Tidak mau menjadi seorang Ibu

Yuna menceritakan kisah pilunya, Arya begitu menyimak dengan lebih banyak bertanya, kenapa begini, kenapa begitu. Tapi dia begitu kasihan mendengar cerita Yuna itu.

"Yuna siapa nama saudara tirimu itu?"

"Tuan Kevin dan Nona Aluna Tuan."

"Apakah dia, anak dari perusahaan tambang XX yang letaknya tak jauh dari kantorku ini?"

"Iya Tuan."

"Kapan-kapan aku ingin sekali bertemu dengannya." Senyumnya begitu membuat Yuna bergidik ngeri. Obrolan mereka berlanjut sampai makan siang tiba, dan Arya berinisiatif mengajaknya makan bersama kali ini. Sewaktu Arya membuka pintu ruangannya Lian yang sedari tadi menguping terjatuh dan terjerembab di bawah.

Aauwwwhh.... teriaknya dan segera bangkit dari jatuhnya.

"Apa yang kau lakukan di depan pintu ruanganku?, jangan bilang kalau kau berani menguping obrolanku dengan sekretaris baruku!!." teriaknya sambil menaikkan sedikit bibirnya ke atas.

"Apa Tuan dia sekretaris baru anda??, lalu saya, bagaimana dengan saya??. Apa saya di pecat?!." Lian membulatkan matanya ke arah Yuna, dengan sorot yang tajam dia begitu tidak menyukainya.

"Dia hanya membantumu Lian, kau sekretaris terbaikku mana mungkin aku memecatmu. Kalau sekali lagi kau mencoba menguping lagi, habis riwayatmu!!." Kali ini Arya menarik tangan Yuna dan meninggalkan Lian yang Sendirian mematung.

"Saya duluan Nona Lian." Pamit Yuna sambil berjalan cepat di tarik oleh Arya.

"Dasar wanita brengsek berani-beraninya dia bersikap sombong di depanku. Kalau bukan Tuan Arya yang menarik tanganmu, ku pastikan tanganmu akan lepas karna berani memegang tangan orang yang ku sukai." Lian mendudukkan dirinya dengan keras di atas bangku, lalu menutup labtopnya dengan cepat. Dia beranjak mengambil tas untuk pergi makan siang.

Sepanjang jalan dia memperhatikan Arya dan Yuna yang berjalan beriringan, kelihatan mereka tidak makan siang di luar kantor, melainkan pergi ke kantin kantor yang berada di lantai dasar.

Sorot mata karyawan yang lain melotot karna mereka melihat Arya masih setia memegang tangan Yuna dengan rapat.

"Tuan tolong lepaskan tangan saya!." pintanya dengan sedikit mengeluarkan suaranya yang keras.

Arya menatap Yuna dengan sorot mata tajam, lalu melepaskan tangan Yuna dengan kasar.

"Dasar wanita bodoh, banyak wanita yang ingin selalu ku gandeng tangannya. Tapi kamu malah tidak mau tanganku menggandengmu. Jangan harap aku mau memegang tanganmu lagi!!."

'Apa'an sih orang ini, jadi aneh. Sebenarnya aku ini siapanya, dan maksutnya apa coba memperlakukanku seperti ini??.' Yuna masih terus mengikuti kemana arah Arya berjalan.

.....

Sementara di rumah keluarga Thomas.

Rosa sedang duduk menikmati suasana sore di sebuah taman yang luas, dia duduk di temani suaminya sambil menikmati segelas teh dan beberapa camilan manis.

Mereka berdua sedang membahas tentang anak-anak mereka.

Thomas ingin memberikan perusahaan yang di pimpinnya kepada Kevin, karna dia adalah anak tertua di keluarga ini. Thomas merasa kalau dirinya sudah tua, dan ingin menikmati masa tuanya dengan melihat anak-anaknya hidup bahagia.

Namun saat Rosa berbicara masalah Yuna, Thomas melototkan matanya ke arah istrinya. Menunjukkan kalau dia tidak suka nama Ayunanda di sebut.

"Jangan membicarakan, nama putri sialanmu itu di depanku lagi. Atau kita sampai di sini saja dan ku lempar kau kembali ke jalanan!."

"Tapi apa salahnya dia terhadapmu?" tanyanya sambil meneteskan air mata.

"Kalau kau tau salahnya mungkin hari itu juga kau akan menjauhiku Sa, aku mencintaimu jauh sebelum kau menikah dengan suamimu itu."

Deg..

Hati Rosa seakan kejatuhan benda berat. Dia sedikit flasback kejadian lampau, saat dirinya masih lajang.

"Tapi dulu kau begitu mendukung kami waktu berpacaran, tapi kenapa sekarang?.." Rosa tidak melanjutkan perkataannya. Dia tau kalau Thomas sama sekali tidak mau di bantah saat berbicara.

Tiba-tiba putri kecil mereka mendekat dan memeluk papanya dengan erat.

"Orang hina seperti Bibi tidak akan mengerti perjuangan berat Papa yang sesungguhnya, Papa berusaha mencintai mama kami dengan setulus hati, tapi sampai ajal menjemput mama sekali mencintai Papa. Dia hanya mencintai dirinya sendiri, bahkan kami pun tumbuh besar tanpa adanya kasih sayang seorang ibu."

Perkataan Aluna sungguh membuat hati Rosa bergejolak, dia merasa dirinya tidak di anggap sama sekali di rumah mewah ini oleh kedua anak tirinya. Bahkan terlihat dari sorot matanya yang memerah karna sakit hati.

"Jaga ucapanmu Luna, dia itu Mamamu. Panggil dia dengan sebuatan Mama!!." Thomas berteriak, membuat Aluna dengan segera melepaskan pelukannya.

"Bagiku ibu adalah seorang wanita hina, sampai kapanpun aku tidak akan pernah memanggilnya Mama. Terima nasibmu wahai wanita tua ups.. Bibi maksutnya, hahaha..." Aluna beranjak pergi dengan lengkingan suara tertawanya.

"Ingat sampai kapanpun aku tidak akan menjadi Ibu dari anak-anakku, aku tidak mau menjadi seorang Ibu. Dengarlah itu Pa...!!." Aluna marah dan berlari menuju rumah utama.

Di kejauhan terlihat Kevin yang sedang menenangkan hati adik kesayangannya..

Terpopuler

Comments

Wislan Thu Wislan

Wislan Thu Wislan

bkin mwek aja ni critanya

2022-08-30

0

Boru Angin

Boru Angin

kasihan ibu sambiungnya

2021-10-01

0

Vampir

Vampir

Owh, kasian sekali kamu Yuna. Mama Rosa kenapa kamu begitu tega?😭😭

2021-06-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!