Esok harinya Ajeng mendengar Bundanya dan abangnya bertengkar saat hendak membawanya pulang dari rumah sakit. Tak biasanya Bang Arya berdebat dengan Bunda. Ajeng juga tidak tahu apa yang mereka perdebatkan sampai sampai Bang Arya berbicara dengan nada keras ke Bunda. Tidak biasanya Bang Arya seperti itu. Ajeng yang baru saja keluar dari kamar mandi tidak tahu asal muasal mereka berdebat.
Melihat Ajeng yang baru saja keluar dari kamar mandi. Bang Arya langsung memberondongnya dengan pertanyaan.
"Dek, jadi kamu setuju kalau kamu jadi Ibu sambung nya anak itu?" tanya Bang Arya tentu saja membuat Ajeng mengernyitkan dahinya.
"Please dek, abang tidak setuju ya kalau kamu nikah mendadak begini, apalagi kita nggak tahu keluarga mereka,"sambung Bang Arya.
"Bentar bang, Ajeng juga nggak paham maksud abang apa. Lagian siapa yang mau menikah bang?"tanya Ajeng membuat Bang Arya mengalihkan pandangannya ke arah Bunda.
Bunda menjadi salah tingkah saat kedua anaknya itu memandangnya tajam meminta penjelasannya.
"Ada apa ini Bunda, bahkan Ajeng sendiri pun tidak tahu rencana bunda untuk menikahkannya dengan siapa itu, Raka Barbisa..."
"Raka Mahesa,"ralat Bunda.
"Entahlah, siapapun namanya, Raka Barbisa, Raka Mahisa, Raka Mahmudin kek apalah itu, Arya tetap nggak ngizinin Ajeng nikah sama orang itu. TITIK,"seru Arya sedikit dengan nada tinggi.
Bunda pun menghampiri Ajeng dan menuntunnya dan menggiringnya ke tepi tempat tidur.
Ajeng yang sedikit bingung dengan situasi ini. Mencoba mencerna setiap kata dari bundanya.
"Gea butuh kamu nak, untuk sementara sampai Gea bisa sembuh dan ingat wajah ibunya yang asli. Ibu Rika meminta Ajeng menjadi ibunya Gea dulu." Bundanya berbicara dengan pelan dan berhati hati agar bisa dipahami Ajeng dan juga lelaki yang dari tadi mencak mencak tidak mengetahui akar soalnya.
"Iya bun, Ajeng juga sudah niat mau membantu mereka. Tapi "menikah" sesuatu yang Ajeng tidak paham. Kenapa harus menikah?" tanya Ajeng.
"Ibu Rika melamar kamu untuk anaknya Raka."
"Apaaa!" Ajeng tidak menyangka dengan ucapan bundanya. Kok bisa Bunda membicarakan itu.
"Selain kamu menjadi mamanya Gea, dia mau kamu menjadi istri Raka,"sambung bunda membuat Ajeng semakin tidak paham dengan bundanya itu.
"Bun, Ajeng tidak mau menikah, karena Ajeng tidak mau menikah dengan orang yang Ajeng tidak kenal. Terus dia juga kan baru ditinggal istrinya masa iya mau langsung nikah lagi. Apa kata orang, nggak normal tuh!"jawab Ajeng memberi alasan.
"Kata Ibu Rika, Raka belum menikah dan Gea itu bukan anaknya, dia anak dari kakak nya," cerita bundanya.
"Oh jadi dia masih single, kalau begitu abang setuju bun."
Ajeng melotot pada abangnya itu. Dasar picik. Tadi dia yang ngotot melarang dirinya menikah. Nah sekarang, setelah tahu Raka itu single dan bukan duda. Kok dia malah semangat.
"Kalau dia bukan duda, kan aman. Arya cuma nggak mau Ajeng terluka di bawah bayang bayang mantan istrinya atau almarhum istrinya. Ya kalau masih sama sama belum menikah, kenapa tidak kita jodohkan saja."Arya memegang dagunya yang lancip dengan jenggot tipisnya sambil manggut-manggut.
"Abang sebenarnya mihak siapa sih. Plin plan banget jadi orang?" protes Ajeng.
"Bukan plin plan, abang memang nggak setuju aja kalau adek abang yang cuma satu satunya ini nikah sama duda. Abang nggak mau aja masa iya adek abang yg lucu ini kawin sama duda anak satu. Apa nanti kata orang yang nggak tahu. Abang nggak mau kalau kamu kawin sama duda dikira pelakor," kata Bang Arya panjang lebar.
Tapi Ajeng sudah siap siap dengan sandal rumah sakitnya untuk dilempar ke muka abangnya yang ngeselin itu.
"Kawin, kawin, emang Ajeng ni kambing." Ajeng siap menampol abangnya pake sendal.
Si abangnya malah tertawa cengengesan.
"Terus gimana ini, Abang kamu udah setuju, kalau kamu sendiri bagaimana. Bunda juga tidak memaksa kamu. Bunda hanya ingin yang terbaik buat semuanya."
Perkataan bunda menghentikan aksi pukulan Ajeng ke abangnya.
"Kalau menikah Ajeng nggak siap bun. Ajeng kan masih harus kuliah. Dan Ajeng juga nggak mau nikah tanpa cinta,"jawab Ajeng.
"Ya sudah, nanti tinggal bunda sampaikan itu pada Bu Rika. Cuma bunda sebagai orangtua juga masih percaya dengan kepercayaan orang tua dulu. Kalau punya anak gadis terus ada yang melamar dan ditolak bisa bisa jadi perawan tua, bunda nggak mau itu."
Abang Arya yang mendengarnya terkekeh geli. Membuat Ajeng semakin kencang memukul abangnya itu pakai sendal.
"Itu kan cuma mitos bun,"sahut Ajeng.
"Tapi bisa jadi bener loe bun,"sambut bang Arya mempengaruhi. Langsung Ajeng mencubit pinggang bang Arya sekeras kerasnya.
"Terus bagaimana dengan Gea?"tanya bunda.
"Ajeng akan mengasuh Gea bun, gimana bunda setuju nggak, kalau Gea tinggal di rumah kita?" tanya Ajeng. Dia sudah sangat menyayangi Gea. Entah karena dia memang seseorang Guru TK, atau karena seorang mahasiswi jurusan PAUD, atau karena dari dulu Ajeng kepengen banget punya adik tapi nggak kesampean. Jiwanya merasa terpanggil. Dia jadi ingin mengurus dan merawat Gea.
"Ya, kalau kamu maunya seperti itu. Bunda ngikut aja,"jawab Bunda nya tersenyum.
"Yah kagak jadi deh gue punya adik ipar orang kaya,"seru bang Arya sambil tertawa.
"Abaaannng, bisa nggak sih jangan godain adeknya!"kata Ajeng kesal melihat abangnya kalau sudah kumat isengnya.
Tok tok tok.
Suara pintu diketuk dan tak lama kemudian masuklah beberapa orang ke dalam ruangan Ajeng.
Bu Rika, Raka, Gea, dan dokter Zayn.
" Mamaa...."
Gea langsung berlari menghampiri Ajeng. Melihat Gea berlari ke arahnya Ajeng langsung menyambut dan mengangkat tubuh Gea ke pangkuannya.
Semua yang hadir di ruangan itu pun takjub. Ajeng dan Gea memang seperti ibu dan anak sungguhan. Ajeng yang begitu luwes memangku Gea dan memperlakukan Gea dengan hangatnya kasih seorang ibu. Orang akan menyangka kalau Ajeng adalah ibu kandungnya.
Dokter Zayn yang melihat itu sangat terharu sekaligus sedih. Gea yang baru berusia mau empat tahun harus kehilangan sosok ibu kandungnya dan mengalami trauma mendalam dan menyebabkan dia mencari sosok ibunya dan menjadikan figur Ajeng sebagai ibunya. Kasus ini mungkin jarang terjadi pada anak seusia Gea.
Raka yang duduk di kursi roda hanya ikut memandangi mereka dengan tatapan sedih dan sesal. Andai saja dia lebih berhati hati dalam mengendarai mobil. Mungkin Gea tidak akan mengalami hal seperti ini.
Sementara Ibu Rika hanya menangis diam melihat cucunya yang malang.
Bersambung......
Jangan lupa tinggalkan jejak Like komen dan Love nya readers.
Sekalian promo karyaku yang lain Missing Guys.. Jangan lupa mampir juga ya. Nggak kalah serunya juga.
Gomawo -yo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
R Wulandari
sama jurusan kita ajeng mahasiswa PG-PAUD
2021-02-22
1
Agung Wijayanto
mantepp...
2021-02-17
0
Lheea Amelia
bagus thor. ...
2021-01-13
0