Jayden segera membaringkan tubuh Jesslyn dan kemudian menindihnya. Mengunci kedua tangan wanita itu di atas kepalanya dan mulai melahap bibir mungil itu dengan rakus. Ia adalah seorang pria normal, sentuhan hangat bibir Jesslyn tadi telah membangkitkan gairahnya.
Jayden pun beralih ke leher jenjang wanita itu dan menciumnya dengan kuat, sehingga meninggalkan jejak kepemilikannya di leher dan dada wanita itu. Desahan pun meluncur indah dari bibir Jesslyn. Lenguhan sexy Jesslyn membuat Jayden semakin tak dapat menahan dirinya. Jayden menghentikan sejenak aksinya, ia kemudian berbicara pada Jesslyn.
"Aku tanya sekali lagi, apa kau sungguh ingin melakukannya? Karena aku tak akan menghentikannya nanti meskipun kau memohon dan menangis," bisik Jayden seraya menggigit kecil telinga wanita itu.
Jesslyn yang memang sudah dikuasai oleh efek obat pembangkit gairah itu pun, hanya mengangguk pasrah terlebih lagi ia mengira jika yang sedang mencumbunya itu adalah suaminya, Peter.
"Cepat lakukan, Peter. Aku sudah tidak tahan."
Jayden tersenyum dan kembali mencium bibir Jesslyn dengan lembut.
"Baik. Aku akan mengabulkan keinginanmu. Kau sudah tak punya kesempatan lagi untuk menyesal, dan ingat nama priamu ini dengan baik. Aku adalah Jayden." Jayden membelai lembut wajah Jesslyn yang telah dipenuhi oleh keringat dingin karena menahan gairahnya.
"Kau dengar aku, Nona?"
Jesslyn hanya mengangguk tanpa mengerti akan ucapan Jayden. Yang diinginkannya sekarang hanyalah menuntaskan hasrat dalam dirinya. Memadamkan api gairah yang telah membakar tubuhnya.
Jayden pun tersenyum dan kembali melancarkan aksinya. Ia membuka jas dan kemejanya. Begitu juga dengan pakaian dalam sexy yang dikenakan oleh Jesslyn. Jayden kemudian menikmati setiap jengkal tubuh indah wanita itu.
Membuat Jesslyn tanpa sadar kembali mendesah nikmat. Setelah puas menciumi dan meninggalkan jejak kepemilikannya di seluruh kulit mulus Jesslyn, Jayden pun memposisikan dirinya dan menghujam Jesslyn dengan keras.
"Argh! Sakit!" pekik Jesslyn kesakitan yang membuat Jayden terkejut dan segera melepaskan dirinya. Ia kemudian menunduk dan melihat ada bercak darah di miliknya dan milik Jesslyn.
"Sial! Kau masih ...," ucap Jayden tertahan. Ia sungguh tak menduga jika Peter ternyata tak pernah menyentuh istrinya itu.
Jesslyn terlihat mencengkram bantal itu dengan kuat dan menggigit bibirnya karena menahan sakit di bagian intimnya. Ia juga terus menggeliat karena masih dalam pengaruh obat. Pemandangan itu sungguh membuat Jayden tak dapat menahan dirinya. Gairahnya yang sempat padam karena terkejut tadi, kini kembali menyala.
"Peter, kau sendiri yang menyerahkan istrimu padaku. Jadi jangan salahkan aku."
Jayden kembali mel*mat bibir Jesslyn dengan lembut, dan membuat wanita itu merasa nyaman untuk menikmati percintaan mereka, sebelum akhirnya Jayden kembali melakukan aksinya yang sempat tertunda tadi. Kali ini Jayden melakukannya dengan perlahan dan lembut. Ia terlihat sangat menikmati tubuh Jesslyn.
Jesslyn kembali merintih kesakitan dan mencengkeram bahu Jayden. Meskipun Jayden sudah melakukannya dengan sangat lembut dan perlahan, tetapi karena ini merupakan pengalaman yang pertama baginya, maka ia tetap merasa sakit di bagian inti tubuhnya.
Jayden pun mengerang nikmat kala seluruh miliknya telah terbenam sempurna di dalam tubuh Jesslyn. Ia kemudian menggerakkan tubuhnya perlahan seraya terus mencium bibir dan leher Jesslyn.
Jesslyn pun mendesah menikmati sentuhan Jayden yang kini tengah menjajah raganya. Pria itu benar-benar memberikan kenikmatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Kenikmatan yang seharusnya diberikan oleh suaminya sebagai pasangan sah-nya.
