"Dari mana saja lex.?" tanya Maria begitu putranya Alex memasuki rumah.
Langkah Alex yang hendak menaiki tangga menuju kamarnya langsung terhenti saat mendengar suara Maria.
"Baru pulang dari luar kota Mi, ada urusan kerjaan. " jawab Alex dengan ekspresi malas.
"Jangan bohong, Mami tau kamu dari mana. "
Maria kemudian berdiri dari duduknya, lalu menghampiri Alex yang hendak manaiki anak tangga.
"Kamu pasti habis bersenang-senang lagi kan dengan wanita-wanita malam itu.? " ujar Maria menebak.
Alex diam saja, karena tebakan maminya memang benar adanya.
"Lex kamu itu sudah seharusnya menikah, yang kamu butuhkan sekarang ini adalah seorang istri bukan wanita-wanita penghibur di club malam itu.
Menikahlah dengan Raisha, dia itu wanita yang sempurna. udah cantik, sukses, baik, dan yang terpenting dia juga menyukaimu.
Apa lagi kurangnya Raisha.? "
" Raisha lagi, Raisha lagi.
Aku sudah bilang kan sama mami, kalau aku tidak tertarik untuk menikah .
Jadi mami berhentilah menjodohkanku dengan Raisha atau wanita manapun juga. .! "
ujar Alex kesal dengan nada mulai meninggi, kemudian ia langsung pergi meninggalkan Maria menuju kamarnya .
Maria hanya bisa menghela nafasnya berat, tidak mengerti lagi bagaimana cara membujuk Alex agar mau menikahi gadis pilihannya.
Setelah selesai membersihkan dirinya, Alex segera mengganti pakaian lalu bergegas menuju kantor tanpa sarapan terlebih dahulu.
Ia malas bertemu Maria lagi, karena setiap kali mereka bertemu pasti selalu berdebat tentang pernikahan.
Sampai dikantor Alex menaruh tasnya dimeja, lalu menghempaskan tubuhnya diatas kursi.
Ia masih kesal dengan Maria yang terus saja memaksanya menikahi Raisha.
Gadis itu memang cantik, tapi Alex sama sekali tidak tertarik dengannya.
"Raisha ..Raisha .Raisha.. kenapa harus gadis itu yang selalu disebut.. nggak ada wanita lain apa.? " gerutunya kesal sambil memukul meja di hadapannya.
Ditengah kekesalannya pada Maria, ia mencoba menenangkan dirinya sejenak.
Tiba-tiba Alex teringat tentang Aisyah.
Ia terbayang dengan wajah sendu gadis itu.
Dan teringat juga olehnya saat pertama kali bertemu Aisyah tadi malam hingga perpisahan mereka tadi pagi.
Entah mengapa Alex merasa kasihan membayangkan gadis itu yang tak henti-hentinya menangis dari semalam.
"Aisyah, kenapa aku jadi teringat gadis itu.?
sedang apa dia sekarang. ?" gumamnya.
Alex kemudian kepikiran kalau Aisyah pasti belum makan apapun sampai sekarang.
Di Villa juga sedang tidak ada stok makanan, Alex mulai cemas memikirkannya.
Segera ia meraih gagang telepon di atas meja, lalu menekan panggilan ke nomor telepon Villa.
Aisyah yang tengah menangis menelungkup diatas kasur, awalnya tidak mendengar telepon rumah itu berbunyi.
Setelah dua kali diabaikan, Alex mencoba menelpon lagi.
"Kriing☎...kriinggg☎☎..
Untuk yang ketiga kalinya barulah Aisyah mendengar ada suara telpone berdering dilantai bawah.
Segera ia bangkit dari tidurnya, lalu menyeka air matanya kemudian bergegas keluar menuju lantai bawah.
Awalnya ia ragu mengangkat telepon itu.
karena terlalu lama tak kunjung diangkat, akhirnya panggilanpun terputus kembali.
Diseberang Alex menggerutu kesal karena panggilan telponnya tak juga di angkat oleh Aisyah.
