Aku langsung mengambil tas tersebut dengan segera aku membuka untuk mengecek isinya. Aku langsung mengecek kedua kalung dan Alhamdulillah ada tanpa ada lecet sekalipun.
"Alhamdulillah... Terimakasih sudah diamankan mas" Ucapku sedikit terharu.
"Sama-sama mbak" Ucapnya.
• • • • •
"Terus kapan kita pulang?" Tanyaku.
"Mau langsung pulang dek?" Tanya laki-laki tersebut.
"Iya mas" Ucapku.
"Ehm.. By the Way mas siapa ya? Kok kayak kenal tapi siapa ya?" Tanyaku sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal.
"Apakah adikku ini tidak mengenal Abang?" Ucapnya.
Aku menundukkan kepalaku dan sekali-kali aku mendongakkan kepalaku keatas untuk berfikir. Sekian lama aku aku berpikir tetapi nihil tidak ada yang aku ingat sama sekali.
"Gak tahu. Emang mas siapa ya?" Tanyaku tanpa rasa bersalah.
Laki-laki tersebut langsung menepuk jidatnya setelah mendengar ucapanku tadi. Sedangkan kedua Gus menepuk bahu laki-laki itu seperti sedang menenangkan nya.
"Aku Rizky Mahendra dek. Apa kamu lupa? Adek Hanifah Gembul" Ucapnya.
"Rizky Mahendra? Siapa ya?" Ucapku berpikir kembali.
"Dek Hanifah Gembul? Kenapa panggilan itu terasa begitu akrab ya?" Batinku bertanya-tanya.
"Astaghfirullah. Benar-benar pelupa ni bocah. Gak pernah berubah sama sekali" Ucapnya.
Ting...
Seperti sengatan listrik yang menyerang otakku secara tiba-tiba. Aku langsung mengingatnya walaupun tidak secara jelas. Karena sudah berapa tahun kami tidak pernah bertemu dan juga wajahnya sudah sedikit berubah tak seperti dahulu lagi.
"Oh Mas Hendra yang dulu toh?" Ucapku santai.
"Iya dek. Kok bisa gak kenal sih?" Tanyanya sedikit kecewa.
"Maaf ya Mas. Kan kita sudah berapa tahun nggak pernah bertemu dan juga tidak pernah bertukar kabar dengan ku dan Mas Hani" Ucapku.
"Maaf dek. Duku HP mas hilang saat di Kairo" Ucapnya dengan rasa bersalah.
"Tidak apa-apa mas. Namanya juga musibah" Ucapku.
"By the Way kabar Mas Hendra sama Mbak Rahma bagaimana?" Tanyaku penasaran.
(Siapa Mbak Rahma??? Kalian akan tahu di episode berikutnya 🙂)
"Alhamdulillah kabar kita berdua baik dek. Dek Gembul apa kabar?" Tanyanya
"Alhamdulillah baik-baik saja" Ucapku.
"Kapan-kapan main kerumah Mas. Sana kumpul lagi sama Mas Hani biar bisa mengenang masa mudanya" Ucapku.
"Insyaallah kalau ada waktu dek" Jawabnya.
Kita berdua berbincang-bincang tak tahu situasi dan Kondisi. Seperti inilah diriku jika sudah tidak bertemu dengan seseorang sudah lama. Bawaannya pengen berbicara melulu.
"Dek minta no WhatsApp kamu boleh?" Tanyanya.
"Boleh-boleh. Sekalian no wa Mas Hani?" Tanyaku.
"Boleh-boleh" Jawabnya.
Aku memberikan no WhatsApp ku dan Mas Hani. Ya biar bisa saling bertukar kabar atau apalah itu. Aku fokus dengan Mas Hendra dan mengacuhkan teman-temanku. Aku sangat rindu sekali dengan Mas Hendra sehingga aku sampai lupa bahwa di dalam ruangan ini tidak hanya aku saja melainkan ada yang lain.
"Ehm... Kita dilupakan begitu ya" Ucap Mita dan Eva secara bersama-sama.
Aku langsung menoleh kearah sumber suara tersebut. Dan betapa terkejutnya diriku kedua temanku sudah merubah wajahnya menjadi sangat murung. Wajahnya sangat menyeramkan dan juga mulutnya sudah maju ke depan (Menurut ku itu sih nggak menakutkan sama sekali melainkan sangat lucu. Kapan lagi bisa melihat mereka murung seperti itu😏.
"Asik sendiri aja mbak. Kita terlupakan" Ucapnya sambil memanyunkan bibirnya.
Aku terkekeh mendengar dan melihat tingkah nya itu.
"Kok malah ketawa sih mbak?" Ucapnya membuang mukanya.
Aku terkekeh melihat tingkahnya seperti anak kecil itu. Tanpa basa-basi aku langsung memeluknya.
"Maaf-maaf... Saking rindunya sama Mas Hendra jadi melupakan kalian deh" Ucapku.