Jayden bagaikan menemukan sebuah kesenangan baru, ia tak henti-hentinya menyerang Jesslyn seakan dirinya-lah yang tengah dalam pengaruh obat itu. Napas keduanya memburu cepat, tetapi Jayden masih belum tampak akan menyudahi permainannya.
"Cukup. Hentikan. Aku lelah."
Jesslyn mencoba mendorong pria itu di sisa-sisa tenaga yang dimilikinya. Ia sangat kelelahan dan mengantuk setelah beberapa kali Jayden telah membuatnya mencapai klimaks.
"Belum cukup, Sayang. Kau yang memulai ini. Maka kau yang harus menemaniku sampai akhir."
Percintaan mereka pun terus berlanjut, hingga akhirnya pria itu mengerang nikmat karena telah mencapai puncaknya. Ia pun segera menjatuhkan tubuhnya di samping Jesslyn. Sementara, wanita itu sudah tak dapat lagi menahan lelah dan kantuknya kemudian langsung tertidur.
Jayden tersenyum puas setelah menikmati tubuh Jesslyn. Ia pun segera beranjak dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah membersihkan dirinya, Jayden kemudian dengan cepat mengenakan kembali pakaiannya. Ia pun menyelimuti tubuh polos Jesslyn dan mengecup lembut bibirnya.
"Kau benar-benar membuatku puas, Nona," ucap Jayden seraya membelai bibir mungil yang baru saja ia nikmati itu.
Jayden pun segera pergi meninggalkan Jesslyn yang kini telah terlelap kelelahan akibat pergumulan mereka yang penuh gairah tadi.
Ketika Jayden sampai di lobby, ia melihat Peter yang sedang duduk di sofa yang terdapat di lobby hotel itu. Pria itu memang telah menunggu Jayden sejak tadi. Peter kemudian bangkit dari sofa dan berjalan mendekat ke arah Jayden seraya tersenyum penuh arti kepada pria itu. Mereka pun berjalan berlawanan arah dan ketika jarak mereka semakin dekat, Peter pun berujar kepada Jayden.
"Wow! Ini sudah hampir pagi." Peter melirik ke arah jam tangannya. "Sepertinya Anda sangat puas dengan pelayanan istriku, Presdir Zhou. Kalau begitu aku akan menunggu kabar baik dari Anda besok."
"Cih!"
Jayden hanya mendengus dan segera pergi melewati Peter tanpa mengatakan sepatah kata pun. Walaupun Jayden tak mengakuinya, tetapi memang benar apa yang dikatakan oleh Peter tadi, ia memang sangat menikmati percintaannya dengan wanita itu.
Rasanya sungguh sangat berbeda dengan wanita-wanita lain yang pernah tidur dengannya. Mungkin karena Jesslyn adalah wanita polos pertama yang pernah digagahinya. Jayden segera masuk ke dalam mobilnya dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Ia pun memejamkan matanya dan tersenyum.
'Jesslyn Jiang.'
.
.
.
Setelah bertemu dengan Jayden, Peter pun bergegas kembali ke kamar Jesslyn sebelum istrinya itu bangun. Ia masuk ke dalam kamarnya dan melihat Jesslyn yang masih terlelap. Tubuh polosnya tertutupi selimut hingga sebatas bahu.
Terdapat jejak ciuman yang begitu nyata di sekitar leher wanita itu, dan Peter yakin bahwa kiss mark itu bukan hanya ada di lehernya saja, tetapi pasti juga terdapat di bagian tubuh lainnya. Namun, Peter tak ingin menarik selimut Jesslyn untuk memastikan hal itu. Ia tidak peduli dengan apa yang telah Jayden lakukan kepada istrinya.
Karena baginya kini Jesslyn adalah wanita milik Jayden dan ia tak berniat untuk menyentuhnya. Bahkan sebelum malam ini pun, ia memang tidak ingin menyentuh Jesslyn. Lebih tepatnya tidak bisa. Karena ia tak bereaksi terhadap wanita.
Hasratnya berbeda. Pernikahan ini pun hanya untuk menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya saja. Itulah mengapa Jesslyn masih suci meskipun mereka telah lama menikah.
Peter kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Berharap dengan mandi air hangat, ia dapat menghilangkan rasa kantuknya yang telah menunggu Jayden di lobby hotel semalaman.
Peter tak dapat pergi jauh dari hotel itu, karena ia harus bergegas kembali ke kamar hotelnya segera setelah Jayden pergi, agar Jesslyn tidak mencurigainya. Namun, Peter sungguh tidak menduga jika Jayden akan berada di kamar Jesslyn semalaman. Sehingga membuatnya mengantuk dan bosan menungggu.
Jesslyn mengerutkan keningnya karena mendengar bunyi alarm di handphone-nya. Suara nyaring itu telah mengusik tidur nyenyaknya. Ia pun bangkit duduk secara perlahan karena kepalanya yang masih terasa pusing. Ketika ia menggerakkan tubuhnya, ia pun menggigit bibir bawahnya karena menahan rasa perih di bagian intimnya.
"Ya Tuhan, ini sakit sekali."
Seketika ia pun dapat mengingat secara samar akan kejadian semalam bersama dengan pria yang ia anggap sebagai suaminya. Alarm itu masih terus berbunyi, dengan susah payah akhirnya Jesslyn pun berhasil mematikan alarm di handphone-nya.
"Kau sudah bangun?" tanya Peter yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Jesslyn pun membalikkan tubuhnya dan melihat tubuh tegap suaminya itu yang hanya tertutup oleh handuk di bagian pinggangnya hingga sebatas lutut. Wajah Jesslyn pun kembali merona, karena bayangan akan percintaan mereka semalam melintas cepat begitu saja di dalam benaknya. Ia pun menundukkan wajahnya karena malu seraya terus mencengkeram kuat selimut yang menutupi tubuhnya.
Peter tersenyum dan segera mendekati Jesslyn. Ia kemudian meraih dagu Jesslyn dan mendongakkan wajah wanita itu agar melihat kepadanya. Terdapat luka kecil di sekitar bibir Jesslyn yang kemungkinan besar adalah karena ulah Jayden semalam. Peter lalu menyeka lembut luka itu dengan jarinya.
"Apakah sakit?" tanyanya seraya tersenyum. Jesslyn pun mengangguk pelan.
"Ehm, agak perih," jawab Jesslyn dengan wajah merona dan menghindari tatapan mata Peter.
"Maafkan aku," ujar Peter meminta maaf karena telah menjual istrinya itu kepada pria lain.
Namun, Jesslyn yang tak mengetahui apa pun mengira jika Peter meminta maaf karena telah melukai bibirnya, dan membuat rasa perih yang sangat menyakitkan di bagian inti tubuhnya. Ia pun kemudian menggeleng pelan.
"Tidak apa-apa. Sebentar lagi juga sembuh," ujar Jesslyn seraya memegang tangan Peter yang berada di bibirnya dan mengecupnya. Ia sangat senang karena kini ia telah menjadi milik Peter sepenuhnya.
Peter pun tersenyum dan segera melepaskan tangannya dari wajah Jesslyn.
"Bangunlah dan bersihkan dirimu. Aku sudah memesan sarapan untuk kita. Setelah sarapan, nanti aku akan mengantarmu ke kantor."
"Ehm, baiklah."
Jesslyn pun segera bangkit dari tempat tidur. Ia kembali mencengkram kuat-kuat selimut itu karena rasa sakit yang semakin menjadi saat ia menggerakkan tubuhnya. Peter yang menyadari hal itu pun segera memalingkan wajahnya dan tak ingin melihat ekspresi wajah Jesslyn yang menahan sakit. Karena itu malah akan membuatnya semakin merasa bersalah.
Jesslyn menutupi tubuh polosnya dengan selimut dan berjalan perlahan ke arah kamar mandi. Jika saja tak ada Peter di sini maka ia akan berteriak dengan keras karena rasa perih ini. Dengan susah payah akhirnya Jesslyn pun sampai di kamar mandi.
Peter yang masih berdiri di samping tempat tidur pun terdiam. Ia menatap bercak merah pada sprei putih itu dengan perasaan yang gamang. Itu adalah bukti kekejaman dan ambisinya terhadap dunia yang bahkan tega menjual istrinya.
Flash Back Off
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Pertiwi Tiwi
Peter gak tauya gay
2022-02-18
1
YaNaa Putra Umagap
apa kah Peter ni seorang seme..
trus uke nya di mana.???
2022-02-13
0
Gebreillha Pitono
enak dong jey karna mendapatkan seorng perawan tingting walaupun d jual oleh suaminya sendiri
2022-01-25
0