Disaat aku meruncingkan bibirku, tiba-tiba kedua laki-laki tersebut melihat kearah Kum Entahlah Asli tak mengerti. Karena dibelakang ku ada Ning Selly ya aku pikir melihat kearah Ning Selly.
• • • • •
"Mbak Gus e menatap kerah sini loh" Ucap Eva.
"Halah nggak mungkin lah Va. Kan disini banyak orang" Ucapku.
"He Put lihat tuh. Gus nya berjalan kearah sini loh" Ucap Mita.
"Ya biarin lah. Kan punya kaki" Ucapku sewot.
"Kayak e nggak deh Put. Coba deh lihat" Ucapnya meyakinkan diriku.
"Iya mbak coba lihat" Ucap Eva.
Dengan malas aku mengangkat wajahku dan melihat kearah yang ditunjukkan oleh mereka berdua.
"Ya mungkin saja nggak kesini Regkh. Kan disini banyak orang" Ucapku.
"Mbak ayo kesini" Ucap Ibu Eva.
"Nghih budhe sebentar." Balasku lalu membuang tatapan ku dari 2 Gus tersebut.
Selama 15 menit kita berdo'a bersama. Disaat kita hendak keluar dari ruangan tersebut, tiba-tiba ada seseorang yang membuat diriku terkejut. Siapa lagi kalau bukan Gus Rama dan Gus Hafidz. Mengapa aku mengetahuinya? Karena aku mendengar dari suara mereka sendiri.
"Assalamualaikum mbak Hanifah" Ucap Gus Rama.
Mendengar salam tersebut,aku dan kedua temanku langsung berbalik badan serta menjawab salam secara bersama-sama.
"Waalaikumsalam" Ucapku biasa saja sedangkan kedua temanku terkejut melihat kehadiran mereka berdua kesini.
"Hem... Ada apa Gus kesini?" Tanyaku.
"Oh... Saya ada keperluan dengan mbak Hanifah" Ucapnya.
"Tadi kalian kenapa berlari meninggalkan kita berdua ditengah keramaian?" Tanya Gus Hafidz dingin.
"Ya gapapa. Iseng saja tadi" Ucapku tanpa rasa bersalah.
"Mbak Putri ayo persiapan pulang" Ucap Ibu Eva.
"Nggih Budhe" Jawabku.
"Ayo Mi Prepare" Ajak ku
"Alhamdulillah selamat. Untung Ibunya Eva datang tepat waktu. Jadi gak jadi ikut kedua Gus ini deh" Batinku bersorak gembira.
"Permisi Bu" Ucap Gus Rama.
"Iya mas ada apa ya?" Tanya Ibu Eva
"Begini Bu. Kami berdua ada perlu dengan Hanifah. Bisa kami pinjam dahulu?" Tanyanya.
"Emang gue barang apa ya? Pakai acara dipinjam segala" batinku.
"Terserah Mbak Putri bagaimana dahulu. Intinya jangan terlalu lama ya. Ini mau pulang soalnya" Jawab Ibu Eva.
"Baik Bu. Kalau seumpamanya lama bisa ibu tinggal Hanifah disini" Ucap Gus Hafidz.
"Loh kok gitu? Terus aku pulangnya bagaimana?" Ucapku langsung memotong pembicaraan mereka.
"Iya mas bagaimana? Tidak mungkin saya meninggalkan mbak Putri sendirian" Ucap Ibu Eva.
"Nanti biar saya antarkan Bu" Ucap Gus Rama.
"Lah lah. Saya aja nggak kenal Gus. Kok malah mau mengantarkan saya" Ucapku sangat bingung.
Ibu Eva langsung menatap ku bingung. Entahlah apa yang dipikirkan oleh nya. Aku sendiri tak paham karena raut wajah beliau tak bisa aku tebak.
"Nanti mbak Hanifah akan mengetahui dengan sendirinya" Ucap Gus Hafidz datar tanpa ada senyuman.
Ingin sekali aku menampol wajahnya karena beliau berbicara tidak ada senyuman yang ramah di wajahnya. Yang ada wajah datarnya dan dinginnya itu. Males banget dah gue deket-deket sama Gus Hafidz nih. Kalau satunya mah enak kek gimana gitu. Ramah dan mura senyum.
