Bab 2

PARIS POINT OF VIEW:

Sore ini aku akan mengantar kakek dan nenek pergi ke gereja, tentu saja aku hanya mengantar nya karena aku seorang muslim. Nenek menyuruhku memakai gaun terbaik yang ku punya, jadi aku memakai gaun merah favoriteku. Tidak lupa ku gunakan heels 7 cm-ku yang membuatku semakin terlihat tinggi mempesona. Ku poles sedikit wajahku supaya lebih fresh.

“Kamu lebih mirip artist daripada fashion designer,” puji kakek.

“Cantik nya menurun dariku,” sahut nenek.

“Dan aku bangga jadi diriku,” kataku setelah memoles bibirku dengan warna merah menyala.

“Ayo kita berangkat kebaktian,” kata nenek.

“Oke, nenek. Kita berangkat,” sahutku menggandeng tangan nya.

Aku menyetir mobilku menuju gereja tempat nenek biasa nya berdoa. Aku memarkirkan mobilku tepat di halaman gereja. Aku membukakan pintu mobil untuk nenekku dan mempersilahkan nya turun dari mobil.

“Cucuku, kamu benar benar terlihat sempurna. Pasti banyak yang iri melihatku diantar olehmu,” kata nenek tersenyum padaku.

“Ayo ikut kami masuk,” ajak kakek.

“Paris di luar saja,” tolakku.

“Kenapa? Kamu menunggu dimana nanti?” Tanya kakek khawatir.

“Itu ada tempat duduk,” kataku seraya menunjuk kursi besi ala jogja yang biasa nya ada di jalan malioboro.

“Apa kamu tidak bosan nanti?” Tanya nenek.

“No, Paris bawa ponsel. Nenek tahu kan jika ponsel ini bisa menghilangkan bosan,” sahutku tersenyum.

“Baiklah, tunggu baik baik di sana,” kata nenek mengusap lenganku.

“Oke, nenek,” kataku tersenyum sopan.

Setelah memastikan nenek dan kakek masuk gereja, aku mulai memperhatikan sekitar gereja dengan baik. Gereja ini berada di pusat kota, berdiri berdampingan dengan sebuah masjid. Sama sama bangunan yang menjulang tinggi. Di depan nya ada sebuah taman kota, bahkan ada restaurant cepat saji terkenal yang berisinial ‘M’ di samping nya.

Aku berjalan menuju restaurant cepat saji itu untuk memesan ice cream kesukaanku. Setelah mengantri beberapa menit karena ini memang hari libur, akhirnya aku bisa mendapatkan ice creamku.

Aku berjalan kembali menuju halaman gereja sambil menikmati ice cream seraya membaca layar ponsel. Begitu asyik nya membaca pesan dari teman semasa sekolah menengah dulu, dia sudah menikah. Dia menikah dengan orang yang cukup berkuasa di kota ini.

Namanya Monalisa sahabat baikku yang sudah ku anggap seperti keluargaku, keluarga kami sangat dekat. Aku bahkan menganggap nya saudara karena kami berdua sama sama anak tunggal, dan aku merasa kesepian.

Aku sangat merindukan nya, berapa lama kami tidak bertemu? Aku hanya bisa melihat beberapa foto nya melalui social media. Kami hanya bertukar kabar seperlu nya saja.

“BHUK…”

Aku hanya bisa menganga saat aku menabrak seseorang dan membuat ice cream coklatku mengenai kemeja nya. Ya Tuhan, ini karena aku terlalu focus dengan ponselku.

“Maaf ya, maaf,” kataku cepat mulai melihat mas mas yang ada di depanku ini sedang membawa kardus.

Dia hanya menatapku tajam tanpa mengeluarkan kata, tatapan nya seakan akan menembus ragaku. Tatapan yang benar benar dingin dan bisa membuatku membeku.

“Ck…” dia hanya berdecak kesal seraya meletakkan kardus nya dan mengusap kemeja putih nya tapi ice cream nya malah meluber kemana mana.

“Maaf ya mas kurir, saya tidak sengaja,” kataku merasa bersalah.

“Kurir?” Tanya nya dengan nada dingin.

“Mas mau ngantar paket kan? Bawa kardus ,” kataku menunjuk kardus yang baru saja dia letakkan di atas mobil nya.

“Ada ya kurir bawa mobil sebagus ini?” sahut nya kesal.

“Jadi bukan kurir ya?” kataku dengan nada yang ikut meninggi.

Aku kesal mendengar dia menyebutkan mobil nya dengan kata bagus, sombong sekali.

“Kamu pasti bisa menilai dari tampilanku kan?”

“Tampilanmu lebih mirip kurir,” kataku ketus.

“Hey—“

“Kalau bukan kurir berarti kamu sopir,”

“Sudahlah, tidak ada guna nya berdebat dengan orang aneh,” kata nya kesal seraya berlalu pergi meninggalkanku duduk di bangku taman yang tadi ku tunjuk saat ngobrol dengan nenek tadi.

Aku memperhatikan sekitar halaman gereja dan tidak menemukan bangku lagi selain bangku itu, akhirnya dengan sedikit menahan emosi aku ikutan duduk di kursi yang sedang di tempati nya.

