tidaklah buruk

..."waktu yang akan perlahan menghapus pelangi ,tapi ada satu warna yg tidak bisa hilang yaitu Biru...

...Kenapa? Karena warna itu sama dengan langit...

...Langit itu akan berwarna biru walaupun ada awan mendung  akan datang" (Larisa amanda)...

Setelah satu jam akhirnya mereka sudah sampai dirumah Larisa. Dan ayahnya menyambut Aoi dengan sangat baik.

"Emm Oishi (enak)." ucap Aoi dengan memakan ayam goreng. Sementara ayah Larisa hanya bisa tertawa melihat Aoi yang semangat melahap makanan.

"Apa kau tak pernah makan ayam goreng?" Ucap Larisa.

"Tidak."

"HAH." ucap Larisa dengan terkejut.

"Larisa pelankan suaramu, tidak baik berteriak saat makan." Ayahnya menegur Larisa, sementara Aoi yang melihat hanya tertawa kecil.

"Aku tinggal sendiri disini." ucap Aoi kemudian.

"Dimanakah orang tuamu?" tanya ayah Larisa.

"Kedua orang tuaku berada di Tokyo." jawab Aoi dengan singkat.

"Lalu kenapa kau disini sendirian? Jika aku menjadi ayahmu aku tidak akan tega meninggalkanmu sendirian." ucap ayah Larisa dengan rasa iba.

"Itu karena ada sesuatu yang harus kulakukan disini. Eh maksudku aku ingin kembali di kota kelahiranku, aku rindu disini." Jawab Aoi dengan terbata-bata tapi tetap mengukir senyum di bibirnya. Sementara tangan kirinya meremas baju bawahnya seakan menahan sesuatu. Dan Larisa memperhatikan semuanya.

"Aoi kun, arigatou (terimakasih) telah mengantarku pulang." ucap Larisa saat menemani Aoi menuju halte bus.

"Tidak masalah."

"Hey Aoi, apa ada sesuatu yang membebani pikiranmu." tanya Larisa karena ia ingat saat Aoi meremas seragamnya dan tersenyum pada ayahnya.

"Emm, kurasa aku memikirkan kapan aku bisa makan ayam goreng lagi." jawab Aoi yang bercanda. Larisa yang mendengar jawaban Aoi langsung memukulnya.

"Hey sakit sekali."

"Aoi baka (bodoh). Baiklah pulanglah dengan hati-hati." ucap Larisa yang kesal lalu meninggalkan Aoi begitu saja saat bus sudah tiba.

"Mata Ashita Larisa (sampai jumpa besok)." Teriak Aoi dengan melambaikan tangan kearah Larisa.

Sementara Larisa masih mengabaikan ucapan dari Aoi, tapi ia malah mengulas senyum tipis melihat kelakuan Aoi.

"Mata ashita Aoi." ucap Larisa dalam hati serta tidak menoleh sekalipun kearah Aoi.

...*****************...

Malam sudah berganti dengan pagi, rasanya cepat sekali pagi datang. Kini saatnya Aoi bangun dan menghadapi kenyataan yang ada. Ia bergegas untuk berangkat sekolah, dan ia kembali menjemput Larisa lagi.

Larisa sudah melihat Aoi di halte bus.

"Aoi..., " pangil Larisa seraya lari menghampirinya.

"Selamat pagi Larisa." Sapa Aoi dengan senyum indahnya.

"Selamat pagi juga Aoi, terimakasih sudah menjemputku."

" Larisa penampilanmu jauh berbeda hari ini."

"Apa kelihatan sangat aneh?, kakak mu memaksaku memakai ini dia bilang aku cocok memakai ini." Larisa  menjawab dengan lemah dan putus asa.

Aoi memang mengenalkan Larisa pada sepupunya di Hokkaido, dia adalah Naomi.

"Bukan begitu Larisa, maksudku kau..." Tiba -tiba Aoi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bingung harus bagaimana mengatakannya.

"Apa? Kau pasti mau mengejekku."

"Bukan, maksudku kau sangat cantik hari ini." Aoi memuji Larisa dengan malu.

"Benarkah?, Terimakasih Aoi, sampaikan rasa terimakasihku pada kak Naomi" wajah Larisa yang murung berubah menjadi riang karena pujian Aoi.

Beberapa saat kemudian terlihat bus yang datang .

"Come on Larisa". Aoi menarik tangan Larisa dan mengajaknya masuk busway

Disepanjang perjalanan Aoi memandangi Larisa dan tersenyum malu, Larisa yang mengetahui itu hanya balik tersenyum kepada Aoi.

Bus sudah sampai di halte Aoi mengajak Larisa untuk turun dan segera menuju ke sekolah.

Tetapi saat hampir sampai di gerbang sekolah Larisa menjadi ragu, Larisa takut jika teman sekolahnya kembali membully.

" Larisa, aku akan ada di belakangmu jangan takut", kata Aoi dibelakang Larisa dan melambaikan tangan.

Larisa melihat Aoi kemudian melanjutkan berjalan.

"Risaa...." terdengar teriakan seseorang yang begitu di kenal

" Hanabi." Larisa menjawab lirih

Dan benar saja semua mata tertuju kepada Larisa memandanginya penuh curiga. Larisa mempercepat langkahnya menuju kelas

" Risa tunggu," Hanabi mencoba mengejar Larisa tapi Aoi menahannya

"Ada apa dengan Risa?" tanyanya pada Aoi.

"Bukankah dia terlihat berbeda hari ini?" jawab Aoi.

"Aku tahu dia lebih cantik, tapi kenapa dia malu?"

"Mungkin belum terbiasa. Ayo ikuti dia di belakangnya." ajak Aoi lalu Hanabi mengikutinya.

" Apa kau benar-benar Larisa? " ucap seseorang dari kelas lain. Tapi Larisa tidak menghiraukan dan pergi begitu saja.

"Hey itu bukannya Larisa? Lihat itu?" ucap lagi dari seseorang. Tampaknya benar seisi sekolah membicarakan dirinya.

Sesampainya di kelas

"Ohayou. (selamat pagi)." sapa Larisa kepada teman-temannya dengan ragu.

"hah, kawai (cantiknya)..." ucap Dimas teman sekelasnya

" Risa,  ini benar-benar kau? Ternyata cantik juga kalo kau bedandan", Airin gadis tercantik di kelasnya mendekati Larisa dan semua orang mendekati Larisa memuji kecantikan Larisa. Namun tidak dengan Maira, ia pergi begitu saja saat melihat Larisa sudah datang.

"Tunggu." Larisa mencegah Maira dari depan pintu.

"Doshite? (kenapa)." ucap Maira.

"Kenapa kau menghindari ku." tanya Larisa memberanikan diri.

"Apa maksudmu, aku hanya ingin pergi ke kamar mandi." Maira berusaha menampik namun salah satu temannya berteiak.

"Tentu saja Maira malu padamu." teriak Hanabi dari belakang.

"Samuel Kim bukankah sepupu mu? Dia yang menyiram Larissa bukan?" ucap Hanabi mendekati Larisa dan Maira.

"Aku tahu, tapi hal itu tak ada hubungannya kan?" Larisa membela sahabatnya.

"BERISIK.." teriak Maira lalu memandang kearah Larisa. "Gomenne." sesaat kemudian Maira berlari keluar. Ketika Larissa hendak menahannya Hanabi menghentikan Larisa.

"Biarkan saja, bukankah dia sudah menghianatimu." ucap Hanabi dan menyuruh Larisa duduk di bangkunya.

Sementara Aoi dan Dimas hanya memperhatikan dari kejahuan.

"Hey, kenapa kau tak katakan padanya jika Maira menembakmu." kata Dimas pada Aoi.

"Biarkan saja itu urusan wanita." jawab Aoi dengan santai dan mempersiapkan bukunya untuk pelajaran pertama.

Jam pelajaran telah berlalu, semua murid berhamburan menuju kantin.

Larisa melihat Aoi selesai bermain sepak bola,

" apa ini? " Aoi melihat Larisa menyodorkan kaleng minuman

" Soda pasti menyegarkan, minumlah"

" terimakasih Larisa, tapi aku lebih suka minum air putih" Aoi mengambil kedua soda di tangan Larisa, kemudian memberikan sebotol air putih di tangan Larisa

"Aoi aku ingin meminumnya"

" tidak baik jika terus meminumnya,"

" Aoi, penampilanku tidak buruk kan?"

" Tentu saja tidak, sudah berapa banyak orang yang memujimu? Bisa jadi kau besar kepala." ucap Aoi, tapi tiba-tiba ia melihat Larisa dengan wajah yang muram.

"Doshite? (kenapa)." tanya Aoi.

"Tidak apa-apa." jawab Larisa tapi masih enggan menoleh pada Aoi.

"Apa karena Maira? Mungkin lebih baik kau sedikit menjauh dariku." ucap Aoi.

"HAH, apa maksudmu?" tanya Larisa yang tidak mengerti.

"Maira menyatakan perasaannya padaku, tapi aku menolaknya." jawab Aoi.

"Hey, apa kau menyukai Maira?" tanya Larisa kembali namun entah kenapa rasanya sakit saat bertanya hal itu.

"Aku tidak punya pikirannya untuk pacaran. Jadi tak ada yang ku sukai." jawab Aoi lalu pergi bersama Dimas saat meliahatnya melintas.

Sementara Larisa hanya Bisa diam dan menggenggam dadanya, rasanya sakit sekali saat Aoi menjawab pertanyaan.

Saat jam pulang sekolah Larisa memilih tidak menghampiri Aoi, ia ingin menjelaskan pada Maira bahwa dirinya dan Aoi tidak memiliki perasaan apapun.

"Larisa, ayo kita pulang." panggil Aoi.

"Gomenne (maaf), aku masih belum mau pulang. Kau bisa pulang dulu." jawab Larisa.

"Wakatta (baiklah), hey Larisa ini untukkmu." Aoi memberikan kartu akses untuk nail bus pada Larisa.

"Eh kenapa kau berikan padaku?" tanya Larisa.

"Kau akan membutuhkannya, oh ya kau bisa mengisinya saat habis. Bye Larisa." Aoi lalu pergi meninggalkannya.

Setelah kepergian Aoi, ia kemudian pergi mencari Maira. Semua masalah ini harus diselesaikan. Larisa tidak tahu apa yang membuat Maira menjauhinya.

Saat Larisa menangkap sosok Maira dan ingin menemuinya, tiba-tiba Aoi sudah datang menghampiri Maira.

" Mungkin lebih baik kau sedikit menjauh dariku." ucap Aoi.

"HAH, apa maksudmu?" tanya Larisa yang tidak mengerti.

"Maira menyatakan perasaannya padaku, tapi aku menolaknya." jawab Aoi.

Ia teringat ucapannya dengan Aoi, lalu mengurungkan niatnya untuk menemui sahabatnya. Meskipun ia ingin bersama dengan sahabatnya dan orang yang baru pertama ia kenal.

"Hey, kurasa kau salah halte, bukankah arah rumahmu kesana." ucap Aoi dan berjalan ke arah Maira.

"Aku ingin membeli buku sains. Bukankah rumahmu dekat dengan sekolah?" tanya Maira kembali.

"Aku juga ingin ke toko buku. Ada beberapa yang harus ku beli. Hey ayo kita kesana bersama." Ajak Aoi dan mendorong pelan punggung Maira saat masuk kedalam bus.

"Bukankah lebih baik minta maaf daripada melarikan diri." ucap Aoi saat mereka sudah berada di toko buku dan memilih buku bersama.

"Aku tidak tahu apapun." Maira mengelak tapi Aoi menariknya dan memojokkan Maira di sudut rak.

"Hey kau tahu bagaimana Larisa percaya padamu? Bahkan jika seluruh kelas mengatakan kau ada hubungannya dengan kejadian kemarin, Larisa tetap membelamu." Aoi mencoba menggertak agar Maira minta maaf pada Larisa. Karena ia benar-benar tahu yang mengunggah video di News message adalah Maira.

"Tidak mungkin, aku tidak mungkin mengatakannya. Larisa adalah temanku dari kecil." ucap Maira dengan ketakutan.

"Kalau kau menganggap Larisa sahabatmu kenapa kau tega melakukannya. Lain kali berpikirlah sebelum bertindak." Ucap Aoi dengan penuh penekanan lalu pergi meninggalkannya. Sementara Maira belum bisa berbuat apa-apa ia menangis di pojokan rak buku.

Keesokan harinya Aoi sudah duduk di bangku nya dengan membaca sebuah manga.

"Yo sepertinya kau sangat sibuk." Sapa Dimas yang baru datang, kemudian mengambil buku yang di baca Aoi.

"Kau suka dengan Manga?" tanya Dimas.

"Tidak, aku hanya iseng membelinya." Jawab Aoi lalu mengambil kembali buku miliknya.

Ia melihat Larisa yang baru datang dan tidak lama kemudian Maira menghampiri Larisa.

"Anoo bisa bicara sebentar?" ucap Maira lalu mereka berdua keluar dari kelas.

"Larisa. Gomenne, hountoni gomenne (aku benar-benar minta maaf)." ucap Maira dengan menunduk, ia terlihat menangis dan menyesal mengatakannya. Larisa tidak mengatakan apapun, ia mendekati Maira dan kemudian memeluknya.

