5

"Biarkan Argueda dengan aturannya dan Kita dengan langkah Kita. Saat ini, Aku memintamu sebagai saudara untuk mendukung langkahku. Apakah Kau bisa melakukannya ?"

"Aku selalu dibelakangmu" Kataku tegas tanpa keraguan. Riana membenahi selimut Yuki. Selalu, Dia terlihat lebih manusiawi bersama Yuki daripada ketika bersama orang lain.

Mungkin karena kepolosan Yuki atau cara unik Yuki dalam memandang dunia yang membuat Riana tertarik padanya. Yuki dan Riana seperti dua kutub yang berlawanan arah. Keduanya memiliki karakter yang berbeda.

Yuki seperti bunga di musim semi. Merekah merona. Menarik perhatian setiap orang. Dia tipe yang gampang membuat orang menyukainya. Sangat mudah diterima dalam pergaulan. Memiliki kebaikan dan kepolosan hati yang tulus. Apa adanya, tidak senang dengan sandiwara. Dia bukan tipe gadis yang senang akan kemewahan dan harta. Bukan juga gadis yang mau dengan gampangnya naik ke ranjang untuk menjilat. Dia bisa menyesuaikan diri di lingkungan manapun.

Dia memiliki semua kriteria gadis yang Riana butuhkan. Secara fisik, Yuki seorang gadis yang cantik. Senyumnya sangat manis bagi mata lelaki sepertiku. Aku pernah mengatakan pada Riana bahwa Yuki gadis yang imut. Hal yang mengejutkan, Riana tidak membantahnya. Itu pertama kali Aku menerima pengakuan seorang gadis dari Riana.

Sedangkan Riana. Dia keras seperti batu. Dingin seperti gunung es. Dan tidak dapat di tebak seperti sebuah labirin. Dia bagaikan rumah tua berpenghuni namun tidak ada celah untuk melihat ke dalamnya karena semua pintu dan cendelanya tertutup rapat.

Seringnya, Riana bersikap terlalu arogan pada Yuki. Sikapnya jelas menunjukan Dia hanya ingin Yuki memperhatikan dirinya seorang. Sesuatu yang sulit dilakukan Yuki mengingat sifat Yuki yang plin-plan. Hal inilah yang sering membuat Mereka bertentangan. Tapi semakin Yuki menentang, Semakin membuat Riana mengekangnya. Begitulah Mereka menjalani hubungan. Orang mengatakan Yuki beruntung karena ada Riana. Tapi sebenarnya Rianalah yang beruntung memiliki Yuki.

Riana membutuhkan gadis seperti Yuki di sampingnya dalam memimpin negeri Garduete, Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri Yuki.

Pendeta suci masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa Yuki. Riana tetap berada di sampingnya tidak mau beranjak dari tempatnya. Aku langsung berdiri. Menghampiri pendeta suci.

"Bagaimana ?" Tanya Riana ketika Pendeta suci selesai memeriksa Yuki.

"Dia mengalami goncangan yang cukup hebat. Biarkan Putri Yuki tidur sampai Dia sendiri benar-benar ingin bangun" Pendeta Suci menatapku sejenak. "Lebih Baik anda segera merawat luka anda. Jangan membiarkan hal kecil menjadi malapetaka nantinya"

"Ini hanya luka kecil tidak perlu di besar-besarkan. Tapi baiklah Aku akan pergi. Riana jika Kau membutuhkanku panggil saja Aku"

"Ya. Kau juga segera obati lukamu itu"

"Ya ya" Kataku asal.

Aku cukup lega mengetahui Yuki baik-baik saja. Sebelum kembali ke kamar Aku memutuskan untuk menengok Nara terlebih dahulu. Dia sedang tertidur lelap. Hari ini Dia sedang rewel. Kata Nenek, itu karena Dia mempunyai ikatan batin yang kuat dengan Ibunya. Ibunya tergoncang anak pun akan rewel.

Setelah mengobati lukaku. Aku memutuskan untuk duduk di luar. Hari sudah malam. Aku membawa beberapa botol anggur untuk menemani sembari memandang hutan yang gelap. Masih ada semburat warna merah di sana. Bekas terbakar tadi siang. Pasukan iblis berhasil di kalahkan. Beberapa yang melarikan diri sedang dalam pengejaran. Kami bertekad menumpas habis pengikut Iblis itu agar tidak membawa masalah di kemudian hari.

Dari tempatku, Aku bisa melihat kamar dimana Yuki berada dengan jelas. Riana masih setia menemani Yuki. Dia sedang mengelap kaki Yuki dengan handuk yang dibasahi. Tidak ada yang membayangkan Riana mau bersikap seperti itu pada wanita.

Aku memandangi Mereka dan merenung. Beberapa hari yang lalu ketika Aku menuju kamar Riana, Aku melihat Sera baru saja keluar dari kamarnya. Aku terkejut. Bagaimana bisa Mereka berdua bertemu seperti ini. Apa telah terjadi sesuatu.

Riana memandangi punggung Sera dalam. Ada swsuatu yang di pikirkannya. Ketika Aku berjalan melewati Sera. Dia menyapaku.

"Apa Kau akan terus berada di pihak Yuki seumur hidupmu dan melindunginya seperti sekarang ?" Tanya Sera tiba-tiba. Aku berhenti. Menatapnya kebingungan dengan arah pembicaraan yang tiba-tiba.

"Tentu saja" Kataku tanpa.berpikir.panjang.

Sera menepuk bahuku. Tampak jelas kelegaan di wajahnya. "Bagus sekali. Aku senang mendengarnya" Katanya dengan sikap yang penuh tanda tanya. Dia berjalan menjauh. Punggungnya tegak. Seolah suatu beban berat telah lepas dari pundaknya.

Aku memandangi sosoknya yang kemudian menghilang di ujung jalan. Ketika Dia sudah tidak terlihat, Aku menghampiri Riana dengan sikap penasaran.

"Apa yang kalian bicarakan. Apakah ada sesuatu yang terjadi ?" Tanyaku membuka obrolan.

"Tidak ada" Jawab Riana sembari melangkah masuk ke dalam kamarnya.

"Lalu untuk apa Dia kemari ?. Dia terlihat aneh sekali akhir-akhir ini"

"Dia mengajukan taruhan denganku"

"Taruhan ?" Kataku tak percaya. "Apa yang Dia ingin pertaruhkan ?"

"Dia mempertaruhkan pernikahannya" Riana meletakan cincin kawin yang kukenali milik Sera ke atas meja. Aku duduk di samping Riana.mengernyit. Apa Aku tidak salah dengar. Sera menjadikan pernikahannya sebagai bahan taruhan. Apa Dia sudah gila ?.

Aku ingat beberapa hari yang lalu Aku menemukan Yuki menangis sambil mengendong Nara di sudut taman yang sepi. Dia memandang Sera yang sedang mengatur pasukannya dari jauh.

"Pangeran Sera tampak aneh. Aku tidak tahu kenapa. Dia berbeda daripada yang kukenal" Isak Yuki ketika Aku menghampirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!