Mita menghampiri aku dan untuk mengajak untuk kembali. Mengingat orangtua Eva menghawatirkan kami yang tak kunjung kembali.
"Put ayo kembali. Nanti semuanya khawatir loh" Ucapnya.
"Ayo Mi" Ucapku.
"Mari mas" ucapku mengajaknya.
Kedua laki-laki tersebut hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti kita berdua.
(Eh itu Hanifah sama Mita tidak tahu bahwa Rama dan Hafidz adalah Gus yang terkenal di Pondok Pesantren ini).
• • • • •
Mita bingung dengan kedua laki-laki yang berada dibelakang kita berdua. Kemudian Mita langsung berbisik kearah ku dengan sangat pelan hingga membuatku kegelian. Tetapi aku berusaha untuk menahannya (Biasalah jaga image🤭).
"Eh Put ngapain tuh orang buntutin kita?" Tanyanya.
"Ada lah... Nanti juga tahu" ucapku.
Mita mendengus kesal mendengarkan perkataan ku. Aku hanya diam saja tanpa menanggapi nya.
Tetapi ada yang aneh dengan tatapan semua santriwati. Setelah keluar dari kantin tadi,banyak sekali santriwati yang menatap kearah kita berdua seperti tatapan iri. Aku pun juga tidak tahu alasannya dibalik semua tatapan ini.
"Hem.. Mungkin mereka menatap kearah laki-laki dibelakang kita berdua" batinku.
Tiba-tiba Mas Hafidz yang sedari tadi diam berbicara kepada kita berdua.
"Tidak usah diurus ucapan mereka semua mbak" ucapnya.
"Lah emang kenapa mereka semua menatap kearah kita?" Tanyaku penasaran.
Aku buang perasaan GR ku. Ya walaupun tidak melihat kearah ku sih. Tetapi hanya memastikan.
"Nanti mbak Hanifah akan tahu sendiri" Ucap Mas Rama.
Aku hanya menganggukkan kepalaku saja dan melanjutkan perjalanan kita menuju ke aula.
Tiba-tiba terdengarlah bisikan yang keras dari santriwati hingga terdengar ke telinga kita berdua.
"Eh lihat tuh. Gus Rama sama Gus Hafidz berbicara sama cewek itu" Ucap santri A
"Haduh itu deh aku sama perempuan itu" Ucap santri B
Aku dan Mita terkejut mendengar hal itu dan tiba-tiba berhenti berjalan hingga membuat Gus Rama dan Gus Hafidz bingung melihat tingkah laku kita berdua.
"Ada apa mbak?" Tanya Gus Rama
"Oh tidak apa-apa" Ucapku.
"Hem. Bentar ya mas" Ucap Mita kemudian menarik lenganku untuk menjauhi kedua laki-laki tersebut.
"Ada apa Mi?" Tanyaku penasaran.
"Eh Put. Itu Gus loh yang ada belakang kita" Ucapnya.
"Iya aku tahu. Terus ini gimana Mi?"
"Kita cari cara untuk segera kembali ke tempat semula" Ucapnya.
"Eh gue punya ide slur. Gimana kita kabur secara baik-baik" Ucapku.
Author : Apa lagi yang dimaksud sama Hanifah ini 🤦🏽♀️. Pusing pala Author deh.
Mita : Diem dah Luh Thor. Kagak usah ikut mampir juga lah
Author : Serah gue lah.
Oke kembali ke cerita
"Maksudnya Put? Aku gak paham apa yang kamu katakan" Ucapnya.
"Gini loh Mi. Kita kabur secara baik-baik itu, Kita berdua berpamitan kepada kedua Gus tersebut sambil memberikan alasan dan jangan memberinya mereka berdua jeda untuk bertanya kepada kita. Langsung deh kita pergi tanpa menunggu ucapan yang akan ditujukan kepada kita berdua" Ucapku panjang lebar menjelaskan kepadanya.
"Oke wes. Manut wae" Ucapnya.
Aku dan Mita kembali menghampiri Gus Rama dan Gus Hafidz yang masih senantiasa menunggu kita ditengah keramaian bisik-bisik santriwati.
"Eh anu. Sebelumnya kita berdua minta maaf karena kita tidak mengetahui bahwa njenengan adalah Gus disini" Ucapku.
"Tidak apa-apa mbak. Ini wajar karena mbak bukan anak pondok pesantren disini" Ucap Gus Rama.
Setelah mendengarkan ucapan Gus Rama,aku mengedipkan mata ku kearah Mita pertanda permainan akan di mulai.
Mita yang menyadari kedipan mata ku langsung memahaminya tanpa bertanya. Untung dia paham dengan ucapanku. Karena biasanya dia tidak paham dan menjadi seorang yang bodoh.
"Permisi ya Gus. Kami berdua izin kembali ke keluarga sahabat saya agar mereka tidak khawatir karena kita tak kunjung kembali. Jadi kita berdua izin pamit dan Assalamualaikum" Ucapku tanpa memberikan jeda sedikitpun.
