..." warna itu adalah biru, secerah langit dan seindah laut, karena sama indahnya dengan pelangi, namun kenapa warna itu tdak begitu terlihat? Jawabannya hampir sama...
...Pernahkah kalian melihat langit biru di pantai?...
...Apa terlihat mana langit dan mana laut?...
...Dimana kau warna yang biru?" (Larisa Amanda)...
Aoi mendengar Larissa memanggilnya , Ia merasa tidak suka saat Larissa memanggil namanya tidak seriang biasanya jadi Aoi mengabaikannya.
"aku tahu siapa kau Aoi?" ancam kakak kelas yang menyiram Larissa dengan air , dia bernama Samuel Kim.
" Benarkah? siapa aku?" Aoi menjawab dengan sedikit keraguan namu tidak terlihat, Aoi masih terlihat santai dan senyum tipis di wajahnya.
"Tentu saja, kau masih ingat dengan gadis yang membawakanmu kado dengan bunga mawar, kau yang membuatnya menderita ."
"Aku tidak pernah mengenalnya, jadi untuk apa aku membuatnya menderita."
"Kau memang tidak mengenalnya, tapi kau juga harus merasakan apa yang dia rasakan". Bisik Samuel kemudian mengajak teman-temannya pergi
Aoi menghampiri Larissa yang tertunduk malu dan teman- temannya yang menolong Larissa
" Kau tidak apa- apa Larisa,?. " Aoi membantu Larissa berdiri kemudian meninggalkannya.
" Arigatou sudah membantuku." ucap Larisa tapi Aoi sudah jauh berada di depannya.
Saat Larisa akan kembali ke kelas ia melihat ke arah Maira, Ia tahu bahwa yang menyiramnya adalah kakak tiri Maira.
Pagi yang masih gelap, Larisaa baru saja terbangun dari tidur dilihat jam dindingnya masih pukul 04.00 ingin rasanya Larissa tertidur lagi tapi tidak mungkin karena bisa jadi Ia akan terlambat sekolah. Larissa bangkit dari ranjang kamarnya dan bergegas untuk mandi.
"Selamat pagi dunia, hey ayam kamu pasti belum bangun." seru Larissa riang dengan mengendarai sepedah kayuhnya
" Risa , Apa kau sudah makan belum pagi ini?" tanya seorang nenek tua yang berjalan membawa ember berisi makanan
"Nanti saja bibi, aku harus mengejar mimpiku. Jaa mata (sampai jumpa) ." Larisa menjawab tanpa turun dari sepeda Ia tetap mengendarainya.
Sesampainya disekolah.
Larisa melihat teman-temannya berkerumun memainkan ponselnya.
"Ohayou (selamat pagi)." sapa Larisa tapi tidak ada yang menjawabnya.
" Risa , kemari." Maira memanggil Larisa memberitahunya ada berita di News Message, (berita tentang sekolah atau mading online)
" Risa , tragedi kamu di siram air beritanya menyebar luas, mereka bahkan mengunggah fotomu ketika bajumu basah dan menerawang." ucap Runa ketua kelas
"Benarkah?" mendengar apa yang dikatakan temannya dan di lihat di berita Larisa kaget, ia merasa malu karena foto itu memperlihatkan bentuk tubuhnya. Larisa berlari keluar kelasnya.
"Pagi Larisa" Aoi yang baru datang menyapa Larisa tapi Larisa berlari melewatinya. "Ada apa dengannya." pekik Aoi.
"Aoi coba kau lihat grub" jawab Hanabi.
Aoi meletakkan jaketnya di loker kemudian membuka ponselnya, dan melihat berita tentang Larisa. Ia sangat terkejut kemudian berlari mengejar Larisa.
Larisa menangis di belakang halaman sekolah, dia memandangi ponsel dan merasa malu sekali. Dia juga mengingat kejadian itu, dan Maira saat itu hanya terdiam tanpa membantu Larisa.
"Kenapa?...kenapa bisa terjadi kepadaku." Larisa menangis sesegukkan dan menunduk ingin melempar ponselnya tapi tidak jadi karena tidak ingin ponselnya rusak.
Sepasang sepatu terlihat saat Larisa menegakkan kepalanya, ia menghapus air matanya dan menengok ke atas.
" Aoi?" ucapnya.
