Ba'da dzuhur Dona, Ita dan Wawan dengan menggunakan mobil Nada menuju ke rumah bu Irma.
Bu Irma adalah salah satu karyawati senior di tempat Tyo bekerja yang memiliki banyak koneksi baik untuk kepentingan pekerjaan maupun di luar itu. Dona sudah beberapa kali mengunjungi rumah Bu Irma, karena beliau selalu mengundang rekan-rekan dan kerabat di setiap hari besar agama Islam.
Sesampainya di kediaman Bu Irma, mereka bertiga disambut Bu Irma langsung di teras rumahnya.
"Assalamu'alaikum," salam Dona dan Ita.
"Wa'alaikumsalam, ayo silahkan masuk," ajak Bu Irma ke ruang tamu.
"Apa kabar, Don?"
"Alhamdulillah baik, Bu. Oiya, kenalin adik saya, Wawan," jawab Dona sekaligus memperkenalkan Wawan.
"Adik ? Gede ya, adiknya!" celetuk Bu Irma yang membuat Dona dan Ita tertawa.
"Makanya saya ajak dia, Bu. Lumayan tenaganya," canda Dona.
"Makasih, Mbak atas pujiannya," sarkas Wawan yang memecahkan suasana.
"Baiklah, saya langsung aja ya. Sebelum saya mulai, saya mau kamu cerita dulu, saya mau dengar apa yang kamu tahu, setelah kamu cerita, baru saya bisa cerita juga," ucap bu Irma.
Dona pun menceritakan dari awal kepindahannya sampai ia datang ke Jakarta hari itu kepada bu Irma.
"Baik, mungkin Tyo pernah cerita ke kamu, di sekitar bulan Mei, saya tanya ke dia kalau katanya dia sudah nikah lagi, trus dia jawab, aaamiiinn sudah dido'ain sama Bu Irma."
"Iya Bu, Tyo cerita ke saya. Trus saya bilang, ngaco diaminin emangnya mau nikah lagi? dia jawab, ya kan dido'ain, do'a nya nggak salah yaa diaminkan aja. Ya saya diam aja, saya pikir bercanda lah," jawab Dona.
"Nah, tahu nggak kenapa saya tanya itu ke dia ? karena saya sudah dengar hubungannya sama perempuan itu, kebetulan tetangga rumahnya itu teman saya. Dia cerita, katanya salah satu karyawan disini ada ganggu istri orang, sampai ramai rumahnya karena perertengkaran suami istri itu, kebun binatang dan bahasa kasar keluar semua," ucap bu Irma.
Dona hanya diam dan mendengarkan dengan seksama penjelasan bu Irma.
"Nah, suami si perempuan ini, teman kerja kawan saya juga, ceritalah dia ke saya, tentang salah satu karyawan disini yang selingkuh sama istri temannya, intinya sampai orang-orang di kantor suami si perempuan ini juga tahu," lanjut bu Irma.
"Tapi ada satu hal yang saya nggak tahu, gimana mereka kenalnya, karena kan nggak ada hubungan perkenalan yang nyambung. Kalau Tyo cerita ke kamu gimana?" tanya Bu Irma.
"Katanya, Uma itu orang tiketing Garuda, makanya dia tahu nama saya dan anak-anak, karena kalau pesan tiket ke dia. Terus, katanya Uma mau dipindahkan ke Timur Tengah dan Uma akan mengiyakannya kalau Tyo nggak segera memberikan keputusan antara saya dan Uma," jawab Dona.
"Hmm, kamu sudah baca status FB Tyo, yang komen bukan kamu lho? makanya orang kantor heboh dan beberapa statusnya itu sahut-sahutan sama perempuan itu," tanya Bu Irma lagi.
"Iya Bu, saya pikir cuma teman biasa, karena saya juga sering lihat beberapa teman sekolah atau kuliahnya juga ngobrol di FB, jadi saya nggak curiga, walaupun aneh karena bahasa yang dia pakai nggak seperti biasanya," jawab Dona.
