Apa.
Pingsan.
Riana berpikir sesaat. "Xasfir Kalian urus di sini. Vold ikut Aku"
"Dan ini lebih penting. Kami menemukan Pangeran Sera dan Lekky di lingkar luar kubah"
"Apa ?"
Aku merasa mempunyai harapan. Apa mungkin Lekky berhasil menyusul Sera di saat yang tepat dan membawanya pergi sebelum ledakan itu.
Jujur saja, Jika Aku boleh memilih, Aku lebih memilih maju di medan pertempuran daripada harus melihat Yuki bersedih.
"Tapi sayangnya, Pangeran tidak dapat diselamatkan. Dan Lekky mengalami luka parah. Kondisinya kritis dan tidak sadarkan diri."
Jantungku seolah ditusuk sembilu. Kematian Sera sudah menghancurkan Yuki. Yuki tidak akan bisa menerima dua kematian sekaligus. Sial. Kenapa bisa begini.
"Riana pergilah. Kami akan menyelesaikan semua.di.sini" Kata Bangsawan Xasfir tenang.
"Terimakasih"
Riana menepuk bahuku. Aku berjalan menyusulnya. Kami kembali ke Kuil suci. Di sepanjang jalan Aku menyaksikan akibat jika kekuatan suci diledakan. Kekuatan suci berasal dari kemurnian bumi ketika pertama kali di ciptakan. Kekuatan yang menjaga agar bumi tetap berputar pada porosnya. Kekuatan murni yang tersegel rapat dan dijaga oleh pendeta suci.
Pohon-pohon menghitam. Aku seolah berjalan di pertengahan dua dunia. Di dalam lingkaran kubah tampak sunyi seperti kota mati. Sedangkan di luar kubah kehidupan tetap berjalan seolah tidak terjadi apapun. Burung-burung kembali berkicau di atas sana.
Kami sampai di kuil suci. Seorang Murid pendeta sudah menunggu Kami. Kami dibawa menuju kamar di mana Yuki di rawat.
Yuki tidur di atas ranjang. Buliran air mata menetes di pipinya. Wajahnya tampak sayu namun itu tidak mengurangi kecantikannya sama sekali.
Riana menghampiri Yuki. Dia tampak tenang. Tapi Aku tahu hatinya sebenarnya cemas memikirkan Yuki. Dalam hal menyembunyikan perasaan, Riana lebih pandai. Aku sering kali terkecoh dengan alur yang Dia buat. Seperti saat Dia bertemu kembali dengan Yuki setelah lima tahun lamanya.
Riana bersikap dingin sebelumnya. Dia seperti mayat hidup. Sibuk bekerja dan menolak setiap gadis yang di sodorkan padanya sepeninggal Yuki. Dia bahkan menolak Marsha untuk tinggal diistananya. Membiarkan Marsha berada di istana wanita. Sesuatu yang jelas berbeda ketika Dia bersama Yuki. Pernah suatu kali, Marsha yang saat itu sudah bertunangan dengannya, masuk ke kamar yang biasa di pakai Yuki dan mencoba mengubah kondisi kamar itu. Marsha ingin menyingkirkan semua hal tentang Yuki dari diri Riana. Riana sangat marah saat mengetahuinya, Dengan dinginnya Dia Mengusir Marsha keluar istana dan tidak pernah mengizinkan Marsha menginjakkan kaki ke istananya.
Bersama Yuki, Riana justru membuka dirinya. Dia terlihat lebih nyaman saat berada di dekat Yuki. Aku melihat Riana seperti manusia normal hanya ketika Dia bersama Yuki.
Saat Yuki kembali ke kehidupan Kami. Perlahan Aku melihat emosinya yang seolah hilang kembali. Aku melihat Riana yang selama ini menghilang kembali menjadi pribadi yang kukenal. Aku sudah sangat berhati-hati karena kemunculan Yuki. Aku tidak ingin Riana bertindak nekat dan malah menyebabkan pertempuran besar dua negara. Tapi Riana lebih licin daripada yang kukira. Dia telah merencanakan semua dengan kepala dingin, mungkin bertahun-tahun lalu sebelum Yuki kembali. Dia mengecohku dan semua dengan pertunangannya dengan Marsha. Dia mengecoh Kami dengan segala persiapan pernikahan, membuat Kamu yakin bahwa Dia tidak terpengaruh dengan kehadiran Yuki. Tapi begitu ada kesempatan Dia membuat Yuki sampai hamil anaknya.
Memaksa kerajaan untuk mendukungnya kembali mengambil Yuki apapun resikonya. Hal yang telah lama di rencanakan Riana.
Aku ingat dengan jelas bagaimana reaksinya ketika Aku mengabarkan Yuki telah hamil anaknya dan Batu Amara kembali bersinar. Saat itu Aku melihat sorot matanya memancarkan kepuasan. Dia tidak terkejut justru terlihat senang. Aku menyadari kemudian bahwa Dia memang merencanakan semua. Termasuk tidak menyentuh gadis manapun untuk mencegah adanya Bayi sebelum Yuki kembali.
Riana mengusap rambut Yuki. Mencium keningnya beberapa kali. Yuki bergerak sedikit. Dia terlihat kepayahan. Seberapa hancur dirinya saat ini ?.
Aku memandang Yuki. Wajah Ayu yang selalu kurindukan.
Di mataku Dia selalu cantik bahkan saat tersedih dalam hidupnya.
Aku jadi teringat pertama kali Aku melihatnya. Berapa usianya waktu itu ?. Lima belas tahun. Dia terlihat lugu dan menyenangkan. Namun seperti seekor kucing liar, Gampang sekali mencakar jika tidak menyukai seseorang. Aku sudah menyukainya dari pertemuan pertama Kami. Yuki adalah satu-satunya gadis yang menolakku. Membuatku semakin senang menggangunya. Aku pernah bersumpah, Jika Aku mendapatkan hatinya, Aku akan menikahinya dan menjadikan seorang wanita dalam hidupku.
Perasaan senang bersamanya perlahan mulai berubah. Aku menyadari bahwa Aku tertarik padanya. Sayangnya, Aku harus menghentikan langkahku ketika Aku mengetahui Dia adalah calon Ratu yang terpilih. Aku tidak ingin mengkhianati saudaraku Riana. Bagiku darah lebih kental daripada air. Aku memilih mundur dan menawarkan persahabatan pada Yuki. Aku pernah mabuk selama beberapa hari karena patah hati.
"Apa yang akan kita lakukan Riana ?" Bisikku pelan. "Kau lihat respon Argueda. Aku mempunyai perasaan tidak enak mengenai hal ini"
Riana tercenung sesaat.
"Aku akan meminta bantuan keluarga darmount untuk mengawal Nara sampai situasi kondusif. Yuki tidak akan senang jika Dia di pisahkan dari anaknya bahkan hanya untuk sementara"
"Argueda tidak akan secepat itu menerima kematian Pangerannya. Apalagi jelas ini semua karena Sera mengantikan posisi Yuki. Yuki akan mendapat tekanan mental yang kuat. Menghadapi kematian Sera saja Dia sudah hancur apalagi menanggung beban" Aku duduk di sofa tak jauh dari tempat tidur dengan kening berkerut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments