Part 5

Tak terasa dua bulan sudah berlalu. Kini usia kandunganku memasuki usia 3 bulan atau lebih tepatnya 22 minggu.

Saat usia kandunganku yang memasuki saat-saat akhir trismester awal ini, tiba-tiba aku mengalami pendarahan hebat yang mana saat itu aku sedang berada di tempat kerja.

“Pak Anton!! Tolong Mira, pak.” Panggil Linda yang tahu tentang keadaanku

“Mira!!” Teriak pak Anton yang sangat khawatir melihatku

“Lebih baik kita segera bawa dia ke rumah sakit.” Ucap pak Anton yang sudah tidak berpikir panjang lagi dan segera menggendongku yang sedang pingsan

Sesampainya di rumah sakit, aku langsung di periksa oleh Dokter spesialis kandungan

“Apa anda suaminya?” tanya Dokter itu kepada pak Anton

“Bukan. Saya temannya.” Sahut pak Anton

“Lalu mana suaminya?” tanya Dokter itu lagi

“Dia sedang dalam perjalanan, Dok.” Ucap pak Anton yang sudah menghubungi suamiku

“Oh begitu.” Ucap Dokter itu

“Dok, lalu bagaimana keadaan teman saya dan juga calon anaknya?” tanya pak Anton yang sangat mengkhawatirkan kandunganku dan juga kehamilanku

“Hmm... Teman anda mengalami keguguran akibat depresi dan stres yang dia alami.” Ucap Dokter itu

“Dokter tahu dari mana kalau itu penyebabnya?” tanya pak Anton

“Saya bisa melihatnya dari hasil pengecekkan. Awalnya semua normal dan tidak ada masalah. Tapi karena tekanan dan juga terlalu banyak pikiran, membuat kandungannya menjadi lemah dan tidak kuat.” Jelas Dokter itu

“Oh begitu ya, Dok.” Ucap Pak Anton

“O ya, nanti kalau suami dari teman anda ini sudah datang, tolong suruh segera datang ke ruangan saya.” Pinta Dokter itu

“Iya, Dok.” Sahut pak Anton

“Mir, sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan kehidupan rumah tanggamu?” gumam pak Anton lirih sambil melihatku yang sedang terbaring lemas

Beberapa saat kemudian, mas Ferdi datang. Namun sebelum itu, mas Ferdi menemui Dokter terlebih dahulu

‘tok.. tok.. tok..’

“Masuk..” ucap Dokter tersebut

“Permisi, Dok.” Ucap mas Ferdi

“Oh, silahkan masuk, pak.” Ucap Dokter

Mas Ferdipun masuk ke dalam dan langsung duduk

“Anda ini suami dari ibu Mira, ya?” tanya Dokter itu memastikan

“Iya, Dok.” Sahut mas Ferdi

“Dok, bagaimana keadaan istri saya dan juga kandungannya?” tanya mas Ferdi

“Sebelumnya saya turut berduka, pak. Karena kandungan istri bapak tidak bisa kami selamatkan.” Ucap Dokter itu

“Apa maksud Dokter?” tanya mas Ferdi

“Istri bapak mengalami banyak pendarahan dan akhirnya keguguran.” Ucap Dokter

“Apa, Dok? Kenapa bisa seperti ini?” ucap mas Ferdi yang tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Dokter

“Istri bapak bisa mengalami keguguran karena adanya tingkat stres dan depresi berlebihan dan ini sangatlah mempengaruhi keadaan janin di dalam kandungan.” Jelas Dokter itu

“Depresi? Stres?” ucap mas Ferdi yang tidak sadar kalau itu adalah hasil dari ulahnya

“Apa bukan karena susah minum obat.” Tanya mas Ferdi yang selalu mencari-cari letak kesalahanku dan mengingkari kesalahannya

“Obat-obatan hanyalah penunjang agar janin tetap dalam keadaan tumbuh kembang yang normal. Hal ini juga seharusnya di iringi oleh keadaan fisik dan mental dari sang ibu.” Jelas Dokter itu

“Berarti bukan karena stres aja kan, Dok? Tidak minum obat juga bisa mempengaruhi?!” ucap mas Ferdi yang mungkin siap-siap akan menyalahkanku habis-habisan

“Itu memang benar. Tapi pada kasus istri bapak, itu bukanlah faktor utama penyebab keguguran ini.” Ucap Dokter itu

“Lalu, maksud Dokter, istri saya keguguran itu karena yang tadi Dokter bilang, stres dan depresi?” tanya mas Ferdi dan Dokter itupun mengangguk

“Atas dasar apa, Dokter bisa menyimpulkan seperti itu?” tanya mas Ferdi yang tidak terima dengan hasil analisis Dokter itu

“Maaf, pak. Saya bisa menyimpulkan hal ini, karena saya melihat data-data rekaman medis di buku kehamilan yang ada di tas istri bapak. Dari sana saya bisa melihat kalau sebenarnya tidak ada masalah dengan keadaan janin dalam kandungan istri bapak. Semuanya normal. Jadi setelah saya mengetahui hal itu, saya bisa simpulkan kalau keguguran yang di alami istri bapak itu lebih dikarenakan adanya tingkat stres dan juga depresi yang berlebihan.” Jelas Dokter itu

Mendengar penjelasan itu, mas Ferdi pun terdiam. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu.