Setelah berbincang-bincang cukup lama dan juga ini sudah memasuki waktu Maghrib. Kita untuk memutuskan sholat Maghrib terlebih dahulu secara berjamaah. Kita bergegas menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu sedangkan yang laki-laki sedang menggelar tikar untuk kita sholat nantinya.
Kita keluar dari kamar mandi menggunakan sandal yang sudah disiapkan oleh ketiga laki-laki tersebut. Kita memakainya dan segera menuju ketempat kita sholat.
Kita bertiga ditegur oleh Gus Hafidz karena ramai dan berisik sekali. Ya biasalah ngerumpi dahulu sebelum memakai mukenah.
"Bukannya memakai mukenah malah nge gosip saja" Ucapnya sedikit ketus.
Setelah mendengar ucapannya tadi, kita bertiga langsung diam dan bergegas memakai mukenah agar tidak ditegur lagi.
Kali ini yang menjadi imam adalah Gus Rama. Setelah selesai Iqomah, kita langsung berdiri dan melaksanakan sholat Maghrib secara berjamaah. Sebelum beranjak,tak lupa kita berdzikir terlebih dahulu (Jangan habis salam langsung selesai. Kebanyakan tuh begituu yaa) dan membaca Q.S. Al-Waqiah bersama.
Semuanya sudah selesai serta sudah siap untuk berpisah dengan Eva. Aku memeluk Eva dan Mita kemudian memeluk secara bergantian. Eva terlebih dahulu kembali ke kamarnya karena persiapan untuk kelas Diniyah nya.
"Mbak Putri.. Mita aku duluan ya" Ucapnya sambil melambaikan tangannya.
"Iya va.. Semangat Belajar ya" Ucapku.
Eva hanya menganggukkan kepalanya kemudian segera pergi menuju ke kamarnya.
"Assalamualaikum" Ucapnya.
"Waalaikumsalam" Ucap kita serentak.
Eva sudah kembali menuju ke kamar. Tinggal lah kita berlima disini. Siapa lagi kalau bukan aku,Mita,Mas Hendra,Gus Rama dan Gus Hafidz.
"Terus kita diantarkan siapa pulangnya?" Tanya Mita.
"Betul tuh. Kita pulang naik apa?" Timpal ku.
"Kalian pulang sendir nantinya. Terserah naik Bison atau apalah itu" Ucap Gus Hafidz meninggalkan kita berempat.
"Kampret loh. Tahu gitu orangtuanya Eva gue suruh nunggu" Aku berbicara dengan suara meninggi.
Gus Hafidz tidak memperdulikan ucapanku dan terus melenggang pergi. Sedangkan kedua laki-laki tersebut kaget mendengar ucapanku seperti itu dengan menatap ku seperti orang yang tidak disukai.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Tanyaku.
"Suruh pulang naik bison juga? Atau disuruh jalan kaki apa bagaimana?" Ucapku sedikit ketus.
"Nanti saya antar dek" Ucapnya.
"Pakai apa? Motor? Terus temenku bagaimana?" Tanyaku.
Mita hanya menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan bertubi-tubi ditujukan kepada laki-laki tersebut.
"Alhamdulillah mas bawa mobil kok" Ucapnya.
"Alhamdulillah... Yasudah tunggu apa lagi?" Tanyaku.
"Tidak menunggu apa-apa" Ucapnya.
"Ayo pulang kalau begitu" Ucapku sedikit marah.
Bagaimana tidak marah? Pasalnya besok itu sekolah dan juga aku masih belum menyelesaikan tugas yang akan dikumpulkan besok.
"Gus Rama terimakasih ya untuk hari ini. Oh ya sampaikan juga Terimakasih kepada Gus datar itu ya. Assalamualaikum Gus" Ucapku meninggalkan nya.
"Iya mbak Hanifah. Insyaallah" Jawabnya.
"Assalamualaikum Gus" Ucap Mita.
"Waalaikumsalam" Ucap Gus Rama.
Aku dan Mita berjalan beriringan mengikuti Mas Hendra. Karena aku tak tahu beliau menggunakan mobil merek apa dan juga parkirannya disebelah mana.
"Mas masih jauh ta parkirannya ini?" Tanyaku.
"Habis ini juga sampai dek" Ucapnya.
Bukan capek atau apa melainkan aku sangat mengantuk sekali. Sudah mengantuk lapar lagi. Ingin membeli makanan tapi takut uang yang aku bawa kurang. Sudahlah ditahan sampai rumah saja.
Setelah sampai, aku dan Mita langsung masuk ke kursi penumpang sedangkan mas Hendra di depan mengemudikan mobilnya.
"Sudah semua?" Tanyanya.
"Alhamdulillah sudah mas" Ucapku.
Kemana Mita?
Sejak masuk kedalam mobil dia sudah berpamitan kepadaku untuk tidur.