Oke back to the story
"Mbak Put. Kalau begitu saya tinggal ya. Nanti biar diantar sama Gus Gus ganteng nih" Ucap Ibu Eva sambil menggodaku.
"Ya Allah... Budhe jangan gitu deh" Ucapku.
"Terimakasih Bu. Untuk teman-teman mbak Hanifah juga bisa ikut" Ucap Gus Hafidz.
"Kaku amat tuh orang. Ayo ikut aku slur" Ucapku sedikit ketus.
Kita berdua pergi meninggalkan Ibu Eva dan bergegas mengikuti langkah kedua Gus tersebut. Aku bingung dan bertanya-tanya kepada diriku sendiri. Mengapa aku diajak kemari dan juga siapa kedua orang ini?
Kami bertiga berjalan mengikuti mereka berdua tanpa ada kata sepatah pun keluar dari mulut kami. Hanya ada keheningan diantara kita seperti sedang berjalan di kuburan hingga sampai disebuah ruangan.
"Silahkan masuk mbak" Ucap Gus Rama.
"Nggih Gus" Ucap kita serentak.
Kita bertiga langsung masuk kedalam ruangan tersebut. Kalau tidak salah itu kantor kesekretariatan atau apalah itu namanya aku tak tahu.
"Silahkan duduk mbak" Ucap Gus Rama.
"Terimakasih Gus" Ucapku.
"Mohon maaf sebelumnya mbak. Bisa kalian tunggu disini sebentar ya. Saya mau mengambil barang terlebih dahulu" Ucap Gus Rama.
"Hem... Iya Gus" Ucap Kita serentak.
Kedua Gus tersebut beranjak dari kursi dan bergegas meninggalkan kita bertiga diruangan tersebut. Setelah beliau keluar,kita bertiga langsung bertukar cerita sebelum kita berdua pergi meninggalkanEva di Pondok Pesantren ini.
Kita bercanda gurau sudah sangat lama sekali. Entah sudah berapa lama kita bercerita tetapi kedua Gus tersebut masih belum kembali dari mengambil barangnya.
"Duh lama amat sih. Udah berapa jam kita menunggu nih?" Ucapku sedikit marah.
"Sabar mungkin habis ini" Ucap Eva menenangkan ku.
"He slur Iki sue tenan (He slur ini lama banget)... Gak ngerti ngantuk a Iki (Gak tahu rasa kantuk menyerang apa?)" Ucapku sambil bernafas kasar.
Kedua temanku hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan ku.
"Mbak Putri maaf ya. Habis ini nggak ada yang menjemput sampeyan ngaji. Maaf juga nggak bisa membantu sampeyan muraja'ah hafalan Ghorib" Ucap Eva sambil berlinang air mata.
"Ya Allah... Ga papa Eva. Santai saja" Ucapku.
"Ya walaupun aku nggak bisa santai karena kamu meninggalkan aku Eva. Nggak ada sahabat atau Sadin yang dapat memberikan aku semangat" Batinku.
"Maaf mbak ya masih belum bisa menjadi sahabat yang baik" Ucap Eva.
"Gapapa Eva. Untuk menjadi baik pun juga ada prosesnya" Ucapku sambil menenangkan Eva.
"Kita bertemu dan berteman sejak kita kecil. Kita sudah memahami karakter kita masing-masing dan sudah bisa menyelesaikan diri kita masing-masing. Suka duka sudah kita lalui bersama Va" Ucapku.
Eva masih menangis mendengarkan ucapan ku. Dia masih saja diam mendengarkan ucapan ku dan Mita.
"Jika kamu kangen bisa melihat foto ini" Ucapku sambil memberikan foto yang aku bawa tadi.
"Terimakasih mbak" Ucapnya sambil terisak-isak.
Aku langsung menarik Eva kedalam pelukan ku. Karena ia tak henti-hentinya untuk menangis. Udah tahu aku baperan jadi ingin nangis deh.
"Kalau Eva ingin menangis sekarang menangislah. Aku siap mendengarkan curahan hati mu hari ini,sebelum aku pulang. Aku tahu adikku ini adalah orang yang kuat dan Tegar" ucapku sambil mengelus-elus kepalanya.
