Hari ini aku dan Mita bersiap-siap untuk mengantarkan Eva ke pondok pesantren. Aku sangat sedih sekali disaat Eva memutuskan untuk menimba ilmu di Pondok Pesantren uang sudah ia pilih bersama keluarganya. Aku sudah menganggap Eva sebagai adikku sendiri ya walaupun kita tidak memiliki ikatan persaudaraan. Hanya Ukhuwah islamiah yang mengikat di diri kita.
Oke itu adalah keputusan yang terbaik untuk Eva. Jadi aku tidak boleh bersedih karena dia akan meninggalkan aku sendirian.Tak ada teman yang seperti Eva ini uang sudah mengerti aku apa adanya dan sifat ku.
"Assalamualaikum... Put. Putri" seseorang yang mengetuk pintu rumahku.
Aku masih belum membukakan pintu rumah karena aku takut hanya perasaanku saja. Baru jika 2 hingga 3 ketukan batu aku keluar dari kamar dan melihat siapa yang mengetuk pintu rumah. Dan ternyata Mita yang mengetuk pintu rumahku.
"Waalaikumsalam.. Ayo masuk dulu Mit" ucapku membuka pintu dan mempersilahkan untuk duduk.
"Loh Put kok belum pakai jilbab sih? Keburu Eva berangkat loh nantinya" ucapnya.
"Iya-iya tunggu sebentar" ucapku meninggalkan Mita sendirian di ruang tamu.
Aku segera memasuki kamar tidur dan menggunakan hijab. Setelah selesai,aku langsung memasukkan HP dan juga dompet kedalam tasku. Tak mungkin lah aku tidak membawa apa-apa untuk mengantarkan Eva pergi ke pondok. Lalu seumpamanya aku ingin beli jajan gimana dong?
"Mit ayo berangkat" ucapku.
"Bentar Put. Minta air minum dulu" ucapnya.
"Ayo" ucapku.
Mita langsung mengikuti ku dari belakang. Kita berdua berteman sudah dari kecil, otomatis dia sudah mengetahui tata letak rumahku.
"Sudah Put. Ayo berangkat" ucapnya.
"Oke ayo" ucapku.
Kita berdua keluar dari rumah ku. Tak lupa aku mengunci pintu terlebih dahulu serta aku menaruh kunci tersebut di tempat rahasia.
Lah kok dikunci? Emang semuanya pergi ke mana?. Ayahku pergi keluar kota,Mama ku pergi bekerja sedangkan Kakakku pergi ke sekolah.
Kita berdua menuju kerumah Eva dengan berjalan kaki. Maklum lah jarak kerumah ku dan dia sangat dekat sekali. Sesampainya disana, rumahnya sangat sepi dan hanya ada mobil yang terparkir didepan rumah. Sementara itu,pintu rumahnya terbuka sangat lebar menandakan ada orang didalam.
"Assalamualaikum... Va. Eva" ucapku.
"Assalamualaikum... Va. Eva" ucap Mita.
Sudah berapa kali kita berdua memanggil tetapi tidak ada jawaban. Hingga kita putuskan untuk duduk di buk (Seperti kursi memanjang tetapi bukan kursi).
"Eh mbak Putri. Maaf ya gak kedengaran suaranya tadi" ucap Eva tiba-tiba muncul di depanku.
"Eh tidak apa-apa Va. Ada yang perlu dibantu?" tanyaku.
"Nggak usah mbak. Pean duduk saja" ucapnya.
Tiba-tiba Ibu Eva keluar dengan membawa beberapa barang yang harus diletakkan di mobil.
"Loh ada mbak Putri. Mbak Putri tolong bantu memasukkan barangnya Eva ya" ucapnya.
"Oh nggih budhe" ucapku.
Kita berdua langsung sibuk membantu masukkan barang-barang yang akan dibawa ke pondok dan tak lupa makanan siang dibawa juga.
Setelah semua barang dimasukkan, Ibu Eva langsung menghampiri ku dan bertanya.
"Mbak Putri nanti ikut mengantarkan Eva ke pondok?" tanyanya.
"Tidak usah Budhe, Sepertinya tidak cukup kalau ditambah 2 orang lagi" ucapku.
"Padahal ingin banget Budhe ikut mengantarkan Eva ke Pondok. Tapi apalah dayaku ini tidak bilang terlebih dahulu" batinku.
"Nggak papa Mbak Putri ikut. Insyaallah masih cukup kuotanya ini. Biar sampeyan tahu pondoknya Eva ada dimana" ucapnya.
"Oh nggih pun Budhe (Oh iya Budhe)" ucapku sambil tersenyum.
Bagaimana aku tidak tersenyum dan Bahagia seperti ini. Karena Ibu Eva mengizinkan aku dan Mita untuk mengantarkan Eva pergi ke Pondok Pesantren untuk terakhir kalinya.
Author : Kayak mau mengantarkan ke istirahat terakhirnya saja. Emang sahabat loh udah nggak ada?
Hanifah : Ya dia udah nggak ada di samping ku lagi. Eh becanda thor becanda.
Ibu Eva sudah menawarkan untuk mengantarkan Eva ke pondok. Eh malah Mita yang sedari tadi menolak hingga kesabaran ku habis (Menolak dibelakang Ibunya Eva). Kenapa ia menolak? Karena dua tidak mau duduk berdempetan dan juga sangat sempit.
Setelah mendengarkan ucapan Mita,tanpa basa-basi aku langsung memarahinya.
"Karepmu Kate melu opo ORA! Ojok dadi penghambat ndek kene. Ora udah ngesruh Kon (Terserah kamu ikut apa TIDAK! Jangan menjadi penghambat disini. Jangan menganggu kamu)" ucapku sudah sangat marah.
Mendengar amarahku itu,Mita langsung terdiam tanpa menjawab ucapanku itu. Memang aku yang egois karena aku ingin mengantarkan Eva sebelum kita berdua benar-benar pisah.
"Eva aku ikut mengantarkan sampeyan. Sampeyan langsung berangkat saja biar nggak terlalu macet" ucapku.
Mengapa aku menyuruhnya berangkat terlebih dahulu? Karena Eva berangkat naik sepeda motor bersama Ibu dan ayahnya serta adiknya yang perempuan sedangkan adik laki-lakinya berada di mobil bersama aku dan saudara yang lainnya.
Sebelum ia naik motor,aku langsung memeluknya seperti tidak ingin melepaskan ia untuk pergi kemana. Inginnya dimasukkan kedalam kandang saja.
Setelah Eva berangkat,Mita kemudian menghampiri aku dan ingin ikut mengantarkan Eva.
"Put aku Melu wes (Put aku ikut deh)" ucapnya.
"Tapi jangan marah lagi" ucapnya.
"Iya sudah tidak marah. Ayo langsung masuk kedalam mobil. Nggak usah banyak bicara dan tingkah oke" ucapku merangkul nya untuk masuk kedalam mobil.
Betul apa yang dikatakan Mita bahwa tempatnya sangat sempit dan berdesak-desakan. Aku berusaha untuk sabar saja tanpa banyak bicara dan tetap bermain HP sedangkan Mita seperti orang yang sudah kehabisan nafas/oksigen.
Eva sudah sampai di pondok pesantren terlebih dahulu karena mengendarai sepeda motor berbeda dengan diriku yang naik mobil. Tiba-tiba notifikasi pesan masuk dari Eva.
Eva
"Mbak Putri aku sudah sampai di pondok. Nanti sampeyan sama keluarga ku dulu ya. Aku sudah dijemput sama Ning nya (Ning adalah sebutan untuk anak perempuan seorang Kyai)"
Me
"Oalah iya Va. Habis ini aku sudah mau sampai kok"
* * *
Setibanya di Pondok Pesantren...
Kita semua turun dari mobil satu persatu. Tak mungkin lah semuanya langsung turun dari mobil. Emangnya langsung mau loncat bersama-sama?🤭
Aku dan Mita membantu membawa barang-barang yang akan di bawa Eva nantinya. Tetapi aku tidak jadi membawa barangnya melainkan embasa termos dan lauk-pauk untuk makan bersama kita.
Semua orang membawa macam-macam barang kecuali bocil saja. Tak mungkin lah kita tega untuk menyuruh membawa barang-barang yang berat itu.
Ya Allah banyak sekali godaan yang datang menghampiri aku. Salah satunya banyak sekali cogan yang berlalu-lalang.
"Ya Allah nikmat mana yang engkau dustakan. Boleh gak ya gue bawa pulang satu aja" batinku.
"Put lihat o iku" Mita menunjuk laki-laki menggunakan mulutnya.
Aku langsung menoleh kearah yang ditunjukkan Mita. Dan waw sangat mulus sekali. Dalam artian mulus terkena air wudhu dan juga cerah wajahnya.
"Ya Allah laki-laki nya sangat mulus sekali wajahnya dan juga ganteng lagi. Eh siapa tahu cuman ganteng wajahnya tidak juga hatinya" batinku.
Selama 10 menit kita menunggu Eva di aula seperti orang hilang dan tak tahu arah. Eva datang ke aula bersama Ning Selly. Kemudian ia pergi lagi bersama kedua orangtuanya untuk menyelesaikan administrasi.
Aku sudah mau bosan menunggu Eva tetapi tidak bosan-bosannya melihat cogan yang berlalu-lalang. Lelah menunggunya, aku mengajak Mita untuk pergi ke kantin ya walaupun tidak tahu letak kantin berada disebelah mana.
"Mit ayo ke kantin. Beli apa gitu aku laper nih." Ucapku sambil mengelus perutku.
"Ndek Endi Put aku nggak ngerti (Dimana Put aku nggak tahu)" Ucapnya.
"Nanti lak Yo ngerti Dewe. Ayo digolek i sek (Nanti kan tahu sendiri. Ayo dicari dulu)" Ucapku.
Kita berdua berpamitan kepada saudara Ibu Eva untukkergi ke kantin. Takutnya nanti mereka khawatir mencari kita berdua yang pergi tanpa pamit.