"Tapi saya nggak mau curiga, sampai saya dikirimin screenshot dari FB-nya, awalnya saya pikir status itu untuk saya, tetapi setelah saya baca komen di bawahnya, saya sadar, itu bukan untuk saya," lanjutnya lagi.
"Baiklah, saya mau atur pertemuan dengan Tyo sore nanti di KGM. Saya akan tanyakan tentang masalah yang kalian hadapi saat ini karena semua orang sudah tahu kalau Tyo selingkuh. Saya mau tahu isi hatinya dan bagaimana perasaannya ke kamu saat ini. Nanti kamu siap-siap aja, kalau saya minta kamu datang temui Tyo. Bicaralah empat mata dengannya, saya nggak ingin keluarga kalian hancur. Gimana Don, kamu siap?" tanya bu Irma.
"In sya Allah, siap Bu," jawab Dona dengan tegas.
Kemudian Dona, Ita dan Wawan kembali ke rumah Nada, sementara Bu Irma pergi bertemu dengan Tyo.
"Don, paling sekitar satu jam aja ketemunya. Aku rasa nggak bakalan lama-lama," prediksi Ita.
"Mudah-mudahan, kita tinggal nunggu Bu Irma telpon aja," ucap Dona.
Satu jam pun berlalu, tetapi belum juga ada kabar dari bu Irma, bahkan hingga dua jam kemudian.
"Kayaknya diskusi mereka alot nih Don, aku rasa Tyo bikin alasan-alasan lagi," ucap Ita sedikit cemas.
"Kita tunggu aja, Mbak," ucap Wawan mencoba menenangkan, sementara Dona tampak tetap tenang.
Hingga akhirnya sekitar pukul setengah delapan malam, bu Irma pun menghubungi Ita. Ita segera mengaktifkan loud speaker HP-nya, agar Dona dan Wawan dapat mendengar langsung apa yang akan disampaikan Bu Irma.
"Ta, ada Dona disitu?"
"Ada Bu, mau aku panggilkan?" jawab Ita.
"Nggak usah, lebih baik dia jangan dengar," ucap bu Irma dengan nada khawatir.
"Memangnya kenapa Bu?" tanya Ita.
"Tadi saya sudah bicara ke Tyo, saya coba mempersatukan mereka kembali tapi dia menolak. Tyo kembali menjelek-jelekkan Dona yang saya tahu benar itu kebohongannya lagi. Saya nggak tega, anak-anaknya masih kecil-kecil kan. Tadi juga saya tantangin, kalau kamu mau, saya panggil Dona untuk datang dan bicara langsung dengan kamu, saat ini juga, gimana? jawabnya muter-muter, intinya dia nggak mau ketemu Dona. Saya nggak tega, saya pikir dapat merubah pendirian Tyo, tapi dia benar-benar sudah menghapus Dona dari hatinya. Saya benar-benar nggak nyangka, kalau hasilnya seperti ini."
"Aduh saya takut, kalau Dona dengar dia bisa pingsan," lanjut bu Irma.
Dona tersenyum mendengar perhatian Bu Irma.
"Nggak Bu, in syaa Allah Dona kuat kok, Bu," jawab Ita dengan suara yang sedikit bergetar.
"Ya sudah, tolong sampaikan maaf saya ke Dona ya, maaf saya tidak dapat membantu mempersatukan mereka lagi."
Tak berapa lama, bu Irma pun menyudahi pembicaraannya dengan Ita.
Berbeda dengan Dona yang telah mempersiapkan hatinya jauh-jauh hari akan kemungkinan-kemungkinan terburuk dalam pernikahannya, Ita ternyata cukup shock dengan berita dari Bu Irma akhirnya menangis. Melihat kesedihan yang dirasakan Ita, Dona pun menghampiri dan memeluknya, seraya berkata, "Mbak, nggak pa-pa, aku nggak pa-pa, aku sudah siap kok. Aku ke sini untuk yang kedua kalinya dan aku sudah mempersiapkan untuk kemungkinan yang terburuk. Kalau memang jalannya sudah berakhir, ya sudah. Aku nggak mau maksa Tyo untuk mau terima aku lagi."