Eva sudah tidak bisa membendung air matanya. Begitu pula dengan kita berdua. Aku menagis dalam diam (Tahu kan?) Agar tidak terdengar oleh Eva. Sebagai kakaknya aku harus lebih kuat untuk menghadapi ini.
"Terimakasih mbak. Terimakasih sudah berada disamping ku selama ini. Menjadi sahabat sekaligus kakak untukku" Ucapnya.
Aku sedikit menahan nafasku agar tidak terdengar bahwa aku menangis.
"Sama-sama adikku tersayang. Sudah jangan nangis ya" Ucapku.
"Iya Tu. Jangan nangis lagi. Nanti kita sedih loh" Ucap Mita
Tiba-tiba muncullah kedua Gus tersebut yang sudah membuat diriku naik darah karena lama sekali tak kunjung datang.
"Assalamualaikum... Maaf lama mbak" Ucap Gus Hafidz.
"Waalaikumsalam" ucap kita singkat.
Kedua Gus tersebut menatap kearah kita bertiga sedangkan Eva? Eva masih menempel dipelukan ku.
GUS HAFIDZ POV
"Harusnya tadi itu di siapkan dulu Gus. Jadi gak kelamaan cari nih barang" Ucap ku
"Ya mana saya tahu. Saya pikir tadi sudah siapkan olehnya" Ucap Gus Rama.
Setelah sekian lama kita berdua mencari. Akhirnya barang sudah ditemukan.
"Mana Hendra? Katanya mau ngasih barang ini sendiri" Ucapku.
"Dia menyusul nanti" Ucap Gus Rama.
Kita berdua berjalan menuju ruangan tadi. Mungkin mereka bertiga sudah menunggu kita terlalu lama. Atau saja Hanifah sudah mengamuk tidak jelas dan juga wajahnya pasti ditekuk.
"Ngapain malah memikirkan Hanifah itu?" Batinku bertanya-tanya.
(Hayoo ngapain memikirkan Hanifah 😘)
Sesampainya disana...
Aku mengucapkan salam dan dijawab oleh mereka bertiga secara bersamaan.
"Assalamualaikum" Ucapku.
"Waalaikumsalam" Ucap mereka bertiga.
"Betul tebakan ku bahwa Hanifah sudah murung dan juga masam melihat kedatangan kita kemari. Tetapi mengapa Hanifah dan teman yang satu matanya sembab?" Batinku.
Aku ingin sekali bertanya kepada mereka bertiga tetapi tidak mungkinlah. Bisa-bisa nanti dianggap kepo sama mereka bertiga (Emang Gus Hafidz suka kepo tuh. Tapi nggak ke semua orang tuh).
Kita berdua langsung duduk di kursi sambil memberikan benda tersebut kepadanya dalam wadah kardus. Tiba-tiba Hendra datang menghampiri kita dan juga duduk di sampingku.
HANIFAH POV
Kedua Gus tersebut memasuki ruangan dengan membawa sebuah kardus ditangannya. Entahlah apa isinya itu aku tidak tahu.
"Bawa apa tuh Gus Hafidz. Apa tuh isinya kardus?" Batinku bertanya-tanya.
"Kurang lama Gus. Lebih baik besok aja kembalinya" Ucapku ketus.
Mendengar ucapanku seperti itu,Mita dan Eva langsung memukul pundak ku.
"Apaan sih" Ucapku pelan.
Mita dan Eva langsung melotot kearah ku. Ya aku biasa saja sih dengan tatapan tajam matanya itu. Karena tidak menakutkan dan juga aku tidak mengerti arti dari tatapan itu. (Dasar Gak peka!).
Mereka berdua langsung duduk didepan ku dan meletakkan kardus tersebut di meja. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang masuk kedalam dan duduk disampingnya Gus Hafidz.
"Siapa lagi nih orang? Kok kayaknya kenal" Batinku.
"Maaf sudah membuat kalian menunggu" Ucap Gus Rama dengan senyum manisnya.
"Tidak apa-apa Gus" Ucap Mita
"Tidak apa-apa Gundul mu! Udah ngantuk ini mah. Pengen pulang" Batinku.
"Maaf ya Gus yang ganteng baik dan ganteng dingin. Ada keperluan apa ya mengajak kita berdua kemari?" Tanyaku sedikit ketus.
"WOW bagus berani banget nih anak" Batin Gus Hafidz.
"Baru kali ini ada perempuan berani pada Gus Hafidz" Batin Gus Rama.
"Masih tetap saja nih bocah" Batin Hendra.
Mita dan Eva menepuk jidatnya setelah mendengar ucapanku tadi.
"Ini sudah menjelang sudah Ashar loh Gus. Kita bertiga belum melaksanakan sholat Ashar" Ucapku.
"Kalau begitu kita sholat ashar secara berjamaah saja dahulu disini" Ucap laki-laki tersebut.
"Lah saya nggak bawa mukenah Tuh" Ucapku.
"Biar saya siapkan" Ucap Gus Rama.
"Okelah. Ayo kita wudhu dahulu slur" Ucapku.
Gus Hafidz mengantarkan dan menunjukkan kamar mandi kepada kita bertiga. Sedangkan yang lainnya mempersiapkan tempat untuk sholat (untung saja ruangannya kebas dan besar jadi muat untuk kita sholat berjamaah di sini.
Kita keluar dari kamar mandi secara bergantian dan bergegas menuju ke tempat yang sudah disiapkan.
Kita melaksanakan sholat Ashar secara berjamaah yang di imam i oleh laki-laki yang tak kukenal itu. Alhamdulillah gerakan sholat tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat. Jadi bisa khusyuk deh sholatnya.
Aku melipat mukenah dan membantu menggulung tikar yang sudah kita buat untuk sholat tadi.
"Saya bantu mas" Ucapku kepada Laki-laki tersebut.
Laki-laki tersebut hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum kearah ku. Aku tak terlalu menanggapi senyumannya dan segera membantu menggulung tikar dan meletakkan di ujung ruangan. Sedangkan teman-temanku merapikan mukenah dan meletakkan pada tempatnya (Sadar diri lah ya. Kan kita bertamu).
Aku kembali menuju ketempat tadi. Disana semuanya sudah terkumpul kecuali aku dan laki-laki yang berada di sampingku.
"Oke bisa kita lanjutkan Gus?" Tanyaku.
"Iya mbak" Ucap laki-laki tersebut.
"Sebelumnya ini ada apa ya kok mengajak kita bertiga kesini terutama saya? Terus kenapa tadi bilang ke orangtua sahabatku untuk meninggalkan kami? Emangnya Gus mau mengantarkan?" Tanyaku bertubi-tubi.
Kedua Gus dan laki-laki tersebut hanya diam saja mendengarkan pertanyaan ku yang bertubi-tubi. Aku pun juga ingin pulang tetapi aku juga tidak mau berpisah dengan Eva kesayanganku ini.
"Ehm.." Gus Hafidz berdehem membuat ku terdiam.
" Sudah selesai pertanyaan nya mbak Hanifah?" Tanya Gus Hafidz dingin.
"Sudah Gus" Jawabku acuh.
Setelah suasana sedikit membaik,Gus Rama membuka kerdus tersebut. Betapa terkejutnya diriku ini. Kardus tersebut berisikan sebuah tasku yang ketinggalan dalam acara ziarah ke pondok pesantren atau yang dikenal sowan ke pondok pesantren.
Aku langsung bertatapan dengan kedua temanku secara bergantian. Walaupun kita tidak berbicara,tetapi kita paham apa yang sedang kita fikirkan.
"Maaf... Ini Kok ada di...?" Tanyaku penasaran.
"Iya mbak Hanifah. Ini saya temukan disaat MADIN AL-HIDAYAH melakukan ziarah atau Siwan kepondok pesantren kami tahun lalu" Ucap Laki-laki tersebut.
"Alhamdulillah... Terimakasih loh mas. Disini ada barang saya yang berharga dihadiahkan oleh seseorang" Ucapku langsung mengambil tas tersebut.
Aku langsung mengambil tas tersebut dengan segera aku membuka untuk mengecek isinya. Aku langsung mengecek kedua kalung dan Alhamdulillah ada tanpa ada lecet sekalipun.
"Alhamdulillah... Terimakasih sudah diamankan mas" Ucapku sedikit terharu.
"Sama-sama mbak" Ucapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Rosyidach
jangn lama ya thor ..
2020-03-03
0