Malam harinya, Tyo dan Dona tidur seperti biasanya dalam satu tempat tidur yang sama, tetapi sebelum itu, Dona berbicara empat mata dengan Tyo akan maksud kedatangannya.
"Mas, aku minta tolong, selama aku disini, tolong Mas jangan hubungi atau temui dia. Walaupun aku tidak tahu dia itu siapa, tapi aku minta untuk kita fokus ke masalah yang ada. Kalau aku sangat bersalah dan aku tidak tahu kesalahanku apa, aku minta maaf, tapi tolong berikan penjelasan kepadaku. Kalau memang aku harus kembali kesini lagi, aku akan kembali, anak-anak biarkan di Jogja, sampai akhir semester ini."
"Sebaiknya kita tidur, ini sudah malam, kamu pasti capek, saya juga capek. Kita bicarakan lagi besok," ucap Tyo tanpa sedikitpun merespon perkataan Dona.
Hingga beberapa jam kemudian, Dona terbangun dan ia mendapati Tyo tidak ada disampingnya. Dilihatnya jam di dinding kamarnya, menunjukkan pukul empat pagi. Tak lama kemudian, Tyo terlihat keluar dari kamar mandi dan telah berpakaian rapi.
"Mau kemana, Mas?" tanya Dona.
"Ada urusan sebentar, nanti saya kembali sekitar jam tujuh-an," jawab Tyo.
"Shalat Subuh dimasjid?"
"Iya nanti saya Subuh di Masjid, saya pergi dulu. Assalamu'alaikum," ucap Tyo yang segera keluar
" Wa'alaikumsalam. "
Ada yang berbeda dari Tyo, yang sudah Dona rasakan semenjak telepon itu, yaitu sebutan mas yang biasa ia gunakan untuk menyebut dirinya sendiri ketika berbicara pada Dona dan kata sayang untuk panggilannya kepada Dona sudah tidak lagi terdengar. Dona hanya dapat menarik nafasnya dan kemudian shalat Tahajud sambil menunggu adzan Subuh.
Sesudah shalat Subuh, seperti biasa Dona akan ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Tetapi saat ia memperhatikan rumah kontrakan yang dulu ia tempati bersama Tyo, sungguh diluar kebiasaan Tyo. Tyo yang mempunyai alergi terhadap debu akan mengeluarkan protesnya jika ia mendapati rumah kotor, berdebu dan berantakan. Ia pun menyadari, bahkan seprei yang digunakan adalah seprei yang Tyo tidak pernah sukai.
Walaupun Dona merasakan kejanggalan itu, tetapi ia tetaplah Dona sang ibu rumah tangga, yang akan menyiapkan semua kebutuhan di dalam rumahnya. Ia pun merapikan seperlunya, lalu ia menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Sekitar pukul 6.30 pagi, Dona telah selesai memasak sarapan dan sedikit merapikan kamarnya. Tak lama Tyo pun kembali, tetapi ia tidak sendiri, melainkan bersama seorang wanita yang Dona sama sekali tidak mengenalnya. Jantung Dona berdegup dengan kencang, ia pun segera masuk ke dalam kamar.
Ia segera menyadari penampilannya yang belum mandi dan beraroma dapur, tetapi bukan itu yang membuatnya masuk ke dalam kamar, semalam ia telah jelas-jelas mengatakan kepada Tyo untuk jangan menghubungi atau menemui selingkuhannya selama ia di Jakarta, tetapi pagi ini dengan teganya ia membawa masuk wanita itu kedalam rumahnya.
Tyo pun mendekati Dona, Dona mengambil tangan Tyo dan meletakkan di atas dadanya, agar Tyo dapat merasakan detakan jantungnya yang berdegup sangat kencang.
"Kamu ga pa-pa, kamu ga pa-pa," hanya itu yang diucapkan Tyo, lalu dengan ringannya ia mengajak Dona menemui selingkuhannya tanpa sedikitpun memikirkan perasaan Dona saat itu.
Dona pun dengan kekuatan yang datangnya dari mana, begitu mendengar Tyo mengatakan dirinya tidak apa-apa, alarm tubuhnya pun mengikuti.
