Jangan sampai peta kekuasaan pindah ke Phoenix."
Ray langsung mematikan HP nya saat mendengar ketukan di pintunya
"Masuk.."
Terlihat Ina melongokkan kepalanya
"Bang, bunda tanya udah makan belum? Kalau belum mau di buatin apa?" Tanya Ina
Ray tersenyum lembut
"Abang udah makan tadi bareng teman-teman, Na. Thanks ya.."
Ina masih berdiri di depan pintu.
"Ada apa Na?" Tanya Ray
"Ng.. Ina mau tanya sesuatu."
"Sini masuk."
Ina pun masuk dan duduk di tepi tempat tidur Ray
"Bang.. beberapa hari lalu Ina sempat lihat abang di jalan. Abang sepertinya sedang bertengkar.."
Ray mengenyitkan keningnya. Beberapa hari lalu ia memang sempat adu mulut dengan Andre, ketua geng Phoenix. Kalau saja Marvin tidak melerai, mungkin sudah terjadi baku hantam di pinggir jalan
"Akhir-akhir ini abang memang lagi ngurusin pemilihan ketua Dewan Mahasiswa di kampus. Mungkin Ina lihat abang lagi ngasih pengarahan, bukan marah-marah." Kata Ray
"Ooh.. nggak siy. Ina mau tanya, orang yang abang kasih pengarahan itu siapa. Soalnya rada mirip sama kenalan Ina." Kata Ina
Ray tertegun. Ina kenal Andre? Dimana?
"Siapa namanya bang?" Tanya Ina lagi
Ray menatap mata bulat Ina yang berharap. Sebersit rasa khawatir hinggap di hatinya
"Hmm.. seingat abang pernah ngasih pengarahan itu sama Marvin, Agus, Mike.. Andre.."
Ina memanyunkan bibirnya
"Bukan berarti, Ina nggak kenal."
Ray tersenyum lega. Jangan sampai adik cantiknya berteman dengan musuh nya
"Ya deh, Ina keluar dulu ya bang. Met rehat." Kata Ina sambil keluar kamar
Ray kembali menatap HP nya. Menyetel alarm lalu mematikan lampu kamarnya untuk beristirahat
***
Leo sedang memeriksa email dari beberapa anak buahnya saat sesosok pemuda masuk ke dalam apartemen
"Lean.." panggil Leo
Pemuda bernama Lean menghentikan langkahnya
"Yes Daddy?"
"Kau darimana?" Tanya Leo
"Ada sedikit urusan Daddy." Kata Lean sambil duduk di sofa di dekat Leo
Leo memperhatikan Lean yang menyenderkan badannya di sofa sembari memejamkan matanya.
"Sibuk terus ya. Kapan kau meluangkan waktumu sebentar?" Tanya Leo
Lean menghela nafas
"Kurasa daddy sekarang cerewet mirip emak-emak di kantin kampusku."
Leo terbahak. Mana ada emak-emak ganteng dan bertatto banyak seperti dirinya
"Luangkan waktumu. Kita mau main paintball bareng Ina dan Ian." Kata Leo
Lean menoleh saat mendengar nama Ina di sebut. Leo tersenyum lebar melihat tingkah Lean
"Tadi dia kesini, cuma kamu sibuk terus." Kata Leo
"Kalau saja daddy bilang, tentu aku akan pulang lebih cepat." Kata Lean
"Daddy juga tidak tahu, dia muncul setelah liburan kenaikan kelasnya."
Lean mendesah.
"Kalau daddy ijinkan, aku bisa main ke rumah Ina.."
"Jangan! Jangan sekarang. Daddy.."
Lean tertawa
"Kenapa? Daddy masih belum bisa move on dari nyonya Aya kan?"
Leo melempar sekaleng cola pada Lean. Pemuda itu dengan sigap menangkapnya lalu membuka minuman cola itu
"Nasibku tidak akan sama dengan Daddy dan tuan Shankur." Kata Lean sambil meneguk cola nya
"Hahaha.. buktikan saja nanti. Jangan pikir kau tinggal menghadapi tuan Al Farobi. Masih ada kakak dan adik Ina selain Ian." Kata Leo terkekeh
Lean melirik sambil tersenyum
"Ada saudara selain Ian? Ternyata aku tidak begitu tahu banyak tentangmu, Ina.." bathin Lean
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Siti Mariam Shafiee
Z
2022-04-22
0
Li Permana
lanjut!
2021-11-07
1