Keesokan harinya, aku pun berangkat kerja seperti biasanya dan di antar oleh mas Ferdi.
Sesampainya aku di kantor, aku selalu saja duduk berdiam diri di meja kerjaku dan menatap layar komputer.
“Hai, Mira. Pagi!!” Sapa Linda
“Pagi.” Sahutku
“Kamu kenapa, Mir?” tanya Linda
“Aku sedang merasa mual, Lin.” Sahutku
“Mual?” tanya Linda bingung
“Iya.” Sahutku singkat
“Apa kamu sedang hamil?” tanya Linda dan aku pun mengangguk
“Wah, selamat ya, Mir.” Ucap Linda memberi selamat padaku
“Iya, Lin. Terimakasih.” Sahutku
Tak selang berapa lama, pak Anton pun datang dan langsung menghampiriku
“Bagaimana, Mir, keadaan kamu sekarang?” tanya pak Anton
“Dia sedang mabok berat, pak.” Sahut Linda mendahuluiku
“Mabok? Mabok kenapa?” tanya pak Anton bingung
“Ya si bapak. Ya jelas mabok karena lagi hamil muda lah. Si bapak ini bagaimana?” Celetuk Linda
“Apa benar itu, Mir?” tanya pak Anton dan aku pun mengangguk membenarkannya
“Wah, selamat ya, Mir.” Ucap pak Anton
“Terimakasih, pak.” Ucapku
“Sekarang kamu ingin apa? Bilang saja. Nanti aku carikan sampai dapat.” Ucap pak Anton
“Duh, segitunya si Bapak.” Goda Linda dan aku pun tersenyum
Entah mengapa tapi aku sangatlah bahagia berada di tengah-tengah mereka.
Hari-hari terus berlanjut. Selama hamil muda, aku merasakan mual yang teramat sangat jika mencium sesuatu masakan.
Dan lagi-lagi mas Ferdi selalu marah-marah akan hal itu. Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya agar dia tahu dan mengerti dengan apa yang aku rasakan ini.
Aku hampir putus asa, hampir setiap hari dia marah-marah. Dan pernah suatu ketika, aku benar-benar tidak bisa makan apa pun lagi apalagi obat.
Perutku terasa mual dan inginnya muntah. Hal ini ternyata diketahui oleh mas Ferdi
“Mir, kenapa kamu tidak minum obatnya?” tanya mas Ferdi
“Tadi aku udah coba minum, tapi aku selalu muntah.” Sahutku
“Sudah tidak minum obat, kamu juga tidak makan. Kamu ini maunya apa sih?! Jangan pikirkan diri kamu sendiri. Pikirkan juga tuh anak dalam kandunganmu.” Ucap mas Ferdi
“Iya mas. Tadi aku udah coba, tapi akunya muntah.” Sahutku
“Halah... Palingan juga lagi-lagi kamu alasan. Iya kan?! Sekarang, pokoknya aku tidak mau tahu, kamu harus makan. Cepetan.” Ucapnya
Lalu akupun lagi-lagi harus menahan tangis
“Mas, kamu kok sekarang begini sih?” gumamku
“Sudah belum mengambil makanannya? Lama benar.” Ucap mas ferdi
“Iya mas, ini aku lagi mengambil makanannya.” Ucapku
“Sedikit sekali ngambilnya?! Itu sih sama makannya kucing saja masih banyakan kucing kalau lagi makan.” Ucapnya
“Sudah sana ambil lagi yang banyak.” Suruh mas Ferdi
Lalu akupun menurutinya. Namun tiba-tiba..
“Mas, aku sudah tidak bisa makan lagi. Aku ingin muntah.” Ucapku
“Paksakan. Muntah ya tinggal muntah. Habis itu makan lagi.” Ucapnya memaksa
Dan benar saja, aku muntah. Semua yang sudah aku makan, akhirnya keluar semua.
“Mas, aku mohon. Aku sudah tidak bisa makan lagi. Aku mual mas.” Ucapku sambil menangis
“Ya sudah terserah kamu. Tapi awas kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak-tidak dengan anak dalam kandunganmu.” Ucap mas Ferdi setelah itu dia pergi, sementara aku duduk lemas.
“Ya Allah, kenapa begini sekali nasibku?” gumamku lirih sambil menangis
Keesokan harinya, saat sedang jam istirahat, ditempat kerja, aku merasa ga semangat sama sekali.
“Lo kenapa Mir?” tanya Linda
“Aku lemas sekali. Tidak tahu kenapa?!” ucapku
“Kamu sudah coba pergi ke dokter?” tanya Linda
“Belum, Lin. Tapi beberapa hari yang lalu, aku sudah pergi ke bidan.” Ucapku
“Terus kata bidan apa?” tanya Ratih
“Katanya ini pengaruh dari kehamilanku ini.” Sahutku
“Bisa jadi itu.” Ucap Linda
“Trus suamimu bagaimana?” tanya Linda
“Suamiku sih, ya.. Ada khawatir juga.” Ucapku
“O.. Baguslah klo begitu.” Ucap Ratih
“Hmm...” sahutku singkat
“Terus.. Sekarang kamu ingin makan apa?” tanya Linda
“Kamu tanya tanya seperti itu, memang kamu mau belikan aku ya?!” ucapku
“Ya.. Iyalah. Siapa tahu saja yang kamu ingin makan itu gampang di carinya.” Ucap Linda
“Oh begitu.” Ucapku
“Jadi, sekarang kamu ingin di belikan apa?” tanya Linda lagi
“Beneran nih mau belikan aku?” tanyaku memastikan
“Iya, say. Kamu ingin apa. Buruan. Keburu aku berubah pikiran nih.” Ucap Linda
“Aku ingin.. Hmm.. Makan somay. Kamu bisa belikan tidak?” ucapku
“Oh.. Kamu ingin somay ya?! Ya sudah, aku belikan ya.” Ucap Linda dan aku pun mengangguk kemudian Linda pun pergi membelikannya
“Andaikan suamiku bisa jadi seperti Linda yang mengerti keadaanku.” Gumamku dalam hati
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Linda datang dengan membawa sepiring somay. Lalu aku pun memakannya sampai habis
“Semenjak hamil, baru kali ini aku makan enak seperti ini.” Gumamku dalam hati sambil menahan tangis haru sekaligus sedih
“Thanks ya, Lin.” Ucapku
“Iya. Sama-sama.” Sahutnya
.
.
.
.
.
Lanjut..👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Caramel Latte
kasian mira, alhamdulillah pas aku hamil gak ngidam aneh2
2022-10-26
0