Sore itu, sepulang aku dari kerja, aku di undang ke sebuah acara. Di sanalah aku bertemu dengan Ferdinan Arya, sesosok pria yang menurutku dewasa.
Dari pertemuan tersebut, ternyata dia diam-diam menyukaiku. Dan dia pun akhirnya meminta nomor ponselku. Dari sana, kami mulai saling mengirim pesan singkat.
Setelah 2 bulan saling mengenal, akhirnya dia menyatakan perasaannya kepadaku dan aku pun menerimanya. Karena waktu itu aku berpikir kalau umurku yang 23 tahun itu sudah bukan waktunya lagi untuk bermain-main.
Dari waktu ke waktu, kami menjalin hubungan tanpa ada masalah apa-apa. Kami saling melengkapi satu dengan yang lainnya
Setelah menjalin hubungan selama 2 tahun, dia pun memutuskan untuk melamarku.
“Mir, mau tidak kamu menjadi istriku dan ibu dari anak-anakku?” ucap Ferdinan saat itu
“Iya mas. Aku mau.” Sahutku
Dan beberapa bulan kemudian, kamipun menikah dengan acara yang sederhana dengan biaya sendiri.
Setelah acara pernikahan, kami pun memutuskan untuk menyewa tempat tinggal sendiri
Dari sanalah awal kisah kehidupan rumah tangga kami
********
“Mas, sekarang kan kita sudah berumah tangga sendiri, berarti aku boleh tidak beli apa yang inginkan selama ini. Contohnya make up?” tanyaku
“Kalau bisa jangan beli apa-apa dulu. Kita kan masih harus belajar ngadaptasi dengan kehidupan rumah tangga kita.” Sahut mas Ferdi
“Tapi mas, dari dulu aku tidak bisa beli itu semua. Apa sekarang sekedar beli bedak saja aku masih tidak bisa?” protesku
“Mil, gajimu dan gajiku hanya cukup untuk bayar sewa kontrakan dan juga makan sehari-hari. Belum lagi nanti saat kita punya anak. Pasti butuh biaya besar. Kita harus coba menabung sedikit-sedikit mulai dari sekarang.” Ucap mas Ferdi
“Ya sudah mas kalau begitu.” Ucapku pasrah
Satu minggu setelah itu, tepatnya waktu tanggal tua, tiba-tiba mas Ferdinan mengatakan sesuatu padaku sebelum berangkat kerja
“Mil, aku minta uangnya donk. Uang peganganku sudah habis. Kan sudah aku kasih semua ke kamu. Aku mau buat beli bensin. Kalau tidak ada bensin, nanti kita tidak bisa berangkat kerja.” Ucap mas Ferdinan
“Iya. Berapa mas?” tanyaku
“200rb ada tidak?” tanyanya
“Ini mas.” Ucapku yang sebenarnya itu uang satu-satunya untuk simpanan
Setelah menerima uang dariku, kami pun langsung berangkat kerja.
“Mudah-mudahan cukup ya Allah... Sampai nanti gajian lagi.” Gumamku dalam hati
Setelah beberapa hari kemudian, ternyata mas Ferdinan meminta uang lagi padaku.
“Mas, jujur, uang 200 yang kemarin itu uang simpananku. Sekarang aku sudah tidak ada uang lagi mas. Ini ada untuk makan sehari-hari.” Ucapku
“Bagaimana sih kamu?! Kan aku sudah bilang supaya disimpan jangan dibelikan apa-apa.” Ucapnya ketus
“Astaghfirullah mas, aku tuh tidak beli apa-apa. Uang habis karena semua kebutuhan rumah tangga juga pada naik.” Jelasku
“Hala.. Palingan kamu alasan saja kan?! Bilang saja kalau aku tidak boleh minta.” Sahutnya
“Bukan begitu mas. Aku benar-benar tidak ada uang buat kasih mas.” Ucapku
“Ya sudahlah...” sahutnya dan kemudian...
“Brak...” dia membanting pintu
“Astaghfirullah mas, kenapa sekarang kamu jadi berubah seperti ini?” gumamku sambil mengelus dada.
Keesokan harinya, kami berangkat kerja seperti biasa
“Ya sudah, kamu cari pinjaman sana ke teman-teman kerjamu.” Suruhnya saat aku turun dari motor
“Kenapa tidak mas sendiri yang cari pinjaman?! Mas kan juga punya teman.” Ucapku
“Malu aku kalau pinjam ke teman. Sudah kamu saja, pinjam ke teman-temanmu.” Ucapnya
“Ya sudah, aku usahakan ya mas. Tapi aku tidak janji.” Ucapku
“Pokoknya kamu harus dapat. Masalahnya bensin sudah mulai menipis.” Ucapnya
“Iya mas.” Sahutku singkat.
Sesampainya di tempat kerja, aku termenung memikirkan bagaimana caranya mencari pinjaman uang
“Mir, kamu kenapa?” tanya Linda teman kerjaku
“Lin, aku lagi bingung nih.” Sahutku
“Bingung kenapa, Mir?” tanya Linda
“Tadi suamiku menyuruhku mencari pinjaman uang 200 ribu. Aku bingung mau pinjam ke siapa.” Jelasku lirih
“Ya ampun, Mir. Masalah seperti itu saja kamu bingung. Kamu sudah lupa ya kalau masih ada aku. Aku kan temanmu, Mir.” Ucap Linda
“Iya sih. Tapi aku tidak enak kalau harus pinjam ke kamu.” Ucapku
“Kenapa tidak enak?” tanya Linda heran
“Ya... Aku tidak enak karena takut merepotkanmu.” Ucapku
“Ya ampun, Mir. Seperti dengan siapa saja. Ya sudah, nanti aku ambilkan uangnya dulu di tas.” Ucap Linda
“Terimakasih, Lin. Maaf sudah merepotkan.” Ucapku
“Iya. Tidak apa-apa.” Sahut Linda
Setelah beberapa saat kemudian, Linda pun datang dengan membawakan uang yang ingin aku pinjam.
“Ini, Mir.” Ucapnya sambil memberikan uangnya
“Terimakasih, Lin. Nanti, saat gajian, aku kembalikan ya.” Ucapku
“Iya. Santai saja.” Sahutnya dengan tersenyum
“Alhamdulillah ya Allah. Masih ada orang yang percaya padaku dan memberikan pinjaman kepadaku.” Gumamku dalam hati sambil tersenyum-senyum sendiri dan ini terlihat oleh Linda
“Nah lho, terus sekarang kamu senyam-senyum sendiri seperti ini?” tanyanya heran
“Eh.. Oh.. Tidak apa-apa, Lin. Aku hanya bersyukur karena masih ada orang yang mempercayaiku.” Ucapku
“Eh, dasar kamu tuh ya. Orangnya terlalu serius. Santai saja, ok.” Ucap Linda dan akupun mengangguk sambil tersenyum
.
.
.
.
Lanjut..👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Caramel Latte
loh. gaji mira kan haknya mira Fer, kamu tdk berhak untuk mengusiknya,🙄
2022-10-26
0
Ranti Lestari
seperti kisahku,,kalau dia punya uang cuek bebek,giliran kita punya uang dimintain terus
2022-02-13
0
Nur Ain
Hahaha laki...
2021-06-04
0