Aku tak memberikan kesempatan kepada kedua Gus tersebut. Yang aku pikirkan hanya terbebas dari Gus Rama dan Gus Hafidz serta berharap untuk tidak bertemu kembali (Kalau di luar pondok boleh lah😚).
"Waalaikumsalam" ucap keduanya.
AUTHOR POV
Setelah mengatakan itu tadi, Hanifah dan Mita bergegas meninggalkan Gus Rama dan Gus Hafidz ditengah keramaian itu. Ya keramaian itu muncul karena bisikan para santriwati sehingga membuat kegaduhan yang luar biasa ini.
Gus Hafidz dan Gus Rama bingung melihat tingkah laku Hanifah yang tiba-tiba berubah tanpa adanya pemberitahuan (Emangnya apaan ada pemberitahuan?).
Hanifah dan Mita berlari terbirit-birit seperti habis melihat setan. Mereka berdua berlari tanpa memperdulikan situasi dan kondisi serta tidak menoleh kearah belakang sama sekali.
* * *
HANIFAH POV
Aku berlari sekuat tenaga agar tidak dikejar oleh kedua Gus tersebut. Mengapa sekuat tenaga? Karena aku ini cukup berisi dan juga jarang sekali melatih fisik tubuhku agar kuat.
"Berhenti sebentar Mi. Capek loh habis lari maraton" ucapku sambil ngos-ngosan
"Haduh Put. Kok berhenti sih? Nanti dikejar Gus itu baru tahu rasa loh" ucapnya sambil menarik lengan ku.
Mau tak mau aku menurutinya dengan segera aku melangkahkan kakiku walaupun dengan berat hati. Aku berlari dengan nafas tak beraturan ya gara-gara siapa lagi kalau bukan Mita. Mita menarik tanganku dan tidak membiarkan aku untuk istirahat sejenak (Ampun dah ini).
Sesampainya di aula, Terlihat kedua orangtua dan saudara Eva khawatir. Kemudian Eva dan orangtuanya menghampiri kita berdua dan bertanya.
"Teko Endi ae mbak Put? kok sue? (Dari mana saja mbak Put? Kok lama?)" Tanya Eva.
"Bentar ya. Aku tak bernafas dahulu" Ucapku.
"Iya Tu putu bentar ya (Putu merupakan nama kesayangan dari Mita)" Ucap Mita.
"Ada apa sih nduk kok ngos-ngosan gitu?" Tanya ibu Eva.
Setelah mendengar pertanyaan tersebut,tanpa basa-basi aku langsung menceritakan kejadian yang kita berdua alami tanpa adanya jeda sedikit pun.
"Pelan-pelan mbak kalau cerita. Jangan lupa untuk bernafas" Ucap Eva.
Aku menganggukkan kepalaku tanda mengerti dengan segera aku melaksanakan yang diucapkan Eva yaitu jangan lupa bernafas. Aku menyambung cerita tersebut karena belum selesai. Keluarga Eva mendengarkan cerita ku dengan seksama tanpa memotong pembicaraanku.
Betapa kagetnya mereka mendengarkan ceritaku dan juga terkekeh disaat kita berdua berlari meninggalkan kedua Gus tersebut.
"Ya sudah, sekarang ayo kita makan siang terlebih dahulu"
"Siap Budhe" Ucapku semangat.
Kita bertiga berjalan beriringan dengan membawa masing-masing barang yang berisi makanan. Kota menuju ketempat yang sudah disediakan untuk beristirahat serta makan siang.
Sesampainya kita disana.
"WOW" Kata-kata itulah yang keluar dari mulutku,karena sudah di isi oleh lautan manusia. Eh bukan lautan ya. Kalau lautan kan banyak sedangkan ini hampir banyak. Anggap saja sungai lah.
Kita menuju ke tempat yang sedikit luas dan kosong. Yah hitung-hitung cukup untuk keluarga ini. Biar tidak berpencar kalau makan. Kan kasihan kalau mau nambah makanan nanti kesana-kemari.
"Kene maem kembulan sama Eva Budhe (Kita makan bersama sama Eva Budhe)" Ucapku.
Kembulan yang berarti makam bersama-sama dalam satu tempat tanpa ada rasa jijik atau lainnya.
"Iya wes mbak Putri. Sampeyan ambil sendiri nasinya" Ucap beliau.
"Nggih Budhe" Ucapku.
Tanpa basa-basi aku langsung mengambil nasi sedangkan Mita dan Eva mengambil Lauk-pauknya.
"Sakmene a regkh? (Segini a teman?)" Tanyaku.
"Wes mbak Put ojok akeh-akeh (Sudah mbak Put jangan banyak-banyak)" Ucap Eva.
"Put tambah Mie sama ayamnya lagi" Icao Mita.
"Oke bentar yak" Ucapku.
