5.

" Benarkah begitu Pak?" tanya Aisyah penasaran.

" Katanya begitu nduk" jawab Bapak sambil menyeruput tehnya.

" Lah, Bapak kaya ndak tau aja. Anaknya juragan Gandi seperti apa? uelt keket begitu" ucap Ibu agak jengkel.

" Bu, nggak boleh begitu ah. Ibu masih punya anak perempuan. Baik atau tidak anak orang lain jangan pernah mencela ataupun menghinanya. Yang terpenting tugas Ibu adalah menjaga dan mendidik anak Ibu" terang Aisyah.

" Nah.. denger ndak anaknya ngomong apa Bu? Walaupun kita juga ndak suka dengan orang lain. Lebih baik kita diam saja. Ndak usah banyak menambah masalah" ucap Bapak menimpali.

" Iya Pak. Maaf" jawab Ibu.

" Pak, sebenarnya Aish mau nanya sesuatu. Apakah boleh?" tanya Aisyah lembut.

" Yo, silahkan nduk. Bapak akan jawab sebisa dan setahu Bapak" jawab bapak.

" Sebenarnya, rumah putih itu milik siapa? Bagaimana sejarah rumah itu? Apakah rumah itu ada penghuninya?" tanya Aisyah penasaran.

" Bapak juga ndak begitu tahu nduk. Dulu rumah itu setahu bapak milik Nyonya Jihan. Nyonya Jihan menikah dengan orang warga negara asing namanya tuan Alex. Mereka dulu hidup di rumah itu hanya sementara, dan tidak lama. Karena mereka mempunyai sebuah villa mewah di balik bukit itu dan perkebunan yang sangat luas" cerita Bapak.

" Terus pak?" Aisyah penasaran.

" Kenapa kamu penasaran dengan rumah itu nduk?" tanya Bapak.

" Entah kenapa, rumah itu memanggil hatiku untuk mengetahui kebenarannya" ucap Aisyah.

" Pernah terjadi pembantaian di rumah itu. Bapak tidak paham betul siapa yang dibantai. Dan motifnya apa. Warga di sini juga tidak pernah mengetahuinya. Setelah kejadian itu katanya mereka semua pindah ke villa di balik bukit. Kalaupun terjadi pembantaian kenapa tidak ada mayat berserakan atau setidaknya darah berceceran. Sepertinya ity hanya pengalihan isu. Agar warga disini tidak mengetahui kebenarannya" ucap Bapak.

" Bapak juga tidak tahu perihal yang terjadi nduk, saat itu bapak bekerja di kalimantan. Dan Ibumu juga masih bekerja di Jakarta. Kami juga belum kembali. Tetua disini yang mengetahui juga sudah habis. Dan dulu warga disini masih sedikit sekali" terang Bapak.

" Jadi begitu ya pak ceritanya" tanya Aisyah kembali.

" Iya, dan katanya tanah itu menjadi bahan rebutan atau sengketa di keluarga Tuan Alex" terang Bapak.

" Oo begitu. Baiklah Pak adzan sudah mengumandang. Mari kita sholat Dzuhur" pinta Aisyah.

" Ah.. baiklah. Bapak ma mandi dulu nduk. Lengket sekali rasanya" ucap Bapak.

" Silahkan Pak" jawab Aisyah.

Aisyah kemudian kembali masuk kerumah. Mengambil air wudlu dan segera melaksanakan sholat dzuhur. Seusai menjalankan kewajibannya Aisyah segera membuka laptop yang ia miliki untuk membenahi proposal yang akan diajukan kepada Pak Lurah besok.

Aisyah sangat teliti dalam pembenahan. Diharapkan agar semua benar dan sesuai kaidah yang sudah ada. Dan semua bisa berjalan dengan sebagaimana mestinya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Aisyah segera menuju dapur rumahnya. Dibukanya jendela dapur rumah yang menghadap ke arah Rumah putih itu.

Terlihat remang - remang cahaya yang ada di rumah itu. Rumah yang masih berdiri kokoh tidak ada pencahayaan yang cukup. Hanya cahaya remang - remang.

Aisyah semakin penasaran. Seperti ada bayangan raksasa yang berada di rumah itu. Aisyah semakin bergidik ngeri. Dia segera membuat cemilan dan masakan untuk dia berbuka. Dan biasanya orang tuanya akan menemaninua berbuka nanti.

Kini waktu berbuka sudah dekat, Aisyah segera mandi dan mengambil al-qurannya untuk dibaca. Mengisi waktu sebelum berbuka biasanya dia melakukannya. Lantunan ayat suci itu menggema hingga ke rumah itu.

*Allahhuakbar... alllahuakbar....

Takbir adzan maghrib berkumandang menggema seluruh alam raya*.

