"Makasih ya," ucap Nathan, lelaki berkaca mata yang tadi ditolong oleh Ticia.
"Iya, kenalin gue Ticia, murid baru.."
"Gue Nathan.."
"Gue salut sama lo, lo berani banget tadi.." Indah dan Anabella memuji keberanian Ticia yang dengan sangat berani membela seorang murid yang telah dibully.
Indah lalu memberitahu Ticia, jika mereka yang melakukan pembullyan itu adalah kakak kelas mereka. Selain suka membully, mereka juga suka melakukan penindasan kepada teman seangkatan mereka, atau adik kelas mereka.
Ticia lantas bertanya, kenapa tindakan seperti itu terus dibiarkan. Kenapa mereka tidak melapor kepada guru.
Nathan berkata, jika dia pernah melaporkan tindakan itu kepada pihak sekolah. Akan tetapi sebagai balasannya, Nathan dicegat oleh mereka sewaktu pulang sekolah. Makanya Nathan membiarkan dirinya dibully seenaknya oleh mereka.
"Kenapa nggak lo lawan mereka?" tanya Ticia yang semakin gemas dengan cerita teman-temannya.
"Mereka banyak je, gue nggak berani.." jawab Nathan.
"Ah, cemen lo!!" ledek Ticia sembari tersenyum kepada Nathan.
Mereka berempat saling ngobrol dengan bahagia. Itu pertama kalinya juga Nathan bisa ngobrol dengan leluasa. Biasanya dia merasa insecure, dan tidak berani bergabung dengan temannya yang lain.
Nathan satu tingkat diatas Ticia. Akan tetapi dia merasa senang saat ngobrol dengan Ticia. Mereka nyambung aja saat ngobrol.
"Kak Nathan kalau nggak punya teman, bisa kok gabung bareng kita!" ucap Indah dan disetujui oleh Anabella. Sudah sangat lama sebenarnya Indah dan Anabella merasa kasihan dengan Nathan.
"Tapi harus traktir!" sahut Ticia dengan tertawa. Ketika dia tertawa, tanpa sengaja dia menoleh dan beradu pandang dengan Varen.
Varen yang memang sedari tadi memandangi Ticia pun hanya tersenyum sedikit sembari mengedipkan matanya pelan. Sementara Ticia acuh saja, dan kembali bersendau gurau dengan teman-temannya.
Setelah kejadian di kantin tadi. Banyak siswa dan siswi yang mulai memperhatikan Ticia. Mereka salut dengan keberanian Ticia menghadapi geng brutal di sekolah mereka.
Banyak dari mereka yang ingin dekat dengan Ticia. Sebenarnya tujuan Ticia bukan untuk cari muka. Dia hanya tidak suka dengan tindakan semacam itu. Dan supaya hal seperti itu tidak terjadi lagi di sekolah itu. Sayang sekali jika itu terus berlanjut. Karena sekolah itu termasuk sekolah favorit dengan berbagai prestasi yang sudah diperoleh, baik di bidang akademis maupun non akademis.
"Hai," sapa Varen saat Ticia bersama Indah dan Anabella juga Nathan hendak keluar dari kantin.
"Lo murid baru ya? Kayak baru lihat," imbuh Varen.
"Hmm," jawab Ticia ketus. Dari awal dia sudah sangat marah dengan Varen dan teman-temannya atas tindakan perbullyan yang mereka lakukan.
"Kenalin gue Varen!" Varen mengulurkan tangannya.
Sementara Ticia hanya tersenyum dengan dipaksa, lalu menarik tangan Indah dan Anabella untuk segera berjalan meninggalkan kantin. Tak lupa dia juga mengajak Nathan untuk segera kembali ke kelas masing-masing.
Melihat Ticia yang cuek ke dia, Varen bukannya marah malah tersenyum kecil. Dengan tangan kirinya dia menjabat tangannya sendiri yang diabaikan oleh Ticia. Rasa penasaran Varen pun semakin tak tertahan. Dia menargetkan Ticia sebagai incarannya.
"Berani bener dia cuekin lo?" ucap Rafa salah satu teman Varen.
"Lagian lo kenapa sih deketin dia? Dia kan tadi udah permaluin kita," sahut Tika masih tidak terima dia dikalahkan oleh Ticia.
Varen hanya tersenyum lalu berjalan meninggalkan kantin. Dia sengaja mengikuti Ticia sampai di depan kelas Ticia. "Oh, disini kelasnya." gumamnya kembali tersenyum tipis.
Sementara setibanya di kelas, Anabella menjadi heboh karena tidak menyangka jika pria tertampan di sekolah mereka akan menyapa mereka duluan. Meskipun dia tahu, Ticia-lah yang diincar oleh Varen. Tapi tetep saja, Anabella merasa sangat bahagia.
"Kenapa lo cuekin kak Varen sih?" tanyanya dengan heboh.
"Gue nggak suka aja sama dia." jawab Ticia santai.
"Yaelah, lo beg* amat sih, dia itu cowok tertampan dan terkeren di sekolah kita.. Ya ampun gue masih nggak percaya bisa melihatnya dengan jarak yang begitu dekat.." Ticia hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat betapa lebay-nya temannya itu.
"Iya Cia, kenapa lo cuekin kak Varen? Semua siswi disini berharap bisa dekat dengan dia." celetuk Indah menyahut pembicaraan Anabella dengan Ticia.
Lagi lagi Ticia hanya menghela nafas mendengar protes dari kedua temannya. Apa hebatnya sih dia. Lagi pula Ticia tidak suka dengan Varen karena tindakannya sebelumnya. Meskipun sebenarnya yang melakukan itu semua adalah teman-temannya. Tapi tetap saja, Varen membiarkan teman-temannya menindas orang lain di depannya. Itu sama aja dengan dia juga melakukan penindasan itu.
"Udahlah, ngapain sih bahas dia terus?" protes Ticia karena kedua temannya itu terus aja berbicara tentang lelaki bernama lengkap Varen Giovanni Narendra itu.
Sementara itu di kelas 11 Tata Boga 2, Varen duduk disamping Nathan sembari bertanya tentang siapa gadis yang menolongnya di kantin tadi. Dengan takut-takut Nathan menjawab jika dia adalah murid pindahan dari kota M.
"Namanya siapa?" tanya Varen.
"Ti..Ticia.." jawabnya takut-takut.
"Ngapain lo gemeter gitu?" Varen geli dengan apa yang terjadi dengan Nathan. Sementara Nathan hanya menggelengkan kepalanya. Dia berusaha untuk bersikap biasa, tapi tak dipungkiri dia merasa sangat takut dengan Varen.
"Lo tahu nomer teleponnya nggak?" Dengan takut-takut Nathan menggelengkan kepalanya.
"Serius?"
"I..Iya.. Gue juga baru kenal dia tadi," jawab Nathan dengan gemetar.
"Kalau boleh, mintain nomer dia ya! Sekalian sama alamat rumahnya!" ucap Varen sebelum beranjak dan kembali ke tempat duduknya.
Baru pertama kali ini Varen merasa sangat penasaran dengan seorang wanita yang baru aja dia temui. Sikap itu tidak seperti sikap Varen yang biasanya cuek. Bahkan teman-temannya pun merasa aneh dengan sikap Varen.
"Lo penasaran beneran sama tuh cewek?" tanya Digta.
Varen tersenyum kecil dan mengangkat alisnya. "Kalau bisa bantuin gue dapetin nomer telepon dia ya!" pinta Varen.
"Boleh sih," Digta masih melongo dengan apa yang terjadi pada temannya itu.
Sementara di sisi lain, Tika merasa sangat tidak senang. Dia selama ini berusaha buat deketin Varen. Tapi Varen malah lebih tertarik dengan murid baru itu.
Akan tetapi amarah itu mulai mereda saat Varen menanyakan kepadanya tentang tangannya yang sakit akibat perkelahiannya dengan Ticia tadi. "Udah membaik kok," jawab Tika sambil menggerakan tangannya.
"Oh yaudah,"
Varen dan Tika duduk satu meja. Mereka sudah dekat sejak dari SMP. Banyak yang mengira jika mereka adalah sepasang kekasih karena kedekatan itu. Faktanya, Varen bahkan sama sekali tidak memiliki perasaan kepada Tika. Dia hanya menganggap Tika sebagai teman, sama seperti yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Nacita
lanjut.....
2021-05-22
0