Alex paling tidak suka saat panggilan telfonnya diabaikan.
Jelas saja semua itu berawal karena sang mantan kekasihnya yang dulu dengan sengaja
mengabaikan panggilan telfonnya karena tengah asyik bermesraan dengan lelaki lain.
Sepertinya Alex sangan trauma dengan semua itu.
"Kemana gadis sialan itu, berani-beraninya dia mengabaikan telfon ku. " gerutu Alex merasa sangat kesal.
pikirnya Aisyah benar-benar sengaja mengabaikan panggilan telfon darinya.
Alex mencoba menghubungi lagi.
Aisyah pu akhirnya memberanikan diri untuk mengangkatnya.
Baru saja Aisyah mengangkat telfon dan hendak mengucap salam, Alex langsung berteriak memarahinya.
"Hallo, As.......... ....."
"Hey.. kemana saja kau.? dari tadi aku menelfon mu. Kau sengaja ya mengabaikan panggilanku. ?" teriaknya marah-marah dari seberang.
Aisyah langsuh tahu dengan siapa dia bicara.
"Ma.. maaf Tuan..
Ta.. tadi saya ketiduran, jadi tidak mendengar ada panggilan telpon di lantai bawah. " kilah Aisyah gelagapan membela diri.
Alex bisa mendengar suaranya yang parau dan bergetar seperti habis menangis.
"Jangan coba-coba membohongiku, dari tadi kau tidak tidur, tapi kau habis menangis lagi kan.?
Aku bisa dengar dari suaramu, awas nanti kalau aku lihat kau menangis lagi, aku akan mengantarmu kembali pada Gerry. "
Mendengar nama si mucikari semalam disebut Alex, Aisyah langsung panik.
"Ma.. maaf Tuan.
Saya janji tidak akan menangis lagi, tolong jangan antar saya ke tempat itu lagi Tuan. " ujar Aisyah meminta maaf.
"Kalau kau tidak mau ku antar kesana, maka jangan coba-coba mengabaikan telpon ku, aku paling tidak suka saat telfon ku diabaikan."
"Baik Tuan..
Tadi saya pikir telfon dari siapa, jadi saya takut untuk mengangkatnya. "
Mendengar penjelasan Aisyah, barulah Alex bisa memaklumi.
Jelas saja dia takut untuk mengangkat telfon dirumah itu, karena ia penghuni baru disana. Lagi pula mana Aisyah tahu kalau dirinya yang menelfon.
"Apa kau punya ponsel.? " tanya Alex tiba-tiba.
"Ponsel..?
Tidak tuan, saya tidak punya. " jawab Aisyah jujur.
"owh ya sudah.
Apa kau lapar.? " tanya Alex lagi.
"Ti.......... "
Belum selesai Aisyah menjawab, Alex langsung memotongnya.
"Jangan bohong.. " teriaknya.
"Iii... iya.. Tuan. saya lapar. " jawab Aisyah gelagapan.
Sejujurnya iya memang sudah sangat lapar dari tadi, karena dari kemaren belum sempat memakan apapun. Perutnya keroncongan, bahkan lututnya sampai menggigil dibawa berjalan karena saking laparnya.
"Aku sudah bilang kan dari tadi, jangan membohongiku walau hanya soal masalah kecil pun, kau mengerti. ? " Alex kembali berteriak memperingati Aisyah.
"iya Tuan, saya mengerti. "
"Untuk kali ini kesalahanmu ku maafkan, tapi awas kalau kau sampai membohongiku lagi. " ujar Alex memberi ultimatum.
"iya Tuan." balas Aisyah patuh.
"ya sudah, sebentar lagi aku akan mengirim orang untuk mengantar makanan dan stok bahan mentah untukmu, kau bisa masak kn.? "
"Bisa Tuan, saya bisa masak. " jawabnya jujur.
"Ok kalau begitu kau tunggu lah.
Oh ya.. nanti malam jangan lupa rapikan dirimu, aku akan kesana malam ini. " ujarnya.
Darah Aisyah langsung berdesir mendengar ucapannya yang terakhir, ia tahu betul apa tujuan Alex datang kesana nanti malam.
"iii..iya Tuan." jawabnya kembali gelagapan.
Alex tersenyum menyunggingkan bibirnya, kemudian langsung memutus panggilan telfon.
Setelah itu ia segera menelfon pak Yusuf supir pribadinya.
Pak Yusuf juga termasuk orang kepercayaan Alex, iya sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri. Karena sejak kecil beliau lah yang paling punya banyak waktu bersama Alex dibanding kedua orang tuanya sendiri.
Alex meminta Pak Yusuf mengantar makanan dan keperluan lainnya ke Villa.
Lelaki paruh baya itu sempat bertanya semua itu untuk siapa.
Alex pun akhirnya menceritakan semua tentang Aisyah padanya.
Setelah mendengar penjelasan dari Alex, barulah Yusuf bergegas mengikuti perintahnya.
Meskipun sebenarnya ia tidak suka melihat Alex selalu mempermainkan gadis lain diluar sana.
Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa, karena yusuf sadar betul akan posisinya.
*
Satu jam kemudian Pak Yusuf sampai di Villa.
Ia membawa semua keperluan yang diperintahkan oleh Alex.
Begitu bertemu Aisyah ia langsung memperkenalkan diri.
"Permisi Non, saya Yusuf sopir pribadinya Tuan Alex.. " ujarnya memperkenalkan diri.
Aisyah menjabat tangannya dengan sopan, menunjukkan rasa hormat pada orang yang lebih tua.
Entah mengapa Pak Yusuf langsung menyukai Aisyah pada pertemuan pertama mereka, ia bisa melihat bahwa Aisyah anak yang baik, pakaiannya sopan dan menutup aurat.
Kasihan sekali kalau Alex sampai mempermainkan gadis seperti dirinya.
"Saya Aisyah pak. " sahutnya.
" Oh ya Non, Tuan Alex menyuh saya mengantar semua ini untuk Non." sambungnya sambil menunjukkan barang-barang yang dibawanya pada Aisyah.
"iya Pak tarok saja di dalam. " balas Aisyah.
Pak Yusuf segera mengantarnya kedalam.
Kemudian setelah menaruh semua barang-barang itu, ia langsung pamit.
"Kalau begitu saya permisi dulu Non. "pamitnya undur diri.
"Oh iya ..Bapak nggak mau minum dulu.?
Biar saya bikinkan sebentar." ujar Aisyah menawarkan minuman.
"Tidak usah repot-repot Non, saya sudah minum tadi. " balasnya sungkan.
"Panggil saya Aisyah saja pak, bapak tidak usah sungkan sama saya, lagi pula saya bukan nyonya dirumah ini. Anggap saja saya anak bapak. " ujarnya sambil tersenyum.
Pak Yusuf ikut tersenyum mendengarnya, Aisyah memang anak yang baik, sangat menghormati orang yang lebih tua.
Ia jadi penasaran tentang latar belakang Aisyah.
"Tidak apa-apa Non, Berhubung Non temannya Bos saya, jadi saya juga harus menghormati Non Aisyah. "
"Ya sudah kalau begitu terserah bapak saja." balas Aisyah.
"Kalau begitu saya pamit dulu Non. Asallamu'alaikum. "
"Wa'allaikumsalam. "
Setelah berpamitan, Pak Yusuf segera pergi.
Aisyah melihatnya dari teras hingga mobilnya menghilang keluar dari pekarang Villa mewah itu.
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Purwanti Kurniawan
dengan kebaikan dan kesabaran aidyah alex hatinya takluk ke aisyah
2023-08-11
0
Bunda'e Azzahra
awal baca sampai sini kok mirip ama cerita itu ya... 🤔🤔
2021-10-26
0
Har Tini
semoga alex dpt hidayah bertemu dengan aisyah
2021-10-13
1