Akhirnya sudah selesai kita mempersiapkan makan siang untuk kita bertiga. Yang lain? Ya mereka ambil sendiri lah.
Sebelum kita makan. Tentunya jangan lupa kita berdo'a terlebih dahulu agar makanan yngvkita makan tidak disertai dengan syetan.
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air ini (minuman) segar dan menggiatkan dengan rahmat-Nya dan tidak menjadikan air ini (minuman) asin lagi pahit karena dosa-dosa kami”.
Kita makan bersama-sama tanpa ada keheningan diantara kita bertiga. Kita makan sambil bercerita dan mengingat masa- masa kita dahulu mulai dari pertemuan, pertengkaran dan lain sebagainya. Tak terasa kita menghabiskan makanan kita disertai canda tawa dan juga sedih. Apalagi diriku ini saat mendengarkan sesuatu hal yang sedih langsung nangis deh.
"Alhamdulillah... Sudah kenyang" Ucapku.
"Ya iyalah mbak. Kan habis makan" Ucapnya.
Aku hanya tersenyum menimpali ucapannya itu. Kemudian Eva mengambilkan air minum di satu tempat serta itu pula dibagi dengan kita. Tanpa ada rasa jijik atau hal lainnya.
Kita merapikan dan membuang kertas temot kita makan. Setelah itu kita bertiga pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan kita masing-masing.
Setelah semuanya selesai,kita semua pergi menuju ke kamar untuk meletakkan semua barang perlengkapan yang sudah dibawa dengan dibantu oleh pengurus kamar.
Setiap anak tangga yang aku naiki,aku teringat awal pertemuanku dengan Eva dan akhirnya mau amenjafi sahabatku. Tiba-tiba memori saat kita masih kecil muncul dalam ingatanku dan membuat ku sedih. Aku tak menyadari air mataku tiba-tiba terjatuh dengan segera aku menghapusnya agar tidak diketahui oleh yang lain. Karena aku sendiri malas untuk menjawab pertanyaan yang datang bertubi-tubi kepadaku tentang hal sepele ini.
Aku tersadar disaat sudah sampai di kamar Eva yang akan dihuni oleh 8 orang. Kamarnya tak terlalu luas dan tak terlalu kecil juga. Aku membantu mengeluarkan barang-barang nya sedangkan pengurus kamar membantu Eva meletakkan barang-barangnya.
Aku menggunakan kesempatan ini untuk bersenda-gurau dengan Eva dan juga mbak pengurus kamar. Seperti biasa dari luar aku tegar tetapi dari dalam seperti akan runtuh saja jiwaku ini.
"Mbak habis ini ke rumahnya Bu Nyai" Ucap Eva.
Aku hanya menganggukkan kepalaku tanda mengerti. Sedangkan Mita berbincang-bincang dengan mbak pengurus kamar seperti orang yang sudah kenal akrab.
Ning Selly mengantarkan kita menuju ke rumah Bu Nyai. Di dalam sana samgat ramai dan juga kita harus antri untuk masuk kedalam sana. Aku berjalan sedikit menjauh dari Eva dan Mita karena aku berjalan dengan neneknya Eva. Tak mungkin aku meninggalkan beliau sendirian di sana. Nanti kalau hilang bagaimana? Kan nggak lucu sama sekali.
Akhirnya setelah melewati semua antrian itu. Kita duduk ditempat yang sudah disediakan untuk meminta do'a agar sahabatku Eva btmetah di pondok serta ilmu yang dipelajari barokah. Sambil menunggu giliran kita,aku melihat-lihat sekeliling rumah beliau dan tanpa sengaja mataku tertuju kepada 2 orang laki-laki. Siapa lagi kalau bukan Gus Rama dan Gus Hafidz yang sempat kita temui tadi.
Aku langsung membuang tatapan kesembarang arah karena takut ketahuan oleh mereka berdua.
Author : Saudah ketahuan kali Han.
Hanifah : Sstt... Diem aja deh loh Thor.
Mita : Buat lagi biar tidak bertemu dengan mereka berdua Thor.
Author : Hohoho.... Tidak semudah itu Verguso.
Eva : Karep mu Thor!
"He kampret. Onok Gus Rama ambek Gus Hafidz (Ada Gus Rama dan Gus Hafidz)" Ucapku.
Ucapanku langsung membuat Mita dan Eva menoleh kearah ku dan sedikit tersentak.
"Mana mbak?" Tanya Eva penasaran.
"Itu loh diatas lurus dengan biriku ini" ucapku sambil meruncingkan bibirku untuk menunjukkan.
Disaat aku meruncingkan bibirku, tiba-tiba kedua laki-laki tersebut melihat kearah Kum Entahlah Asli tak mengerti. Karena dibelakang ku ada Ning Selly ya aku pikir melihat kearah Ning Selly.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Rosyidach
asik cerita x nie...di tunggu klanjutan x
2020-03-01
2