" Alhamdulillah " ucap semuanya.

Aisyah segera membatalkan puasanya dan membaca doa sebelum itu. Slenajutnya mereka mengambil wudlu untuk melaksankan sholat maghrib.

Setelah itu Aisyah mulai berbuka puasa. Ditemani kendua orang tuanya. Setelah berbuka Aisyah segera ke surau untuk melaksanakan kewajibannya yaitu mengajar ngaji untuk anak - anak.

" Bapak antar saja nduk. Jalan sendiri berbahaya. Sepi juga" pinta Bapak.

" Baiklah Pak. Terimakasih sebelumnya" jawab Aisyah.

Mereka kemudian bergegas menuju surau. Selama perjalanan mereka bercerita panjang lebar agar suasana tidak terlalu sepi. Akhirnya mereka sampai di surau.

" Ya sudah, Pak. Bapak bisa pulang. Kasihan Ibu sendirian dirumah" pinta Aisyah.

" Ya sudah nduk. Titip anak bapak ya nak" pesan bapak kepada guru ngaji lainnya.

Bapak kembali ke rumah. Sesampainya dirumah Ibu seperti menerima tamu. Ada tiga orang yang bertamu.

" Tamu siapa ya? Kok sepertinya lelaki semua?" gumam Bapak.

Bapak kemudian masuk kerumah.

" Assalamualaikum" salam Bapak.

" Waalaikumsalam, Pak" jawab Ibu dengan mencium tangan suaminya dengan takdzim.

" Ohh.. juragan Gandi" ucap Bapak

" Iya Pak Mustofa" jawab Pak Gandi.

" Loh.. tumben juragan kemari. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bapak basa - basi.

" Begini Pak Mustofa. Tujuan saya kesini adalah melamar anak Bapak, Aisyah. Bagaimana menurut Bapak?" tanya juragan Gandi.

" Ohh.. begitu.. Begini juragan. Saya ini tugasnya hanya merestui. Untuk pilihan semua saya serahkan sepenuhnya kepada anak saya, Aisyah. Saya tidak mau memaksakan apapun juragan. Mohon juragan di mengerti" jawab Bapak tegas tanpa ada keraguan.

" Baiklah. Saya akan menunggu Aisyah pulang dan menanyakannya" ucap juragan Gandi.

" Apa tidak sebaiknya besok saja juragan. Sudah malam juga ini" usul Ibu.

" Tidak !!! Nanti kalian memanipulasi jawaban. Saya akan tunggu di sini" jawab juragan Gandi.

Mereka kemudian bercakap - cakap. Sedangkan Ibu masuk kedalam rumah. Ibu sudah merasa risih dengan tamu yang tidak tahu waktu itu. Sedangkan Bapak hanya menghormati tamu.

Juragan Gandi sangat segan dengan Bapak, karena Bapak orangnya tidak pernah berbuat sesuatu yang mencolok. Dan urusan keuangan Bapak juga hidup sederhana. Jadi urusan dengan juragan Gandi bahkan tidak pernah.

Adzan isya sudah bergema di seluruh desa. Dasar jurgan Gandi, orang yang tidak pernah sibuk dengan pekerjaan. Sibuknya hanya kepentingan diri sendiri.

" Assalamualaikum " salam dari seseorang diluar rumah.

" Waalaikumsalam " jawab serempak.

Terlihat Aisyah yang datang dengan Pak Lurah. Juragan Gandi merasa tidak enak dengan Pak Lurah.

" Oohh Pak Lurah. Mari silahkan Pak" jawab Bapak.

" Maaf Pak Mustofa, saya tadi bertemu dengan Bu guru selepas sholat Isya. Karena saya sedang meninjau surau dan TPQ. Jadi saya rasa sangat berbahaya jika Bu guru pulang sendirian. Saya juga di temani oleh Pak Sekdes dan salah satu donatur kita. Karena Bu guru sudah sampai dengan selamat, saya mohon pamit Pak" terang Pak lurah.

" Oo njih Pak Lurah. Terima kasih. Tidak mampir dulu Pak?" tawar Bapak.

" Ooo laaa ndak perlu Pak Mustofa. Pak Lurah hanya mengantar dek Aisyah. Bukan begitu Pak Lurah?" sela juragan Gandi.

Terpopuler

Comments

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

panggilan nya Juragan paleng yo wes tuek,kalah jauh sama Pak Lurah smpyan Pak🙄🙄

2024-04-25

0

Rezkynayla

Rezkynayla

itu pak juragan kenapa seperti orang gak punya adab😠. hanya authorr yang tau😅

2023-04-04

1

Agus Bralingbatavia

Agus Bralingbatavia

haduhh pak gandi

2022-09-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!