Sementara di tempat lain, aku yang baru sadar dari pingsan hanya bisa menunduk sedih dan takut.

“Kamu kenapa, Mir?” tanya pak Anton

“Hmm.. Tidak ada apa-apa, pak.” Sahutku dengan senyuman dipaksakan

“Pak, lebih baik kita jangan bertanya macam-macam dulu dengan Mira.” Ucap Linda

“Oh, baiklah.” Ucap pak Anton

Di saat yang bersamaan, mas Ferdi datang dengan wajah yang terlihat agak emosi.

“Pak, anda sudah datang?” ucap pak Anton

“Iya. Terimakasih sudah membawa Mira ke rumah sakit.” Ucap mas Ferdi

“Tidak usah sungkan begitu, pak. Sudah jadi kewajiban kami sebagai teman untuk saling membantu.” Ucap pak Anton

“Hmm...” sahut mas Ferdi singkat

“Ya sudah kalau begitu. Kami mohon pamit pulang dulu.” Ucap pak Anton berpamitan

“Iya, pak. Terimakasih.” Ucapku lirih

“Sama-sama, Mir.” Sahut Linda

Setelah berpamitan, mereka pun langsung pulang. Kini tinggallah aku dan mas Ferdi berdua di ruangan itu.

“Mas, maafkan aku.” Ucapku setelah beberapa saat kami saling diam

“Mir, kamu itu maunya apa sih? Kamu puas sekarang? Kamu itu sudah membunuh anakmu sendiri. Apa kau tahu itu?” ucap mas Ferdi penuh emosi

“Aku tidak seperti itu mas.” Ucapku

“Kalau kamu tidak seperti itu, kenapa kamu tidak mau minum obat?! Sekarang kamu tahu kan, apa akibatnya? Apa sekarang kamu sudah merasa menyesal, hah?” ucap mas Ferdi penuh emosi

“Maaf, mas. Tapi aku tidak seperti itu. Aku mohon. Mengertilah aku.” Ucapku lirih sambil menangis pedih

“Halah.. Kebiasaan kamu itu ya. Selalu saja menggunakan air mata untuk menutupi kesalahan.” Ucap mas Ferdi dan di saat yang bersamaan ternyata pak Anton kembali dan mendengar semuanya dari awal sampai akhir

“Mir, ternyata seperti ini perlakuan suami kamu ke kamu selama ini?” gumamnya dalam hati dan berbalik badan

“Mas, Aku mohon mas. Mengertilah aku.” Ucapku

“Malas aku. Kamu sudah buat aku kecewa.” Ucap mas Ferdi dan langsung ke luar dari ruang perawatan.

“Mas, aku harus bagaimana lagi?! Aku sungguh-sungguh tidak tahu dimana letak kesalahanku hingga kau berubah seperti ini.” Gumamku sambil menangis lirih

***

Sampai di sini dulu cerita di episode ini.. Author mau menangis dulu...😭😭😭

“Mira.. Mira.. Kenapa seperti ini sih kisahmu?” (author)

“Sabar thor. Masih mau di lanjutkan tidak nih, ceritanya?” (Mira)

“Sebentar... Di next aja kali ya, Mir. Aku mau puaskan dulu menangisku.😭😭😭” (author)

“O ya sudah kalau begitu. Nanti beritahu aku ya kalau sudah siap buat lanjut lagi.” (Mira)

“Iya, Mir.” (author)

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Caramel Latte

Caramel Latte

saran nih thor kalo mau pov orang pertama seharusnya nih yang pas percakapan ferdi dan dokter itu pov author atau pov ferdi, kalo pov mira kayaknya kurang pas, soalnya mira kan gak tau ferdi dan dokter bicara apa, secara mereka beda ruang kan



semangat thor

2022-10-26

0

Caramel Latte

Caramel Latte

mungkin maksudnya 12 minggu ya thor, soalnya 22 minggu itu 5 bulan

2022-10-26

0

Yani Maria

Yani Maria

gw gedek sama suaminya udah tau istrinya ke guguran bukanya di bujuk ke bikin seneng atau gimana biar gk sedih, lah ini malah di salahin di maki maki udah mir tinggalin aja laki kayak gitu mah mending sama pk aton tuh yg baik perhatian jelas

2021-05-19

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!