Namu Aoi tidak menjawab ia hanya tersenyum kepada Larisa dan ikut duduk. Melihat Aoi duduk Larisa malah menangis keras.
"Menangislah jika bisa membuatmu lega." ucap Aoi dan membiarkan Larisa menangis di pundaknya.
"Kau tau berita itu?"
"iya,"
"Aku berusaha keras untuk masuk disekolah ini, berangkat sangat pagi dari rumah karena aku ingin mengejar tujuannku. Tapi kenapa aku berakhir dengan seperti ini."
" Apa maksudmu."
" Kau tidak baca artikelnya?, itu sangat kejam Aoi."
"Ahh iya, kurasa tak ada yang salah. Larisa memang seperti itu kan." Jawab Aoi lalu memaksakan senyum pada Larisa.
" Apa maksudmu , apa kau juga ikut membully ku juga." Larisa kesal dengan Aoi dia melemparkan tas nya yang berat mengenai wajah Aoi namun berhasil ditangkapnya
"Menurutku kau cantik , jadi untuk apa kau malu. Kurasa jika kau sedikit saja mau merias dirimu, kau akan menjadi gadis yang populer."
"pergilah brengsek , kau membuatku kesal". Emosi Larisa semakin memuncak
"Tenanglah Larisa aku tahu kau malu dan bersedih memang itu yang mereka harapkan. Lagi pula untuk apa kau malu? Kau cantik dan tubuhmu bagus." Aoi mencoba menenangkan Larisa dan duduk disebelahnya. Larisa masih tetap diam tanpa menggubris perkataan Aoi. Menurutnya Aoi sama sekali tak menghiburnya.
"Kau boleh sedih dan menangis untuk hari ini, tapi besok kau harus melawannya." ucap Aoi sekali lagi.
"Tapi mereka membully ku bagaimana aku akan melawannya?" ucap Larisa dengan kesal.
"Tidak akan menjadi bully an jika kau berhasil melawannya, kau mau tau caranya?"
"Eh nani ( apa)?."
"Kemarilah. " Aoi mengahapus air mata Larisa.
"Semua itu harus kau lawan tanpa ada air mata, untuk saat ini kau mungkin malu tapi besok buanglah rasa malu itu. Percaya dirilah Larisa, kau harus menjadi cantik dengan begitu berita yang mereka sebarkan tidak akan menjatuhkanmu."
Kali ini ucapan Aoi membuat Larisa merasa yakin bahwa ia harus kuat menghadapi semuanya. Semua itu demi impiannya, Larisa harus menjadi lulus dari SMA dan kuliah di kedokteran.
"Hey Aoi, aku bahkan tidak tahu caranya. Maksudku, seisi sekolah sudah tahu beritanya, mereka meninggalkan komentar- komentar negatif." ucap Larisa pada akhirnya.
"Baiklah ayo kita pergi." Aoi menarik tangan Larisa dan membawanya kabur dari sekolah. Ia sengaja mengajaknya pergi ke taman bermain.
Aoi mengajak Larisa menaiki beberapa wahana disana, dan melihat bahwa Larisa sangat menyukainya. Sebenarnya ini pertama kalinya bagi Aoi bersenang-senang, setelah tiga tahun berlalu semenjak kejadian itu. Ada banyak hal yang tidak bisa Aoi katakan tentang dirinya. Berada bersama gadis yang ia lihat saat ini, membuat sedikit dari hidupnya berubah.
"Aoi, Mite (lihat)."Larisa menunjuk ke arah langit yang sedang ada pelangi, saat itu cahaya matahari terpancar mengenai wajah Larisa.
"Kirei (cantik)." ucap Aoi dengan tersenyum, kemudian berjalan mendekati Larisa dan melihat pelangi bersama.
"Sayang sekali pelangi selalu muncul hanya sebentar. Aoi aku lapar ayo kita cari makan." ucap Larisa kemudian menggandeng tangan Aoi. "eh ada apa?" tanya Larisa saat Aoi tiba-tiba menghentikan langkahnya.
Larisa menyadari bahwa ia menggandeng tangan Aoi kemudian segera melepaskannya.
"Eh gomenne (maaf)." ucap Larisa dengan gugup, ia bingung karena tiba-tiba berbuat seperti itu. Padahal ia dan Aoi belum lama kenal dan tidak pernah dekat.
"Tidak apa-apa, baiklah ayo pergi." Aoi ternyata juga melawan rasa canggung saat bersama Larisa. Ia memutuskan untuk jalan lebih dulu dan lebih cepat untuk menetralkan perasaannya.
"Aoi , tunggu." teriak Larisa.
sudah ku bilang tunggu aku", teriak Larisa sekali lagi sambil berlari.
"Dasar kau pendek"
"Bisakah kau berjalan jangan terlalu cepat, " Larisa mengeluh karena tidak bisa menyamai langkah kaki Aoi.
"aku berjalan seperti biasa, " Aoi menghampiri Larisa yang terduduk di tanah karena kelelahan mengejar nya.
" Baiklah, tunggulah di kursi itu , kaki pendekmu mungkin tersiksa."
"HAH, tinggiku ini normal kau saja yang seperti tiang lampu jalan. Kau mau kemana Aoi? Aku lelah cepatlah kembali." Larisa terpaksa menurut perintah Aoi, karena benar lelah.
Aoi pergi ke mesin minuman otomatis yang tidak jauh. Mereka berdua membolos sekolah , Aoi sengaja membolos untuk menghibur Larisa yg terkena rumor di sekolah. Ia membeli dua botol soda dan satu air mineral untuknya, kemudian kembali ke tempat Larisa.
"Minumlah." ucap Aoi sambil menempekan botol soda ke pipi Larisa.
"Astaga kau membuatku terkejut. Arigataou (terimakasih)." ucap Larisa dan meneguk minumannya. "Ahhhhh dari dulu soda memang menyegarkan." seru Larisa dengan senang.
"Air soda itu tidak sehat jika kau setiap hari meminumnya." balas Aoi dengan tawa kecilnya.
"Iya aku mengerti. Hey Aoi benda yang ada pada botol soda ini, seperti kelereng tapi indah seperti mutiara. Dari dulu aku ingin mengambilnya." gumam Larisa sambil memperhatikan botol minumannya yg sudah habis.
"Eh apa yg kau lakukan? biar aku sendiri yg membuangnya." ucap Larisa saat Aoi mengambil botol soda yang sudah kosong dari tangan Larisa.
Ia mengeluarkan gantungan kunci untuk mencongkel tutupnya untuk mengambil benda yg mirip dengan kelereng.
"ini, Larisa jika kau ingin mengambil sesuatu maka kau harus berusaha mengambilnya" Aoi memberikan kelereng itu kepada Larisa.
"Aoi aku hanya bercanda, tapi terimakasih kau sudah mengabulkan keinginanku masa kecil." Larisa mengambil sebuah kelereng yang diberikan oleh Aoi.
"Sama seperti impianmu,"
"Eh maksudmu?"
"Ayo berdiri, hari ini kita akan bermain sepuasnya." Aoi mengulurkan tangan untuk membantu Larisa berdiri.
"Ide membolos ini adalah hal tergila yang pernah ku lakukan." Larisa berdiri membalas uluran tangan Aoi. Lalu mereka menuju wahana permainan.
Mereka berdua menaiki wahana permainan mulai dari fly over, sepeda gunung , memasuki rumah hantu dan menaiki roller coaster.
"Hari ini menyenangkan sekali, terimakasih Aoi" , Larisa menikmati ice krim vanila sambil membawa boneka yang di belikan Aoi.
"Kau senang Larisa?" tanya Aoi.
"Hum tentu saja, sudah lama sekali aku tidak liburan terakhir liburan saat ibu ku sebelum meninggal dunia." Jawab Larisa.
"Larisa, ayo ku antar pulang." Aoi memberi tawaran pada Larisa.
"Eh bagaimana dengan sepedahku?" tanya Larisa bingung karena hari sudah malam mana mungkin kembali ke sekolahnya lagi untuk mengambil sepedahnya, belum lagi ia harus pulang kerumah yg sangat jauh dari sekolah.
" Jangan khawatir, lagi pula besok kau akan kembali ke sekolah."
"Bukan soal itu, hanya saja besok bagaimana aku ke sekolah jika sepeda ku disana."
"Daijobu(tak apa-apa), aku akan menjemputmu." ucap Aoi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments