Ticia tidak menyangka jika Vincent akan kasar kepadanya. Bahkan sampai menamparnya. Dengan melotot Ticia menatap tajam Vincent. Dan dengan marah dia kembali menghempaskan tangan Vincent.
Brukk tiba-tiba datang seseorang yang memukul Vincent sampai terjatuh. "Dasar pecundang, berani lo tampar perempuan!!" seru lelaki itu yang tak lain adalah Varen.
Varen dan ketiga temannya sengaja datang ke taman hiburan itu untuk menguntit Ticia. Tapi siapa sangka, begitu dia sampai. Dia malah melihat Ticia dipukul oleh seorang lelaki. Maka seketika marahlah Varen.
"Kak Varen?" Ticia sangat terkejut saat melihat Varen dan teman-temannya berada di taman hiburan itu juga.
"Lo nggak kenapa-napa? Sakit nggak?" tanya Varen dengan panik. Ticia kemudian memegang sudut bibirnya yang sedikit berdarah akibat tamparan Vincent. Lalu dia kemudian tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Urus dia!" perintah Varen kepada ketiga temannya.
Seketika ketiga teman Varen mulai memukuli Vincent dan terjadilah keributan di tempat itu. Karena para pengunjung lainnya juga kaget dengan apa yang terjadi.
Sementara Ticia mencoba menghentikan teman-teman Varen yang masih memukuli Vincent. "Stop!!" pinta Varen yang melihat Ticia begitu panik. Varen merasa jika Ticia masih menyukai lelaki kasar itu.
"Pulang aja ke kota M, dan jangan pernah temuin gue lagi!!" ucap Ticia kemudian berlari meninggalkan kerumunan itu.
Varen berlari menyusul Ticia dan diikuti oleh ketiga temannya. Setibanya di parkiran Varen memperlambat langkahnya ketika melihat Ticia berjongkok sembari menangis. Melihat wanita yang dia suka menangis, membuat Varen menjadi tak tahan.
"Nggak usah ditangisi lelaki kayak gitu!!" ucap Varen mendekati Ticia.
"Bisa tinggalin gue sendiri nggak!" tanya Ticia pelan sembari tersedu.
Akan tetapi Varen bukannya pergi malah duduk di samping Ticia yang masih menangis. Ticia terkejut dengan tindakan Varen. Kemudian dia menarik tangan Varen dan mengajaknya minggir karena mereka menghalangi jalan pengunjung lainnya.
"Kenapa lo bisa ada disini? Lo pasti ngikutin gue!" omel Ticia.
"Ish geer, gue mainlah kesini, bosen dirumah." jawab Varen berbohong. Mendengar jawaban Varen membuat Ticia seketika menoleh dan menatapnya tajam. Ticia tidak terima dikatain geer.
"Iya gue jujur, gue ngikutin lo, tadi pagi gue ke rumah lo tapi lo ke gereja katanya. Terus gue chat lo tapi nggak lo bales, kan gue jadi kesel.." Varen mulai berkata jujur kepada Ticia.
"Pulang yuk gue anterin!" ucap Varen.
"Disini nggak ada angkot jurusan ke Perum Puri Mawar," lanjut Varen cepat, sebelum Ticia menolak ajakannya.
Ticia pun kemudian tersenyum mendengar ucapan Varen yang menurutnya kekanakan. Tapi setidaknya itu bisa sedikit menghibur Ticia. Sebenarnya Ticia kembali mau menolak ajakan Varen. Akan tetapi saat dia melihat Vincent yang sedang dipapah oleh pacarnya menuju mobil. Ticia pun akhirnya mau pulang bersama Varen.
Dari dalam mobil, Vincent bisa melihat dengan jelas Ticia yang berboncengan dengan Varen. Ada amarah, kesal, juga penyesalan dalam hati Vincent. Tapi dia sadar, jika setelah ini mereka akan jauh. Bukan hanya jauh tempat, tapi juga hati mereka.
"Bener kan lo ngikutin gue? Buktinya lo bawa helm dua.." ucap Ticia sedikit teriak supaya Varen yang ada di depannya mendengarkan. Sementara Varen hanya tersenyum mendengar ucapan Ticia.
"Makan dulu ya!" ajak Varen sambil membelokan motornya di sebuah kafe yang biasa dia dan teman-temannya nongkrong.Ticia menganggukan kepalanya. Dia juga masih lapar karena tadi cuma makan sedikit waktu di taman hiburan.
Varen lalu memesan makanan yang biasa dia pesan. Diikuti oleh teman-temannya yang sedari tadi memang mengikuti mereka berdua. Varen lalu mengenalkan teman-temannya kepada Ticia.
****
Sejak saat itu, Varen dan Ticia menjadi semakin dekat. Varen juga secara khusus mengundang Ticia untuk selalu melihatnya latihan basket. Dengan senang hati Ticia menerima undangan Varen. Setiap kali Varen latian atau tanding, Ticia akan selalu hadir untuk memberi semangat untuk Varen.
Seperti siang ini, secara khusus Ticia menemani Varen latihan basket sepulang dari sekolah. Ticia sengaja tidak meminta sopir untuk menjemputnya. Karena dia akan dianter oleh Varen.
"Hebat.." Ticia mengacungkan jempolnya untuk Varen saat Varen selesai latihan.
"Makasih," tentu saja Varen merasa senang mendapat pujian dari wanita yang dia sukai.
"Nanti malam gue main ke rumah ya?"
"Nanti malam gue ada acara, belajar bareng Indah sama Anabella, di rumah Indah.." jawab Ticia.
"Kalau gitu biar gue anterin,"
"Ndak usah, ntar malah ngerepotin.."
"Enggak, pokoknya gue anterin!!" Varen sedikit memaksa, dan akhirnya Ticia mengalah.
Tanpa mereka sadari, diujung lapangan basket. Ada seseorang yang menatap mereka dengan tidak suka. Dia adalah Tika, teman sekaligus orang yang memiliki perasaan kepada Varen. Dia merasa, setelah dekat dengan Ticia. Varen sudah tidak lagi memperhatikan dia. Dia merasa, Varen telah berubah.
Akan tetapi Tika juga sadar dia tidak punya hak untuk marah ke Varen atau Ticia. Karena dia hanya teman Varen, dan tidak memiliki hubungan apapun selain teman.
"Udahlah, jangan dilihatin terus!! Kalau Varen bahagia, kita sebagai teman hanya bisa mendukung.." ucap Rafa mencoba menyadarkan Tika dari rasa tidak suka-nya terhadap Ticia.
Apa yang membuat Tika marah sebenarnya adalah, bertahun-tahun dia dekat dengan Varen. Tapi sekalipun Varen tidak pernah memandangnya. Sedangkan Varen baru bertemu Ticia kurang dari dua bulan. Tapi Varen bisa dengan mudah memperhatikannya.
"Apa sih kurangnya gue?" lirih Tika.
"Lo nggak kurang apapun, tapi lo tahu cinta tidak bisa dipaksa.. Gio melihat Ticia wanita yang unik, jadi dia tertarik sama Ticia." jelas Rafa.
"Kelak lo juga akan menemukan orang yang merasa lo itu special, dan dia akan tertarik sama lo. Sama seperti Gio yang tertarik sama Ticia sekarang.." sahut Digta merasa kasihan kepada Tika.
"Gio teman kita, jadi kalau dia bahagia, kita juga harus dukung dia.." Iqbal tak mau kalah menasehati Tika untuk bisa merelakan Varen bersama dengan wanita pilihannya.
"Tapi kalau diperhatiin, Ticia cakep juga sih, makanya Gio suka banget sama dia." ucap Rafa.
"Gue juga cakep," Tika tidak terima mendengar pujian Rafa untuk Ticia.
"Kalau dilihat dari sedotan," ledek Iqbal.
"Brengs*k lo bukan temen gue," Tika menendang kaki Iqbal tapi Iqbal dengan cepat menghindar, mengakibatkan Tika hanya menendang angin. Setelah itu Iqbal menjulurkan lidahnya sembari berlarian, membuat Tika semakin kesal. Lalu juga berusaha mengejar Iqbal yang berlarian keliling lapangan basket.
"Yaelah kayak bocah lo pada," seru Digta yang minta ampun dengan kelakuan kedua temannya.
"Gue anterin Ticia sekalian pulang, nggak mampir basecamp dulu!" pamit Varen kepada teman-temannya.
"Gue juga mau pulang, capek gue.." ucap Iqbal. Setelah itu mereka pulang ke rumah masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
AdeOpie
Tika sam Iqbaal ajah thor
2021-05-23
0