Ia pun menjadi tenang, bahkan tampak sangat tenang. Ia kemudian menemui selingkuhan Tyo di ruang keluarga yang terletak di depan kamarnya.
Ia melihat wanita itu duduk berdampingan dengan Tyo. Tyo kemudian mempersilahkan Dona duduk dan Tyo mengambil kursi untuk duduk di depan mereka berdua.
"Kenalkan saya, Uma," ucap wanita itu memperkenalkan dirinya.
"Mbak, mbak itu gimana sih? punya suami baiknya kayak gini tapi kok nggak diurusin!" hardik selingkuhan Tyo yang membuat Dona terkejut, tapi ia memilih diam. Ia ingin mendengar apa yang akan diucapkan Uma selanjutnya.
"Suami Mbak tuh ganteng, baik tapi Mbak kok nggak ngerawat suami malah ditinggalin sendirian. Mbak, kalau jadi istri itu, harusnya nurut suami, tinggal sama suami, bukannya milih tinggal sama orang tua!"
Masih banyak lagi kata-kata Uma yang menyudutkan Dona, tetapi Dona tetap diam tidak menjawab, ia beristighfar dalam hati, agar ia tidak terpancing emosi.
Setelah Uma selesai berbicara, Dona pun memulai gilirannya.
"Maaf tetapi saya nggak kenal kamu siapa, lagipula Tyo itu suami saya, apa urusan kamu ikut campur masalah saya dengan suami saya?"
Sebelum Dona sempat melanjutkan kalimatnya, Uma kembali menyerang Dona.
"Mbak, Mbak tuh kok nggak bersyukur banget punya suami seperti suami Mbak, ... "
Dona pun tak sanggup lagi mendengar kata-kata yang terucap dari mulut Uma.
"Maaf, saya tidak kenal kamu siapa dan saya tidak ada urusan dengan kamu. Saya kesini adalah urusan saya dengan suami saya, bukan kamu," ucap Dona memotong kalimat Uma.
Kemudian Tyo menggenggam tangan Uma, Dona yang otomatis melihatnya pun menghardiknya, "Dan kamu, ngapain pegang-pegang tangan dia ?! bukan mahramnya !"
"Dan lagi, dulu saya nggak pernah bersentuhan dengan Tyo sebelum ijab kabul !"
Mendengar ucapan Dona, Tyo pun melepaskan genggamannya, sementara Dona melanjutkan pembelaannya.
"Apa pun yang terjadi antara saya dan suami saya, itu bukan urusan kamu, kamu nggak kenal saya, kamu tahu saya juga dari mulut suami saya dan saya tidak tahu apa yang dia katakan tentang saya benar atau tidak!"
Tyo pun meraih tangan Dona untuk menenangkannya tetapi Dona menarik tangannya.
"Dulu saya nggak pakai pacaran, kami langsung lamaran dan kemudian menikah. Sekarang apa kalian sudah nikah?" tanya Dona.
"Belum," jawab Tyo.
"Oo berarti pacaran dong, zina? waaa hebat banget Mas!"
"Eee mbak jangan sembarangan nuduh ya!" protes Uma.
"Lho trus apa dong? nikah belum, tapi sudah pegangan tangan. Mbak, zina kan macam-macam tingkatannya, zina mata, hati atau yang...," Dona pun tidak melanjutkan kata-katanya karena ia tahu efek yang akan ditimbulkannya.
Tetapi Tyo dan Uma diam membeku mendengar serangan Dona. Keheningan sesaat pun terjadi, hingga Dona menarik nafasnya, sebelum melanjutkan serangannya.
"Gini deh, Mas, kamu kan laki, tanggungjawab dong, pilih saya, dia atau dua-duanya !"
"Wah nggak bisa gitu dong, Mbak!" protes Uma.
"Lho, nggak bisa gimana? saya kan kasih pilihan, saya masih istrinya yang sah, lho. Saya masih punya hak atas suami saya," jawab Dona.
"Tapi kami tidak bisa putus, hubungan kami sudah terlalu dalam," jawab Uma dan disetujui oleh Tyo.
Dalam hati Dona, ingin rasanya ia berkata kasar, terlalu dalam ndasmu! terlalu dalam! sumur tuh dalam nyebur aja kalian berdua kesana, trus nggak usah muncul lagi !
Tetapi istighfar telah membuatnya tidak mengucapkannya.
"Okelah kalau begitu. Saya tidak akan ikut campur urusan kalian berdua.. " ucap Dona.
"Ibu !" teriak Zalfa yang tiba-tiba terbangun.
Mendengar suara Zalfa, Tyo segera masuk ke dalam kamar dan kemudian menggendong Zalfa keluar untuk dipertemukan dengan Uma.
Zalfa yang masih mengantuk berlari kembali masuk ke dalam kamar, sebelum sempat Uma memegangnya.
Dona bersyukur Zalfa cepat menghindar dari 'nenek sihir' itu.
Kemudian Tyo melihat ke arah jam di dinding yang telah menunjukkan pukul setengah delapan.
"Eh, sudah mau jam delapan, saya siap-siap ke kantor dulu!" ucap Tyo yang terburu-buru.
Tyo segera masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap.
Dona pun mengikuti Tyo masuk ke dalam kamarnya, tetapi hal yang tidak ia duga terjadi, Uma pun mengikutinya masuk ke dalam kamar, sebelum ia sempat menutup pintunya dan dengan santainya ia menghampiri Zalfa.
Dona membiarkan Uma, karena ia ingin mendengar apa yang akan diucapkannya.
"Hai, namanya siapa ? kenalan dong?" tanya Uma.
Zalfa mematung tidak menjawab dan bereaksi apapun.
"Kok diam, eh tante juga punya anak seumuran Zalfa lho, namanya Nara, kapan-kapan main bareng yaa."
Zalfa tetap mematung, diam tidak bereaksi. Melihat hal itu, Dona kemudian memeluk Zalfa.
"Sayang, tante ini mau kenalan... " ucap Dona.
Zalfa menggelengkan kepalanya dengan kuat dan disaat itupun Dona merasakan kemarahan yang sangat hebat dari dalam diri putri bungsunya. Ia merasakan denyut jantungnya yang sangat cepat ditambah dengan kedua tangannya yang mengepal dibalik badannya.
"Maaf Tante, Zalfa baru bangun, bisa permisi dulu Tante ya," ucap Dona sambil menutup dan mengunci pintu kamarnya yang membuat Uma keluar dengan sendirinya.
Entah kekuatan dari mana yang Dona dapatkan, hingga ia dapat mengontrol emosinya dengan begitu baik, mungkinkah karena istighfar yang tak putus ia ucapkan selama perjalanan kemarin?
Lalu, Dona memeluk erat Zalfa, untuk meredakan emosi yang dirasakan putrinya itu. Ia merasakan debaran jantungnya dan nafasnya yang cepat, menandakan emosi kemarahannya. Dona pun mengelus-elus punggung Zalfa dan membisikkan kalimat istighfar di telinganya. Perlahan-lahan Dona dapat merasakan, debaran jantung Zalfa mulai kembali normal dan kepalan tangannya telah dibukanya
Saat itu, Dona berharap Zalfa tidak mendengarkan apapun yang terjadi di ruang keluarga. Ia sangat berharap Zalfa tidak mengetahui apa yang terjadi.
Sementara itu, Tyo telah bersiap untuk ke kantor. Lalu, tanpa sarapan ia segera pergi bersama selingkuhannya.
Seaaat setelah Tyo pergi, dinding pertahanan Dona pun runtuh, tubuhnya bergetar hebat. Tangis pun pecah tak terbendung lagi, ia hanya duduk terdiam masih dalam keadaan berusaha mencerna kejadian barusan. Sedangkan Zalfa hanya terdiam melihat ibunya menangis.
Setelah ia dapat mengontrol emosinya, Dona segera menghubungi ibunya di Jogja.
"Bu, mas Tyo selingkuh, pagi ini dia bawa selingkuhannya ke rumah, aku di serang, Zalfa juga lihat, Bu," ucap Dona dengan terisak.
"Astaghfirullahalazim, Tyo ngapain, selingkuh?"
"Iya Bu, dia bawa selingkuhannya nemuin aku pagi ini, padahal aku sudah minta jangan temui atau hubungi selingkuhannya, malah pagi ini dia bawa ke rumah," isak tangis Dona terus mengalir tak berhenti.
"Sudah kamu tenang dulu, istighfar. Kamu telpon ibunya Tyo, ceritakan, ibunya harus tahu!"
"Baik, Bu."
Setelah menelpon ibunya, Dona segera menghubungi mertuanya yang tinggal di Bekasi. Dona menceritakan semuanya dari awal ia berangkat ke Jakarta sampai pertemuannya dengan Uma.
Reaksi tak kalah menyayat hati dari sang mertua yang menangis, "Ya Allah, Tyo ! kenapa ? kenapa kamuuuu!?"
Air mata Dona kembali tak terbendung mendengar tangisan mertuanya. Kemudian ia segera tersadar, ada Zalfa yang sedari tadi memperhatikannya. Ia pun segera menyudahi telpon ke mertuanya itu.
Lalu setelah dapat mengendalikan emosi dan mengatur nafasnya, Dona kembali menjadi ibu yang tegar seperti tidak terjadi apa-apa.
"Eh Zalfa, mandi yuk, trus kita sarapan. Tadi pagi, ibu sudah masak nasi goreng kesukaan Zalfa," ucap Zalfa sambil menuntunnya ke kamar mandi.
Hari itu, Dona dengan segala kekuatan yang tersisa, ia merapikan kamar dan membersihkan rumah semampunya. Di siang harinya, ayah Dona menelpon.
"Tadi Bapak sudah telpon Tyo, Bapak suruh ia pulang ke Jogja secepatnya, dia bilang mau cek tiket sore ini, semoga sore nanti kalian bisa pulang."
"Baik, Pak," ucap Dona lega.
"Kamu jangan mikir macam-macam, ingat ada Zalfa disitu, apa yang ia lihat dan dengar akan terekam, mungkin ia tidak paham, tetapi ia dapat merasakan, jadi kamu tenang ya. Bapak dan ibu do'a kan yang terbaik untuk kalian berdua."
"Baik, Pak, syukron," jawab Dona.
Sekitar pukul dua belas siang, Tyo menelpon Dona, "Kita kembali ke Jogja malam nanti, saya sudah dapat tiket jam setengah tujuh."
"Baik, Mas."
Dona pun merapikan barang-barangnya kembali dan bersiap untuk kembali ke Jogja dan di siang itu juga, Tyo kembali ke rumah membawakan makanan untuk Dona dan Zalfa.
"Makan dulu, saya mau istirahat," ucap Tyo sebelum masuk ke dalam kamar untuk beristirahat dan tak lama ia pun tertidur.
Dua jam kemudian, Tyo sudah kembali rapi dan bersiap untuk kembali ke kantor.
"Nanti kita berangkat paling lambat jam lima, saya usahakan jam empat sudah di rumah, kamu siap-siap aja. Saya berangkat sekarang."
"Mas, mau pisah? Mas sudah nggak cinta lagi?" tanya Dona sambil menarik tangan Tyo.
"Kita bicarakan nanti, sekarang kamu istirahat aja dulu, saya ke kantor," ucap Tyo sambil melepaskan genggaman tangan Dona dari lengannya. Lalu, Tyo pun pergi mengendarai mobilnya menuju kantor.
Sesuai janjinya, Tyo telah sampai di rumah sesudah Ashar. Kemudian ia membantu Dona merapikan barang-barangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
@MEIMEI🙃🤩
terlalukejam tyo 🤨😑😤🥱
2023-05-03
0
Chiisan kasih
pengen 🤛 tyo
2022-12-13
1
tinta hitam
🤣😂😂😂
kejam amat tuh mbake, udah kaya authornya aja 😂😂
2022-11-23
2