"Tapi kasihan anak-anak, Don. Aku nggak bisa ngebayangin mereka kehilangan ayahnya, gimana nanti perasaan mereka, kalau tahu ayahnya ternyata mencintai wanita lain !"
"Ga pa-pa Mbak, aku ikhlas, ini mungkin yang terbaik dari Allah," ucap Dona yang masih memeluk Ita.
Wawan hanya dapat melihat kakaknya dengan hati yang panas dan marah yang ia pendam untuk Tyo. Entah apa yang akan ia lakukan jika bertemu dengan Tyo nanti.
Beberapa saat kemudian, pesan WA di hp Ita pun berbunyi yang berisikan pesan dari Pak Reynold, yang meminta bertemu Dona di kediamannya, di kawasan Sunter. Tanpa menunggu lebih lama, mereka bertiga kembali keluar menuju rumah mewah nan megah dengan gaya minimalis milik pak Reynold.
"Assalamu'alaikum Pak."
"Wa'alaikumsalam, mari silahkan masuk," jawab pak Reynold yang telah menunggu kedatangan mereka bertiga di teras rumahnya.
"Maaf Pak, mengganggu," ucap Dona.
"Nggak lah, kan saya yang minta kalian datang "
"Oiya Pak, kenalkan ini adik saya, Wawan."
Setelah saling bersalaman, Pak Reynold mulai berbicara.
"Don, kita semua sudah dengar kabar nggak enak ini dan terus terang saya sangat terganggu, karena kantor jadi tempat gosip, sementara yang digosipkan tidak perduli."
"Maaf Pak, saya juga gerah dengan perilaku Tyo yang sekarang kasar dan tidak perduli dengan anak-anak," ucap Dona.
"Oiya, tadi saya dengar kamu sudah beresin barang-barang yang harus Tyo kirim ya?"
"Iya, Pak. Alhamdulillah tadi sudah selesai," jawab Dona.
"Kalau ada barang yang besok nggak bisa dibawa ke Jogja karena over baggage, kamu titip ke Ratna, nanti biar Ratna yang kirim. Tenang Don, kamu disini banyak yang mendukung," ucap pak Reynold.
"Terima kasih, Pak."
"Nah, intinya gimana nih, kamu mau Tyo pindah ke Jogja atau bagaimana?"
"Kayaknya sih keputusan saat ini yang terbaik saya pisah, nggak mungkin saya terima dia lagi," jawab tegas Dona.
"Oke, baik. Oiya, kamu buat surat pengaduan atas perilaku yang bertentangan dengan norma susila, ini harus istri yang buat suratnya. Kalau kamu bingung format suratnya bagaimana, nanti kamu hubungi mbak Yani, HRD. Nanti bisa di kasih contohnya sama dia. Secepatnya ya, saya tunggu setelah kamu kembali ke Jogja," pinta pak Reynold.
"Oiya, untuk rencana pulang ke Jogja, besok pesawat jam berapa?" tanya Pak Reynold.
"In syaa Allah besok jam dua siang, Pak."
"Oke, baik. Selamat jalan ya. Hati-hati. Maaf saya tidak bisa membantu lebih banyak," ucap pak Reynold.
"Bantuan Bapak selama ini sudah lebih dari cukup, kalau Ratna tidak menghubungi Mbak Ita, saya nggak akan pernah tahu kebenarannya," jawab Dona.
"Baiklah kalau begitu, saya tunggu suratnya. Semoga perjalanan esok hari lancar, selamat sampai di rumah kembali."
"Terima kasih Pak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
tinta hitam
semangat Dona, gak usah peduli laki-laki kaya Tyo, buang aja langsung ke laut, biar dimakan hiu, abiss
2022-11-23
0
♕FiiStory_
Saya mampir Thor, salam kenal dari my Dream High dan Mencintai Tuan kulkas 😊 mampir juga ya Thor di karyaku 😊
2021-07-25
3
shofia
Be strong 💪 💪 Dona...
2021-05-03
1