Minggu pagi Varen kembali datang ke rumah Ticia. Akan tetapi dia harus menelan kekecewaan. Karena Ticia dan kedua orang tuanya tidak ada di rumah. Setiap minggu pagi Ticia bersama ayah dan ibunya selalu pergi ke gereja.
"Lama ya mbak?" tanya Varen.
"Biasanya sih sampai siang mas, itu kalau nggak pergi kemana dulu." jelas pembantu di rumah Ticia.
"Oh, ya udah kalau gitu aku pulang aja, salam buat ayah dan ibunya Ticia, juga buat Ticia!"
"Iya mas nanti disampaiin."
Setelah itu Varen tidak langsung pulang. Tapi dia ke tempat biasanya dia dan teman-temannya nongkrong. Tapi tidak seperti biasanya, Varen terlihat sangat lesu hari ini.
"Darimana lo?" tanya Iqbal, satu dari keempat temannya.
"Dari rumah Ticia.."
"Lo beneran naksir sama tuh cewek baru?" sahut Digta yang sedang asyik main game.
"Hmm, dia unik," jawab Varen tanpa menutup-tutupi perasaannya.
"Tapi kan dia udah punya cowok bro.." Rafa mengingatkan Varen.
"Terus kenapa? Mereka belum jadi suami istri kan?" Varen seolah tidak peduli dengan status Ticia. Dia cinta, dan dia akan terus berjuang. Pantang Menyerah.
"Terserah lo aja deh, yang penting lo bahagia.." Tidak ada yang lebih penting dari kebahagiaan seorang sahabat.
Akan tetapi, tiba-tiba Varen menunjukan wajah dinginya setelah melihat ponselnya. Di ponsel itu Varen melihat story wa Ticia bersama seorang lelaki. Sepertinya video itu diambil disebuah gereja, karena terlihat banyak orang dalam ruangan dan terdengar juga lagu-lagu orang kristen.
Karena saking emosinya, Varen sampai-sampai ingin membanting ponselnya. Mulutnya sih berkata dia baik-baik saja. Tapi hatinya tidak bisa bohong. Dia cemburu melihat Ticia bersama lelaki lain. Apalagi caption Ticia yang mengatakan jika dia sangat merindukan lelaki yang ada bersamanya dalam video singkat itu, setelah dua minggu tidak bertemu.
"Gue juga rindu sama lo," Varen mengirim balasan untuk story wa Ticia. Akan tetapi tidak mendapat balasan dari Ticia, hanya dibaca saja.
"Kenapa lo?" Iqbal mendekat dan mengintip ponsel Varen. Setelah itu dia tertawa terbahak-bahak.
"Mending lo ngecat tembok rumah gue, daripada ngechat dia tapi nggak dibalas hanya di read doang.." ledek Iqbal masih dengan terbahak. Digta dan Rafa pun ikutan terbahak mendengar ledekan Iqbal ke Varen.
"Sialan lo,," Varen memukul pelan lengan Iqbal, dan ikutan tersenyum. Hanya tersenyum, karena sebenarnya dalam hatinya merasa kesal.
"Udahlah Gi, cari yang lain aja! Atau sama Tika aja, dia kan udah lama naksir lo.." ucap Rafa.
"Nggaklah, kita cuma temen aja."
"Tapi Tika kayaknya suka sama lo,"
"Nggak mungkin, itu cuma perasaan kalian aja. Gue ama Tika memang udah deket dari SMP, jadi kelihatannya aja kita kayak pacaran. Tapi sebenarnya nggak." bantah Varen. Karena dia memang sama sekali tidak memiliki perasaan apapun ke Tika. Dia juga yakin Tika juga seperti itu terhadapnya. Mereka hanya teman.
"Ntar malam ke club yuk! si Angel ngadain party di club ntar malam." ajak Digta sang raja club malam. Hampir setiap malam dia selalu datang ke club malam untuk mabuk-mabukan.
"Lo harus dateng Gi! Angel secar khusus ngundang lo," imbuh Digta.
Angel adalah teman mereka tapi beda sekolah. Angel itu juga menyukai Varen. Makanya dia mengundang Varen secara khusus ke party yang akan dia adakan di club malam. Karena pertemuan mereka juga berawal di club malam itu.
"Nggak janji, kalau nggak malas ntar gue dateng." ucap Varen yang sudah mulai tidak tertarik pergi ke tempat seperti itu. Setelah mengenal Ticia, dia sudah sangat jarang bahkan hampir tak pernah pergi ke club malam lagi. Varen lebih suka main ke rumah Ticia. Atau kalau nggak di rumah dan chattingan dengan Ticia, meskipun sangat jarang dibalas oleh Ticia.
Di sisi lain..
Ticia sangat bahagia karena bisa bertemu dengan lelaki yang selama ini menjadi gebetannya. Lelaki itu secara khusus datang ke kota S untuk bertemu dengan Ticia. Setelah ke gereja bersama, Ticia dan lelaki itu pergi ke sebuah taman hiburan yang ada di kota itu. Tapi tidak dengan orang tua Ticia, karena mereka sudah pulang duluan.
Seperti seorang anak kecil. Ticia dan Vincent, nama lelaki itu, naik semua wahana yang tersedia di taman hiburan itu. Tudak lupa mereka juga mengabadikan moment itu dalam bentuk foto dan video yang akan dipasang di story masing-masing.
Kriingg kriinggg telepon Vincent berdering. Akan tetapi Vincent dengan cepat mematikan panggilan itu. Dia tidak mau menjawab panggilan itu. Dan ketika Ticia bertanya siapa yang menelepon. Vincent bilang jika itu salah sambung.
"Angkat aja dulu!" kata Ticia ketika telepon Vincent kembali berdering.
"Gue angkat dulu ya?" Vincent mulai menjauh dari Ticia sewaktu menjawab penggilan teleponnya.
Saat Vincent sedang menjawab panggilan. Ticia berjalan menuju outlet minuman yang tak jauh dari tempat dia berdiri. Karena saking senangnya naik ini itu,.Ticia baru tersadar jika sedari tadi, dia belum makan ataupun minum sama sekali. Maka dia mulai memesan makanan dan minuman untuk dirinya dan Vincent.
Tak lama kemudian Vincent sudah selesai dengan panggilan teleponnya. Saat dia kembali ke tempat dimana dia meninggalkan Ticia, dia tidak melihat Ticia ada di tempat semula.
"Vin!!!" seru Ticia dari tempat dia membeli makanan dan minuman. Vincent pun kemudian berlari kecil menghampiri Ticia yang sedang menunggu makanannya jadi.
Tak berapa lama kemudian makanan itupun jadi. Ticia dan Vincent menikmati makanan dan minuman itu. Tapi tak lama kemudian, datang seorang wanita dengan wajah oriental datang menghampiri mereka.
"Jadi ini teman kamu itu?" tanyanya mengagetkan Ticia dan Vincent.
"Kamu kok ada disini?" tanya Vincent dengan sedikit gugup.
"Kenapa? Kamu takut ketahuan kalau ternyata kamu selingkuh?" tanya wanita itu dengan sedikit marah.
"Selingkuh? Maksudnya? Dia siapa sih Vin?" tanya Ticia tidak mengerti.
"Aku pacarnya Vincent, kenapa?"
"Pacar?" jelas Ticia terkejut dengan pengakuan wanita itu. Dia dan Vincent memang belum resmi pacaran tapi mereka sangatlah dekat, dan Vincent juga sering menunjukan perhatiannya layaknya seorang kekasih.
"Ya, kita baru seminggu jadian," jawab wanita itu lagi.
"Gue..gue bisa jelasin Cia."
"Nggak perlu! Selamat buat kalian," Ticia merasa sangat kecewa dengan kenyataan yang terjadi. Dia berpikir jika Vincent adalah lelaki yang baik. Tapi ternyata dia tak lebih dari seorang lelaki brengs*k. Ya, karena dia sudah memiliki pacar tapi masih mengumbar perhatian kepada wanita lain.
"Cia, dengerin gue dulu!" Vincent masih saja mengejar Ticia.
"Lepasin tangan gue!!" Ticia meronta dan menghempaskan tangan Vincent. Akan tetapi Vincent kembali meraih tangannya kembali.
"Lepasin!!!"
"Dengerin gue dulu!!"
"Gue nggak mau!!" teriak Ticia sembari melotot. Karena Ticia selalu meronta dan melepaskan tangan Vincent. Membuat Vincent menjadi marah, dia menampar Ticia dengan keras, bermaksud membuat Ticia berhenti meronta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Nacita
wah belom apa2 udah maen tampar aja nih cowo 😏
2021-05-22
0