Aku dan Eva berjalan dengan santainya mencari kantin. Ciri-ciri kantin pastinya selalu ramai dan banyak orang. Di dalam perjalanan,kita berdua menjadi pusat perhatian. Entahlah kita berdua tidak tahu mengapa kita menjadi pusat perhatian.
Aku tak menggubris tatapan mata orang-orang sekitar. Khususnya para santriwati. Banyak sekali santriwati yang berbisik-bisik tanpa sengaja aku mendengarkannya. Bagaimana tidak mendengar ucapannya. Para santriwati kalau berbisik sangat keras ya jadinya kita berdua mendengar.
"Eh lihat tuh ada Gus Rama sama Gus Hafidz" ucap A.
"Enak banget tuh dibelakangnya ada 2 Gus" ucap B.
Aku dan Mita terkejut mendengar bisikn para santriwati itu. Kita berusaha untuk mempercepat langkah kita agar sampai di kantin. Bukannya GR atau apalah itu karena ada 2 Gus di belakang kita. Tapi kita mempercepat langkahnya agar segera sampai ke kantin dan segera kembali ke aula.
"Eh Mi. Kayaknya itu deh kantinnya" ucapku.
"Iya Put" ucapnya.
Kita langsung memasuki kantin tersebut. Tetapi mengapa tatapan masih menuju k arah kita berdua? Entahlah apa yang dipikirkan mereka kita tidak tahu. Aku langsung masuk saja kedalam tanpa menggubris tatapan mereka.
Aku sudah mulai risih n bingung dengan tatapan yang mereka tujukan kepadaku.
"Mit kenapa ya kok semua menatap kita?" Tanyaku.
"Entahlah Put aku nggak tahu. Emang ada sesuatu yang salah pada kita berdua?" Tanyanya.
"Nggak ada deh Mi. Kita juga pakai bajunya nggak neko-neko (aneh-aneh)" ucapku.
"Iya Put. Sudahlah gak usah di urusi" ucapnya.
Aku hanya menganggukkan kepalaku dan tetap mencari kue untuk mengganjal perut kita berdua. Karena kita berdua sudah kelaparan 🤤.
Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menghampiri kita berdua.
"Assalamualaikum" ucapsalah satu laki-laki.
"Waalaikumsalam" ucap kita berdua.
DEG
Tiba-tiba jantungku berdegup kencang melihat wajahnya yang ganteng itu. Rasanya ingin sekali aku membawanya pulang. Ingin aku masukkan kedalam karung beras (Emang muat ya?)
" Permisi mbak mau tanya" ucap salah satu laki tersebut.
"Oh iya mas ada yang bisa dibantu?" ucapku
Sebelum kedua laki-laki tersebut berbicara, Mita meninggalkanaku untuk membayar cemilan dan kue untuk mengganjal perut kita.
"Put tak tinggal bayar dulu ya" ucapnya langsung meninggalkan aku.
"Walah dalah. Kok ditinggal sendirian sih!" Batinku.
"Oh iya tadi mau tanya apa ya mas?" Tanyaku penasaran.
Padahal aku nggak kenal dengan kedua laki-laki yang ada didepan ku saat ini. Ya sudahlah di dengarkan terlebih dahulu.
"Sebelum itu perkenalkan nama Saya Rama dan ini teman saya Hafidz" Ucapnya.
"Oh.. Terus mas?" Tanyaku sedikit acuh.
"Begini mbak. Kami berdua ada keperluan dengan mbak Hanifah. Bisa ikut kami sebentar?" Tanyanya.
Aku masih bingung dengan perkataannya Mas Rama ini. Padahal kita baru saja bertemu hari ini. Tetapi mendengar ucapannya seperti sudah kenal saja.
"Ehm... Tapi ada apa ya mas?" Tanyaku.
"Maaf mbak saya tidak bisa menjelaskan disini. Bisa ikut kami berdua?" Ucapnya
"Hem.. Bentar ya mas. Saya disini Sepertinya hanya sebentar karena saya mengantarkan sahabat saya berangkat ke pondok ini" ucapku.
"Tidak apa-apa. Sekalian saja meminta izin kepada saudara njenengan untuk ikut saya" ucapnya.
"Kalau begitu tunggu teman saya yang satu itu" Ucapku.
Kedua Laki-laki tersebut hanya menganggukkan kepalanya.
Mita menghampiri aku dan untuk mengajak untuk kembali. Mengingat orangtua Eva menghawatirkan kami yang tak kunjung kembali.
"Put ayo kembali. Nanti semuanya khawatir loh" Ucapnya.
"Ayo Mi" Ucapku.
"Mari mas" ucapku mengajaknya.
Kedua laki-laki tersebut hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti kita berdua.
(Eh itu Hanifah sama Mita tidak tahu bahwa Rama dan Hafidz adalah Gus yang terkenal di Pondok Pesantren ini).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Nur Hayati
kalo ada bahasa jawa ny, artikan ke bahasa Indonesia juga dong thor. Biar yg bukan orang jawa, paham juga artinya hhehee
2020-06-10
0