“Ehem… menunggu majikan?” tanyaku tanpa melihat wajah nya.

Dia hanya diam, mengalihkan pandangan nya kearah lain dengan malas.

“Memang nya kita kenal?” kata nya tanpa melihatku seraya melipat kedua tangan nya di dada.

“Aku sedang ngobrol dengan siapa ya?” kataku kesal mulai membuka ponsel.

“Hanya orang gila yang tidak tahu dia sedang ngobrol dengan siapa,” gumam nya.

“Kamu jangan ngatain aku gila ya,” kataku emosi menatap nya tajam.

“Kamu ngobrol sama aku?” Tanya nya balik menatapku.

“Ngobrol sama siapa lagi jika bukan denganmu? Ya Tuhan, benar benar sial bertemu denganmu saat ini,”

“Lebih tepat nya kamu yang membuatku sial,” kata nya santai.

“Kamu benar benar ya!”

“Benar benar tampan?”

“Aku ingin muntah hanya dengan melihat wajahmu,” umpatku.

“Mas, Mbak, sebaiknya ikut kebaktian saja di dalam daripada membuat keributan di sini,” kata satpam yang mendatangi kami.

“Itu benar, lebih baik kamu masuk dan berdoa daripada berada di luar sini,” kata laki laki gila itu.

“Aku kesini tidak untuk berdoa, kamu saja yang masuk dan berdoa sana,” kataku dengan nada meninggi.

“Aku kesini bukan untuk berdoa,” katanya tak kalah kesal.

“Jadi benar jika kamu supir kan?”

“Jangan sembarangan,” kata nya tidak terima.

“Mbak, Mas! Sebaik nya kalian berdua pulang jika hanya membuat keributan di sini,” kata satpam mengusir kami.

“Tapi—“

“Ini tempat beribadah, jadi mohon tidak ribut di sini,” kata satpam itu lagi.

Akhirnya kami berdua masuk ke mobil kami masing masing. Dengan kesal aku meninggalkan kakek dan nenekku di dalam gereja saat ini. Aku mengirimkan pesan singkat untuk nenek supaya dia pulang naik taxi saja.

Aku mencoba menghubungi mama supaya sekalian ku jemput karena rumah sakit nya sejalur dengan arah pulang.

RUMAH SAKIT

🍥🍥🍥

Aku berjalan melewati lorong rumah sakit dengan heels 7 cm dan gaun off the shoulder berwarna merahku. Aku sedikit mencoba menghilangkan rasa risih karena sedang diperhatikan banyak orang di sini.

Apa ada yang salah denganku?

Kenapa semua orang menatapku seperti itu? Menyebalkan !

Aku berusaha menghubungi mama yang entah dimana keberadaan nya saat ini? Tapi aku mulai tersenyum saat mama mengirimkan pesan jika dia sedang di kantin rumah sakit.

Aku mulai berhenti dari langkahku dan mematung di tempat saat laki laki gila di gereja tadi sedang berjalan di sampingku.

Apa ini kebetulan?

Rasanya bukan kebetulan, apa dia sengaja mengikutiku?

“Mau mati ya?” Tanyaku melotot pada laki laki itu.

“Mati?” Tanya laki laki yang menurutku nggak jelas itu.

“Kamu mau ngikutin aku kan?” Tanyaku.

“Mengikutimu? Ini rumah sakit milikku,”

“Hahaha… kamu membuat perutku sakit saja, rumah sakitmu? Umurmu masih berapa sudah bisa memiliki rumah sakit? Garing sekali cara bercandamu,”

“Terserah kalau tidak percaya,”

“Tentu saja tidak akan percaya, mamaku dokter bedah di sini. Akan ku tanyakan statusmu pada nya nanti,” kataku menatap laki laki itu tajam.

“Tanyakan saja,” kata laki laki itu berjalan di depanku.

Aku berjalan hampir bersamaan dengan laki laki gila itu menuju kantin. Mataku mencari keberadaan mama dan akhirnya ketemu.

“Mama—“ kataku dan laki laki gila itu bersamaan kemudian kami berakhir dengan saling pandang.

“Paris, sini,” kata mama melambaikan tangan nya padaku.

“Jadi ini putrimu, cantik sekali,” puji teman mama.

“Paris, ini teman mama yang nama nya tante zea itu. Kamu nggak lupa kan?” Tanya mama.

“Lama di luar negeri membuatmu lupa ya?” kata tante zea tersenyum. Aku hanya bergantian melihat mereka penuh kebingungan.

“Eh, Dhika. Dari gereja ya?” Tanya mama.

“Iya, tante,” sahut dhika seraya mencium tangan mama.

“Kamu lupa cara cium tangan?” bisik mama penuh penekanan di setiap kata nya, aku yang merasa tersindir langsung bergerak mencium tangan teman mama.

Terpopuler

Comments

Mommy Gyo

Mommy Gyo

2 like hadir thor mampir di karyaku cantik tapi berbahaya

2021-08-22

0

Nur Yuliastuti

Nur Yuliastuti

semangaaat 🤗😍😍

2021-08-20

0

Nna Rina 💖

Nna Rina 💖

ciri khas author dg keragaman agama...

2021-06-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!