Setelah makanan nya habis, Eliya pun beranjak pergi. sama sekali tak ingin berkumpul dengan tiga berandal sekolah macam mereka. lebih baik Ia membantu Bunda dan para Mommy melayani pembeli saja.
"Makanan nya udah habis nak?" tanya Ella kala Eliya datang.
"Sudah tante, terima kasih. makanan nya enak."
Ella hanya tersenyum "Ya Ander memang selalu membelikan makanan terbaik untuk Mommy nya karena dia anak yang baik dan sangat sayang sama Mommy."
Pujian Ella pada Ander tentu saja membuat Eliya tak terima.
"Yah, tante nggak tau saja bagaimana kelakuan Ander disekolah. Very bad boy." batin Eliya.
"Udah istirahatnya?" tanya Bunda Nisa yang baru saja datang sambil membawa seikat bunga.
"Udah Bund, mana Eliya bantuin." balas Eliya.
"Ya sudah sini." Eliya pun membuntuti Nisa sementara Ella hanya bisa menatap kagum pada Eliya yang selalu membantu mereka di toko setiap pulang sekolah meskipun mereka sudah meminta Eliya tak membantu dan belajar saja namun Eliya masih saja memaksa ingin membantu di toko bunga.
..
"Oh jadi gitu? buru buru kesini buat ketemu sama si ugly bahkan sambil di bawain makanan pula." celetuk Revan melihat bungkus makanan dengan nama kafe yang baru saja mereka sambangi. sudah tandas isinya seperginya Eliya si ugly.
"Bacot Lo! itu tadi buat Mommy sama Mommy dikasih sama si ugly." jelas Ander dengan wajah kesal.
"Kalau suka nggak apa apa lagi, bilang aja nggak usah malu malu." kata Randi menimpali membuat Ander kesal dan melemparkan pulpen yang ada dimeja.
"Adowww, sakit bang."
Revan hanya terkekeh "Kalau marah itu artinya iya kan Ran."
Ander yang kesal dengan ucapan Revan langsung melempari juga dengan Botol kosong namun sayang meleset.
"Aduh, kagak kena kan?" ejek Revan lalu bangkit dari duduknya "Mommy Ander nakal." teriak Revan dengan suara dibuat buat sambil berjalan keluar.
Ander hanya memutar bola matanya malas sementara Randi masih tertawa menertawakan Ander.
''Kamu kenapa sih teriak teriak!" tanya Riska kala Revan menghampirinya.
"Itu Ma, si Ander nakal." adu Revan.
"Makanya kamu nggak usah usil usil kalau nggak mau dinakali."
"Ya ampun Ma, aku tuh sebenarnya anak Mama apa bukan sih? kenapa nggak dibelain malah di omelin." kesal Revan membuat Riska mengulum senyum.
Yah seperti ini lah sikap Revan, Manja dan usil sama seperti Papa nya.
Revan masih saja mengerutu pura pura ngambek membuat Riska mengalah,
"Iya udah iya udah, anak Mama udah makan belum nih?" tanya Riska merayu Revan.
"Belum lah Ma, orang Revan pulang sekolah langsung kesini. udah kangen sama Mama malah diomelin!"
"Idih, bohong tante! orang tadi aja udah habis nasi goreng sepiring tuh dikafe. Randi saksinya." ucap Randi yang datang dari belakang membuat Revan melotot ke arahnya sementara Riska hanya menggelengkan kepalanya tak percaya dengan sikap usil putranya itu.
"Adoww, Tante! kepala ku dijitak sama Revan." adu Randi saat Revan menjitak pelan kepala Randi.
"Revan..." ucap Riska mengingatkan sambil melotot tajam.
"Jadi bener ya, aku bukan anak Mama." kata Revan dengan wajah pura pura sedih.
"Ck, kalian ini bener bener deh, udah mendingan kalian pulang trus belajar dirumah dari pada disini malah ngrecokin!" kesal Riska.
"Nggak pokoknya aku di sini nemenin Mama sampai pulang. titik no debat!"
"Ya udah terserah kalian saja!" balas Riska menyerah.
Dari jauh Eliya memandangi pertengkaran manja ibu dan anak itu,
"Huh dasar anak manja!" batin Eliya.
Saat berjalan hendak mengambil plastik,
Bug....
"Ups, sorry nggak sengaja." suara menyebalkan keluar dari mulut Ander kala Eliya jatuh dilantai karena kakinya yang menyandung kaki Ander.
"Kamu sengaja kan?" geram Eliya.
"Enggak tuh, lagian kan aku udah bilang sorry. kenapa? mau nangis trus ngadu sama Mommy?" tanya Ander dengan nada mengejek.
"Sialan, bener bener sialan!" batin Eliya mengerutu.
Eliya bangkit lalu membersihkan bajunya yanh sedikit kotor karena terjatuh, setelah itu Ia bergegas pergi meninggalkan Ander yang menertawakannya.
"Liat aja, besok pasti gue bales!"
...
Paginya saat disekolah, Ander and the gengs sedang berada dikantin sekolah. meskipun kantin sudah sepi karena semua siswa sudah memgikuti jam pelajaran namun mereka masih tetap duduk disana.
"Yakin nggak mau masuk? Lo itu mau ujian bang, insyaf dong bolosnya." celetuk Randi yang tak pernah henti hentinya selalu menasehati para seniornya itu meskipun dirinya sendiri juga nengikuti jejak badly para Kakaknya.
"Ck, bawel! sana kalau mau masuk." balas Ander acuh.
"Lagian kita mau masuk apa nggak masuk itu nggak ngaruh. sudah dijamin nilai kita bagus . ye kan?" imbuh Revan.
Tak bisa dipungkiri meskipun mereka tidak mengikuti kelas saat disekolahan namun saat diluar sekolah para orangtua mereka memberi banyak les yang sangat ketat dan tidak akan bisa membuat mereka membolos seperti ini. jadi meskipun mereka tak belajar disekolah saat tes atau ujian nilai mereka sangat bagus bukan karena pengaruh mereka anak donatur sekolah namun memang karena mereka pintar.
"Badly, badly." Randi menujuk ke arah Revan dan Ander.
"Termasuk Lo, masih kecil udah ikut ikutan aja!" Revan tak terima.
"Gue abang Lo, lupa?" kekeh Randi yang membuat Revan kesal jika Randi mengatakan hal seperti itu padanya.
Pasalnya Revan seharusnya yang dipanggil Abang karena umurnya lebih tua satu tahun namun karena orangtua nya lebih muda dari orangtua Randi jadilah dirinya yang memanggil Abang. sungguh kenyataan yang menyebalkan.
"Selanjutnya siapa?" tanya Ander.
Revan mengeluarkan ponselnya,
"Tadaa, anak kelas 2. kalau nggak salah namanya Indra." jelas Revan memperlihatkan foto seseorang pada Ander dan juga Randi.
"Istirahat bawa ke balakang aja." jelas Randi.
Ander mengangguk setuju,
"Suruh ngapain dia?" tanya Revan kembali memasukan ponselnya.
"Terserah, asal jangan sampai lecet." jelas Ander.
"Kita nggak pernah bikin anak orang lecet."
Mereka tertawa bersama,
"Kak..." seorang gadis berkaca mata tiba tiba berada disamping mereka. langsung saja mereka memasang wajah dingin.
"Ada titipan dar-"
"Buang!" belum sempat gadis itu melanjutkan ucapnya, suara dingin Ander membuat gadis kelas 1 itu ketakutan.
"Jangan mau kalau disuruh ngirim surat cinta, lagian hari gini masih ada yang pake surat cinta." ucap Revan.
"Ma-maaf kak, permisi." gadis itu langsung saja pergi.
"Siapa lagi nih yang dapet taksiran?" tanya Randi.
"Nggak penting!" balas Ander.
Tampan dan kaya membuat ketiga nya banyak di gilai para wanita namun sayang tak ada yang bisa berada di posisi menjadi seorang pacar untuk mereka. Benar benar berandal sekolah yang tak tersentuh.
"Jalan sekarang." ajak Ander kala bel istirahat sudah berbunyi.
"Oke, gue jemput mangsanya dulu."
"Semangat banget dek." celetuk Randi membuat Revan kesal dan menendang kaki Randi.
"Adow, sialan!"
Revan tertawa dan berlari lebih dulu meninggalkan Randi yang masih meringgis kesakitan.
Bersambung....
Semoga nggak binggung sama alur ceritanya ya😁 aku mau bikin ceritanya agak pelan soalnya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Seriani Yap
Semangat
2021-04-21
1
Muntiyah
bener2 dech si ander sm revan bener2 duplikatnya alex dan vano
2021-04-18
2
Fadilarach ❤️
jujur aku kadang suka bingung masalah Revan sama Randi kenapa panggilan nya mengikuti orang tua nya, yang aku tau sih panggilan itu sesuai yang lahir duluan
2021-04-18
1