TELEPON ASING

Villa Kyle cukup besar dan mewah tentu saja.

Daniel mengajak Thalia berkeliling di villa milik Kyle tersebut dan menunjukkan satu persatu ruangan yang ada di sana, termasuk kamar yang nantinya akan ditempati oleh Thalia dan Daniel.

Tentu saja bukan kamar yang sama!

Daniel dan Thalia tidur di kamar terpisah.

"Kau lapar?" Tanya Daniel seraya membuka pintu kulkas yang ada di dapur villa.

Dapur berkonsep outdoor yang cukup luas lengkap dengan semua peralatannya.

"Kau bisa memasak?" Tanya Thalia pada Daniel yang kini mengambil beberapa bahan makanan dari kulkas.

"Jika maksudmu memasak mie instan, tentu saja aku bisa!" Jawab Daniel seraha menunjukkan dua bungkus mie instan di tangannya.

"Mau pakai sayur?" Tanya Daniel pada Thalia.

"Tidak!" Jawab Thalia cepat yang sontak membuat Daniel mengernyit bingung.

"Kau sudah berhenti makan sayur? Biasanya kau selalu mengunyah selada mentah dan wortel rebus saat kita video call," tanya Daniel sedikit terkekeh.

"Lalu kau akan mengomeliku dan menyuruhku untuk ikut-ikutan makan sayur juga," sambung Daniel lagi yang masih belum berhenti tertawa.

"Ya, aku sedikit bosan dengan sayur," jawab Thalia seraya meringis.

Apanya yang bosan? Thalia bahkan selalu menghindari semua jenis sayuran.

"Kita masak mie pakai telur saja kalau begitu," putus Daniel akhirnya yang sudah mulai menyalakan kompor.

"Kau ada pekerjaan besok?" Thalia melontarkan pertanyaan basa-basi pada Daniel.

"Pekerjaanku disini sebenarnya fleksibel. Dan berhubung besok hari Sabtu, bagaimana kalau kita ke pantai dulu pagi, lalu aku akan ke kantor siangnya dan kita bisa menikmati sunset sore bersama," papar Daniel menerangkan rencananya besok pagi.

"Setuju!" Jawab Thalia cepat.

Dan sore setelah sunset, Thalia akan langsung kabur ke bandara untuk naik pesawat dan pulang. Lalu Thalia tinggal memikirkan alasan yang akan ia kemukakan untuk Dad dan Mom serta untuk Zayn.

Semudah itu, Thalia!

Kau hanya perlu menelpon Liam besok pagi.

****

Sabtu pagi,

Thalia tak sengaja melihat ponsel Daniel yang tergeletak di atas meja makan. Kebetulan tadi Daniel sedang pamit untuk pergi mandi.

Mungkin tidak masalah, jika Thalia meminjam ponsel Daniel sebentar untuk menghubungi Liam. Segera Thalia meraih benda pipih kotak tersebut dan mengetikkan nomor telepon rumahnya.

Hanya nomor rumah yang saat ini Thalia ingat.

Tepat di dering kedua, telepon diangkat oleh seorang pelayan.

"Kediaman Halley disini."

"Halo! Bisa bicara dengan Liam Halley?" Jawab Thalia cepat.

"Tuan Liam sedang berolah raga pagi. Apa ada pesan untuk disampaikan?"

Sial!

"Maaf, Nona! Tuan Liam sudah pulang. Anda jadi bicara dengan Tuan Liam?"

"Iya, jadi!" Jawab Thalia menarik nafas lega.

"Halo, siapa ini?" Suara sombong Liam membuat Thalia harus berdecak berulang kali.

"Liam, aku Thalia!" Jawab Thalia setengah berbisik agar Daniel tak mendengar.

Padahal Daniel mandi di dalam kamar mandi yang ada di kamarnya. Jadi bagaimana mungkin Daniel bisa mendengar Thalia yang sedang berbicara di teras villa?

"Jangan menipuku, wanita sinting!" Gertak Liam galak.

"Aku tidak menipumu! Aku benar-benar Thalia! Aku mau kamu membelikan tiket pulang untukku, Liam! Aku sedang tersesat di Bali," cecar Thalia panjang lebar masih setengah berbisik.

Sedetik kemudian, suara tawa menggelegar dari Liam terdengar dari ujung telepon.

Thalia sampai harus menjauhkan ponsel Daniel dari telinganya.

Dasar Liam gila!

"Mau tiket pulang kemana memangnya, Nona penipu!"

"Kau tidak akan bisa menipuku! Aku bukan orang bodoh!" Liam berteriak-teriak dari ujung telepon.

"Bhay! Penipu!"

Tuut tuut!

Sambungan telepon terputus begitu saja.

Apa?

Ada apa dengan adik laki-laki Thalia itu?

Bukankah seharusnya semua orang di rumah sedang panik dan bingung mencari Thalia sekarang?

Tapi kenapa sikap Liam malah aneh begitu saat Thalia menelpon dan minta bantuan?

Thalia hendak menelpon Liam kembali, namun suara Daniel yang kini memanggil Thalia membuat Thalia mengurungkan niatnya. Segera Thalia menghapus riwayat panggilannya pada Liam dan mengembalikan ponsel Daniel ke tempatnya semula.

****

Kediaman Halley,

Liam menutup telepon dengan emosi setelah berbicara dengan orang asing gila yang mengaku-ngaku sebagai Kak Thalia.

Padahal jelas-jelas, Liam sedang melihat Kak Thalia yang kini duduk di ruang makan dan mengobrol bersama Mom.

Dasar penipu kelas teri!

Sok-sokan minta dibelikan tiket pulang dari Bali

Apa dia pikir Liam orang bodoh yang mudah ditipu?

"Siapa yang menelepon, Liam? Kenapa kau terlihat emosi begitu?" Tanya Thalita yang kini sudah ikut duduk di sofa di samping Liam.

"Orang gila yang ingin menipu Liam. Masa dia ngaku-ngaku sebagai Kak Thalia dan minta Liam membelikan tiket pulang. Dia pikir Liam bodoh apa?" Cerocos Liam panjang lenar menumpahkan kekesalannya.

Thalita diam sejenak.

Jangan-jangan yang tadi menelepon benar-benar Thalia.

Tapi Thalia minta dibelikan tiket pulang?

Memangnya Thalia dimana sekarang?

"Kenapa nggak kamu iyakan saja, Liam. Hitung-hitung sedekah," timpal Mom Belle yang kini juga sudah ikut bergabung bersama Liam dan Thalita.

"Dia minta dibelikan tiket buat kemana?" Tanya Thalita menyelidik ke arah adik sambungnya tersebut.

"Dari Bali buat pulang ke rumah katanya. Lah Liam mana tahu rumah dia dimana?" Sahut Liam seraya tergelak.

Bali?

Apa mungkin Thalia memang liburan ke Bali sejak beberapa hari yang lalu?

Dan kini Thalia tidak punya uang untuk membeli tiket pulang.

Oh, tidak!

Netra Thalita sudah menatap ke arah telepon rumah yang ada di meja bulat di samping sofa.

Thalita hanya perlu menekan tombol redial, lalu Thalita akan langsung tersambung pada nomor asing yang tadi menelepon Liam. Bisa jadi itu benar-benar Thalia.

Namun, saat Thalita baru akan meraih gagang telepon itu, telepon kembali berdering. Mom Belle yang paling dekat dengan telepon segera mengangkat panggilan.

Semoga itu Thalia

Semoga itu Thalia.

"Halo, selamat pagi!" Sambut Mom Belle menyapa seseorang di seberang telepon.

Jantung Thalita sudah berdetak dengan cepat dan batin Thalita tak berhenti berharap semoga yang menelpon kali ini adalah Thalia lagi.

"Oh, Bu Hanni. Jadi bagaimana-"

Sial!

Thalita hanya bisa mengumpat dalam hati sekarang.

Ternyata bukan Thalia yang menelepon, melainkan mama Hanni.

Pupus sudah harapan Thalita umtuk bisa menghubungi nomor asing yang tadi bicara pada Liam, yang mungkin saja benar-benar adalah Thalia.

"Baiklah, Bu Hanni. Sampai jumpa!" Mom Belle sudah mengakhiri panggilannya pada Mama Hanni.

Thalita hanya bisa menatap nanar pada telepon rumah di samping sofa.

"Ayo sarapan, Kak!" Ajak Liam pada Thalita yang masih melamun.

"Iya!" Jawab Thalita singkat seraya menarik nafas panjang berulang kali.

Bagaimana Thalita akan menghubungi Thalia sekarang?

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BISA2NYA SATU RUMAH GK BSA BEDAIIN MNA THALIA, MNA THALITA... TRMSUK DAD DEVAN DN MOM BELLE..

2023-05-13

0

Ika Junaedi

Ika Junaedi

Kasian mereka thor

2022-04-07

0

Pesek Gitank

Pesek Gitank

yaa terimah saja nasibmu thalita

2021-10-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!