Aoi yang dari tadi memperhatikannya hanya tersenyum melihat mereka berdua sudah akur kembali. Kemudian ia kembali ke tempat duduknya dan melanjutkan membaca bukunya.

"Kau bilang tak akan ikut campur masalah wanita." ucap Dimas saat melihat Aoi duduk di sebelahnya.

"Aku tak ikut campur sama sekali." balas Aoi dengan santai dan seutas senyum di bibirnya.

Pelajaran akan di mulai semua orang telah masuk dan duduk di bangkunya masing-masing. Begitu juga dengan Larisa dan Maira yang telah kembali.

"Larisa ayo pergi ke kantin." ajak Hanabi menghampiri ke bangku Larisa.

"Hum baiklah, ayo pergi bersama Maira." Larisa bergegas dan menggandeng tangan Maira.

"HAH kau masih memaafkan orang yang sudah berkhianat padamu." ucap Hanabi dengan sinis saat Larisa mengajak Maira.

"Maira tidak bersalah."

"Hey Larisa bukalah matamu, sudah jelas yang mengunggah videomu kemarin adalah Maira. Akun dengan cewek panggilan X adalah dia." jelas Hanabi dengan setengah berteriak.

"Memang benar dan Maira sudah minta maaf padaku. Hanabi, bukankah hubungan Maira dan sepupunya tidak baik? Aku yakin pasti ada alasan Maira melakukannya." Larisa tetap membela sahabatnya.

"Terserah kau saja." Karena kesal Hanabi langsung pergi meninggalkan Larisa dan Maira sendiri.

"Igo (ayo)." Larisa menggandeng tangan Maira dan mengajaknya pergi ke kantin bersama.

Di kantin Larisa melihat Dimas dan Aoi sedang makan bersama, ia pun memutuskan untuk ikut bergabung.

"Itadakimasu (selamat makan)." ucap Larisa dan Maira bersamaan saat mau makan.

"Hey Risa aku sudah tidak pernah lagi melihatmu memakai sepeda." tanya Dimas sambil meminum es kopinya.

"Hum, aku sekarang naik bus." jawab Larisa dengan mulut yang penuh makanan, sementara Aoi hanya tertawa melihatnya.

"Doshite (kenapa)?" tanya Dimas kembali.

"Eh kenapa apanya?"

"Kenapa baru sekarang kau mau naik bus? Apa karena ada Aoi."

"Apa maksudmu tentu saja tidak." ucap Larisa menampik perkataan Dimas.

"Baiklah, gomenne (maaf)."

"Aku kembali ke kelas dulu." tiba-tiba Aoi berdiri dari kursinya dan pergi mendahului teman-temannya. Maira sebenarnya ingin mengenjar Aoi tapi ia mengurungkan niatnya.

"Aoi......" panggil Maira saat bel pulang sekolah tiba.

"Hem, nani?(apa)."

"Anoo.. Bisakah aku pulang bersamamu." ucap Maira dengan penuh keraguan. Tapi tak disangka Maira mendengar suara yang familiar memanggilnya.

"Hum, ayo pulang bersama." ucap Aoi dan tersenyum pada Maira. Tidak hanya dengan Maira tapi Aoi juga menunggu Larisa yang berlari sambil memanggil nama Maira.

"Kita berpisah disini, jaa mata (sampai jumpa)."ucap Larisa melambaikan tangan saat sudah masuk.ke busway. Ia masih memandang Aoi dan Maira yang sedang di halte lalu keduanya pergi.

Setelah mengantar Larisa, Aoi lalu bergantian mengantar Maira ke halte bus yang bersebrangan.

"Arigatougozaimasu (terimakasih banyak) sudah mengantarku." Ucap Maira setelah sampai di halte.

"Tidak masalah."

"Aoi..." Maira hendak mengatakan sesuatu tapi bus sudah datang.

"Em, Nani (apa) ?"

"Ano..." Maira bingung harus bagaimana ia mengatakan pada Aoi.

"Naiklah bus mu sudah datang." Aoi menyuruh Maira masuk ke bus.

"Anoo.. besok bisakah kita pulang bersama lagi." ucap Maira setengah berteriak lalu pintu bus tertutup.

Aoi tak menjawab ia hanya mengangguk kemudian tersenyum. Sejujurnya ia setuju dengan ajakan Maira karena ingin pulang dengan Larisa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!