"Put kalau sudah sampai nanti tolong dibangunkan ya. Aku ngantuk Put" Ucapnya.
Oke Back to the story
Didalam mobil tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut kita masing-masing. Semua mulut kita rapat dan tidak terbuka sama sekali. Rasa canggung menyelimuti kita.
Aku sungguh bosan dengan situasi seperti ini. Aku langsung membuka tas ku yang sempat hilang. Aku mengambil kalung pemberian dari sahabatku dan Mas Hendra. Ku masukkan kalung dari mas Hendra dan langsung memakai kalung pemberian dari Eva.
"Kamu masih menyimpan kalungnya dek?" Tanya mas Hendra.
"Alhamdulillah masih mas. Emangnya kenapa?" Tanyaku penasaran.
"Gapapa dek. Ya mungkin aja sudah hilang atau bagaimana" Ucapnya fokus mengemudi mobil.
"Alhamdulillah masih baik-baik saja mas. Kan saya sudah janji untuk menyimpan nya" Ucapku sambil memakai kalung persahabatan.
"Itu kalung siapa yang kamu pakai dek?" Tanyanya.
"Kalung ku mas. Emang kenapa?" Tanyaku kembali.
"Oh.. Dari cowok kamu?" Tanyanya.
Aku terkekeh mendengar ucapannya itu. Kok malah bertanya tentang ini Mas Hendra?
"Ada yang lucu dek?" Ucapnya datar.
"Kenapa tuh bang tiba-tiba jadi dingin" Batinku.
"Ya nggak lah. Kenapa Mas Hendra tanya cowok segala? Masih tetap dengan pendirian ku yang dulu lah mas" Ucapku.
"Sigle sampai Halal" Ucapku.
"Maafin mas lupa dek" Ucapnya.
"Gapapa santai saja lah mas" Ucapku.
Suasana mobil kembali menjadi hening seperti kuburan. Aku memutuskan untuk bermain HP sedangkan Mita sudah sampai di Jakarta mungkin (Tidurnya 😝).
Perubahan udara dari Pasuruan ke Malang sangat tiba-tiba. Awalnya panas sekarang dingin seperti di Pegunungan. Aku sedikit kedinginan tetapi aku tetap saja membuka kaca mobil agar udara tetap masuk kedalam.
Suasana malam hari ini sangat ramai. Banyak kendaraan yang berlalu lalang kesana-kemari.
Setelah 15 menit kita dalam perjalanan menuju kerumah dan juga sudah memasuki waktu Isya'. Aku membangunkan Mita karena sedikit lagi sampai dirumah.
"Ami.. Ayo bangun" Ucapku sambil menggoyangkan tubuhnya.
Mita tak merespon ucapanku. Dia hanya merenggangkan otot tangannya kemudian kembali tidur. Melihat itu, tanpa basa-basi aku langsung menarik tangannya agar bangun.
"Ami ayo bangun" Ucapku.
Merasa ada yang mengganggu, Mita bangun dari tidurnya sambil mengucek-kucek matanya. Nyawanya masih belum terkumpul seutuhnya.
"Sampai dimana ini Put?" Tanyanya.
"Udah di Songsong. Ayo bangun" Ucapku.
Mita membenarkan posisi duduknya dan membenarkan kerudungnya yang acak-acakan itu.
Akhirnya sampai di depan rumahku...
Aku mempersilakan Mas Hendra untuk mampir kedalam rumah ku sambil melaksanakan sholat Isya'.
"Mas mampir dulu yuk. Sekalian sholat Isya' dirumah" Ucapku.
"Nggak usah dek. Mas Hendra sholat dirumah saja. Sudah malam ini" Ucapnya.
"Yakin nggak mau mampir dulu? Mumpung Mas Hani ada dirumah" Ucapnya.
"Nggak usah dek. Lain kali saja" Ucapnya.
"Oke mas. Terimakasih ya sudah mau mengantarkan pulang" Ucapku.
"Sama-sama dek" Ucapnya.
"Terimakasih mas sudah mau mengantarkan kami berdua pulang" Ucap Mita.
"Sama-sama mbak" Jawabnya.
"Kalau begitu mas pamit dulu ya" Ucapnya.
"Iya mas Hati-hati dijalan" Ucapku.
"Iya dek. Assalamualaikum" Ucapnya.
"Waalaikumsalam" Jawabku sambil melambaikan tanganku.
Aku dan Mita masih setia berdiri hingga mobil yang kita tumpangi pergi meninggalkan kita berdua. Setelah sudah dirasa tidak terlihat,Mita berpamitan kepadaku untuk pulang.
"Put aku pamit ya. Assalamualaikum" Ucapnya.
"Waalaikumsalam... Hati-hati ya Mi" Ucapku.
"Iya" Jawabnya.
Mita meninggalkanaku sendirian di depan rumahku. Aku masih setia melihat dan berdiri hingga punggung Mita tidak terlihat lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments