02

Ander keluar dari mobil dan langsung berjalan memasuki mansion tanpa menunggu Ella membuat Ella menghembuskan nafas panjang. Ander ngambek pikir Ella mengingat tadi Ella kembali memarahi Ander kala Eliya kembali menangis.

"Lho anak Daddy kok cemberut?" tanya Alex yang sudah menunggu kepulangan mereka. segera saja Ander menghambur ke pelukan Alex.

"Mas kok tumben pulang awal?" tanya Ella kala memasuki mansion dan melihat Alex sudah tampan dengan baju santainya.

"Nggak ada kerjaan, pulang aja ketemu anak istri. Gimana toko bunganya sayang?" tanya Alex.

"Rame banget mas, seneng baru buka pertama udah rame gitu." Ella bercerita sedikit mengebu.

Alex tersenyum melihat raut bahagia Ella, "Trus kenapa anak Daddy cemberut gini, nakal nggak nih hari ini?" tanya Alex sambil mencium pipi gemas Ander.

"Ck, itu mas masa tadi-"

"Mommy tadi udah janji sama Ander!" ucap Ander membuat Ella ingat jika Ander meminta maaf artinya Ia tak akan menceritakan pada Alex.

"Ups, hampir aja Mommy keceplosan."

"Memang ada apa? kenapa Daddy nggak boleh tau?" Alex semakin penasaran saja.

"Ada deh, Daddy nggak usah tau aja nanti Ander makin ngambek sama Mommy." kekeh Ella membuat Ander semakin cemberut.

"Sejak kapan nih anak Daddy ngambekan?" Alex memeluk tubuh Ander.

"Daddy besok libur kan? janji ya mau main sepeda sama Ander?"

"Iya iya, ceritanya ditagih nih?"

"Iyalah, Ander pengen cepet bisa naik sepeda roda dua bukan roda empat lagi."

"Iya besok seharian Daddy buat Ander!"

"Mommy nggak diajak nih?" tanya Ella mengoda Ander.

"Nggak, Ander mau sama Daddy aja." Balas Ander lalu menjulurkan lidahnya membuat Ella terkekeh.

Ya memang seperti itulah Ander jika sudah terlanjur marah, namun biasanya tak bertahan lama karena Ander memang sedikit manja pada kedua orangtuanya.

.....

Sementara Eliya yang kini masih dalam perjalanan pulang kerumah menggunakan taksi tak henti hentinya menceritakan apapun pada Bunda nya.

"Jadi setiap hari kita bakal ke toko bunga ya Bund?" tanya Eliya polos.

"Iya sayang, kamu main disana sama abang abang yang tadi." balas Nisa membuat Eliya kembali cemberut.

"Eliya nggak mau main sama mereka! mereka semua nakal."

Nisa hanya tersenyum, "Eliya belum deket sama abang abang tadi makanya mereka nakal coba kalau udah deket pasti mereka nggak akan nakal lagi."

"Tetep aja Bund, Eliya nggak mau. mereka nakal! Eliya mau main sama Rose(boneka barbie) aja."

"Iya iya." balas Nisa sambil tersenyum.

"Harusnya tadi Mama marahin mereka dong, kan udah nakal sama Eliya."

Nisa hanya terdiam, Sebenarnya Nisa juga kesal melihat Eliya di dorong hingga jatuh ke lumpur seperti tadi namun mengingat betapa baiknya Ella dan Alex pada keluarganya mana berani Nisa. toh Ella tadi juga sudah memarahi Ander dan ini hal yang wajar terjadi pada anak anak seusia mereka jadi Ia tak ingin mempermasalahkan lagi.

Eliya dan Nisa turun dari taksi kala mereka sudah sampai.

"Ayah...."

Eliya langsung saja menghambur ke pelukan sang Ayah yang ternyata sudah pulang.

"Kok Ayah tumben pulang cepet?" tanya Nisa.

"Iya dong. mumpung bos besar lagi baik nih ngajak pulang cepet." balas Sandi mengendong Eliya.

"Ayah, Eliya dikasih boneka barbie namanya Rose sama Temennya Bunda." ucap Eliya memperlihatkan boneka barbienya.

"Temennya Bunda siapa?".

"Mbak Ella mas."

Sandi mengangguk paham "Udah bilang makasih kan Eliya?"

"Udah dong Yah."

Sandi mengecup pipi gemas Eliya "Pinter dong anak Ayah."

.....

Randi berhambur ke pelukan sang Mami yang baru saja pulang dari kantor. Ya Bianca dan Rangga kini memang sibuk mengurus perusahaan peninggalan Alm sang Mama yang membuat Bianca harus menitipkan Randi putra pertama mereka yang berumur 3 tahun pada Riska.

Riska pun juga tidak mempermaslahkan jika harus menjaga Randi karena bisa menjadi teman bermain Revan.

"Nakal nggak tadi?" tanya Bianca pada Randi.

Randi menggeleng pelan "Enggak dong Mi, kan Randi pinter."

Bianca yang gemas dengan jawaban Randi pun mengecup kening Randi.

"Papi mana?" tanya Randi yang hanya melihat Mami nya saja padahal biasanya Papi dan Mami nya berdua menjemputnya.

"Papi ada urusan sebentar jadi kita tunggu dulu disini ya." jelas Bianca yang langsung diangguki Randi.

Riska datang meletakan secangkir teh hangat untuk Bianca yang kini duduk diruang tengah rumah Riska.

"Tadi anak anak aku ajak ke pembukaan toko bunga." jelas Riska yang kini sudah ikut duduk disana.

"Jadinya hari ini? gimana rame nggak?"

"Kayaknya lumayan sih, baru buka pertama saja sudah banyak yang datang." jelas Riska.

"Kalau kamu sibuk nanti biar aku nyari pengasuh buat Randi."

"Nggak, nggak perlu. dibelakang toko ada taman bermain yang memang sengaja dibuat Ella buat main anak anak jadi biar aja Randi main disana sama anak anak yang lain." jelas Riska.

"Ya sudah, ini Si celana kuning belum pulang?" Tanya Bianca terkekeh mengingat kejadian mengelikan beberapa tahun silam.

"Celana kuning siapa Mi?" tanya Randi penasaran.

"Jangan sampai anak anak tau, bisa ngamuk ntar orangnya." Riska mengingatkan.

"Siap Bu boss." kekeh Bianca kemudian beralih ke Randi "Celana kuning itu temen nya Mami sama Tante."

"Mama... Revan udah selesai mandi." teriak Revan dari dalam kamar.

"Aku ke kamar dulu."

Riska menghampiri Revan yang kini sudah telanjang bulat. umur Revan 4 tahun dan dia sudah terbiasa mandi sendiri karena memang Riska mengajarkan mandiri sejak dini.

"Kan bajunya udah Mama siapin, kenapa masih teriak?" tanya Riska sambil menunjuk satu stel piyama panjang Revan.

"Biar rame aja Ma, lagian rumah kok sepi gini sih! kayak kuburan." celetuk Revan membuat Riska melotot.

"Hus, Revan! siapa yang ngajarin kamu ngomong gitu!"

Revan hanya terkekeh "Siapa lagi kalau buka my best Papa."

Riska hanya bisa menepuk jidatnya. ya beginilah jika Vano suka bercanda didepan anak yang kemudian ditiru oleh Revan.

"Papa belum pulang Ma?" tanya Revan yang kini sudah selesai memakai bajunya kemudian mengambil sisir rambut dan diberikan pada Riska agar menyisir rambut Revan.

"Belum, paling pulang malem lagi." balas Riska yang langsung membuat wajah Revan cemberut.

Memang semenjak kehadiran Revan, Vano bekerja lebih giat dari biasanya. jika dulu Ia tak pernah mengambil jadwal malam hari, sekarang Ia mengambil jadwal malam hari untuk lembur, alasanya karena tak ingin menyusahkan hidup Revan dan Riska jika gajinya pas pasan padahal Vano bekerja seperti biasa saja gajinya lebih dari cukup untuk menghidupi mereka bertiga.

"Padahal Revan kangen Papa!"

Riska tersenyum "Besok Papa libur,"

"Seriusan Ma?"

Riska mengangguk membuat Revan bersorak girang.

"Yuk, keluar makan malam sama Budhe dan Abang!".

"Abang udah dijemput Ma?"

Riska mengangguk,

"Yah habis ini nggak ada temen dong Revan!"

"Kan ada Mama."

"Ck, nggak seru sama Mama." balas Revan membuat Riska melotot tak percaya dengan ucapan putranya.

"Makanya Mama cepetan dong bikin adik buat Revan biar Revan nggak kesepian, kata Papa cuma Mama yang bisa bikin adek buat Revan." kata Revan yang membuat Riska semakin melotot.

Vano benar benar tak bisa mengontrol ucapannya hingga bocah sekecil Revan bisa mengerti hal seperti itu. Lihat saja nanti malam nggak akan ada jatah lagi batin Riska kesal.

BERSAMBUNG....

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus semangat

2023-03-07

0

Rinjani

Rinjani

oo Vano yg suka celana kuning🤭🤭🤭Rangga anak buah Alex ...Sandy tuh asistenya Alex🤣🤣🤣😄😄🤪

2022-06-29

0

Nur Nur

Nur Nur

bner2 vano bnget nih si revan🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2021-11-17

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 136 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!