DANIEL ANDREAS

Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, Thalia dan Daniel akhirnya tiba di sebuah rumah yang tak terlalu besar namun terlihat indah dan asri.

Banyak pot bunga yang tersusun rapi di halaman dan di teras rumah bercat hijau tersebut.

Daniel sudah turun dari dalam mobil dan mendadak Thalia merasa ragu untuk masuk ke rumah Daniel.

Bagaimana Thalia akan mengenalkan dirinya pada ibu Daniel nanti?

Haruskah Thalia berdusta dan mengatakan kalau namanya adalah Thalita.

"Thalita! Ayo!" Daniel yang sudah sampai di teras memanggil Thalia yang masih berdiri di dekat mobil sedari tadi.

"Ada siapa di rumahmu?" Tanya Thalia yang masih merasa ragu.

"Hanya ada Ibu. Beliau baik kok, nggak bakalan gigit kamu," kelakar Daniel yang kini sudah menghampiri Thalia dan merangkul gadis itu untuk ia ajak menuju ke teras.

Daniel baru saja akan mengetuk pjntu, namun daun pintu tiba-tiba sudah dibuka dari dalam, dan seorang wanita paruh baya yang wajahnya mirip dengan Daniel sedang berdiri di ambang pintu, menyambut kedatangan Daniel dan Thalia.

"Malam, Bu!" Daniel mencium dengan takzim punggung tanga ibundanya tersebut.

"Malam, Bu," Thalia ikut menyapa Ibunya Daniel dan juga mencium punggung tangan wanita paruh baya tersebut.

"Ini siapa, Daniel?" Tanya Bu Wida pada Daniel.

"Ini Thalita, Bu. Temannya Daniel," jawab Daniel mengelkan Thalia pada sang ibu.

"Teman atau teman? Cantik sekali pacar kamu," Goda Bu Wida seraya merangkul Thalia, dan membimbing gadis itu untuk masuk ke dalam rumah.

"Ibu sok tahu!" Sahut Daniel yang juga ikut masuk ke dalam rumah dan menutup pintu depan.

"Tha-li-"

"Panggil Thata saja, Bu!" Jawab Thalia cepat.

Sedikit risih rasanya saat ada yang memanggil Thalia dengan sebutan Thalita. Lebih baik Thalia meminta Daniel memanggilnya Thata saja.

"Thata?" Daniel sedikit tergelak.

"Itu nama panggilan akrabku saat kecil!" Tukas Thalia sedikit mendelik pada Daniel.

"Nama panggilan yang lucu," gumam Daniel yang masih berusaha menahan tawanya.

"Thata teman kerjanya Daniel?" Tanya Bu Wida yang kini sudah duduk di kursi ruang tamu, masih sambil merangkul Thalia yang duduk di sebelahnya.

"Dulu teman SMA, Bu!" Bukan Thalia, melainkan Daniel yang menjawab pertanyaan Bu Wida.

"Thata sudah empat tahun ini kuliah di Paris. Dan ini baru pulang, " imbuh Daniel lagi menyambung ceritanya.

"Wah! Jauh juga kuliahnya, ya!" Bu Wida tersenyum ke arah Thalia.

Sementara Thalia hanya meringis dan mendadak merasa berdosa karena sudah memalsukan identitas dirinya sendiri pada dua orang baik ini.

Ah, tapi Thalia sudah jujur pada Daniel tadi. Tapi Daniel sama sekali tidak percaya dan malah menganggap Thalia sedang berakting. Jadi bukan sepenuhnya salah Thalia juga.

"Daniel akan berangkat ke Bali lusa, Bu. Mungkin dua atau tiga bulan lagi baru bisa pulang lagi kesini," tutur Daniel yang langsung menyampaikan maksud dan tujuannyadatang kemari pada sang Ibu.

"Soal pekerjaanmu?" Tebak Bu Wida.

Daniel mengangguk dengan cepat.

"Pergilah kalau begitu, dan lakukan semua pekerjaanmu di Bali dengan baik."

"Pak Nick sudah berbaik hati membiayai kuliahmu hingga kau lulus, Daniel. Jadi sekarang kau harus membalas semua budi baik keluarga Arthur," jawab Bu Wida panjang lebar memberikan nasehat pada Daniel.

Bu Wida adalah mantan pelayan di rumah keluarga Arthur. Sejak sang suami berpulang untuk selamanya, Bu Wida memang terpaksa mengajak Daniel ikut dengannya dan tinggal di kediaman keluarga Arthur. Daniel yang saat itu seusia dengan Kyle, menjadi teman bermain sekaligus teman dekat Kyle.

Saat lulus SMA, Daniel sebenarnya tidak berniat melanjutkan kuliah. Namun Kyle memaksa Daniel untuk tetap melanjutkan kuliahnya, dan sahabat Daniel itu memohon pada sang papa yaitu Dad Nick untuk membiayai kuliah Daniel juga. Otak Daniel yang lumayan encer, membuat Dad Nick tak keberatan dan akhirnya bersedia membiayai kuliah Daniel hingga selesai.

Dan sebagai ucapan terima kasih atas semua bantuan dari Kyle dan Dad Nick, Daniel memilih untuk langsung bekerja menjadi asisten Kyle di Arthur Company setelah lulus kuliah.

"Kami membeli martabak untuk ibu," Thalia sudah membuka bungkusan martabak yang tadi ia beli bersama Daniel.

"Kalian berdua sudah makan malam? Ayo kita makan sama-sama!" Ajak Bu Wida yang sudah membimbing Thalia menuju ke ruang makan.

Sedangkan Daniel sudah menghilang tak tahu kemana.

Thalia duduk di kursi ruang makan, dan Bu Wida menyiapkan makanan untuk gadis itu.

"Sudah lama dekat dengan Daniel?" Tanya Bu Wida membuka obrolan.

"Sudah sekitar satu tahun, Bu," jawab Thalia yang untungnya ingat dengan kalimat Daniel saat mengatakan kalau Daniel adalah kekasih LDR Thalita satu tahun terakhir.

"Tapi memang baru hari ini kami bertemu. Karena sebelumnya, Thata sekolah di Paris," sambung Thalia lagi sedikit meringis.

Ya ampun!

Bohong lagi!

Lama-lama kamu akan menjadi seorang pembohong handal, Thalia!

Bu Wida mengangguk paham.

"Ayo dimakan!" Titah Bu Wida selanjutnya menunjuk ke makanan di piring Thalia.

Kebetulan Thalia sedang lapar, jadilah Thalia langsung menyantap makan malamnya yang terlambat ini dengan lahap.

****

Jam dinding di ruang tamu sudah menunjukkan hampir tengah malam.

Daniel mengantar Thalia masuk ke dalam kamar yang biasa ia tempati saat pulang ke rumah sang ibu.

"Tidur dan beristirahatlah!" Ucap Daniel seraya membimbing Thalia untuk duduk di atas kasur.

Thalia sedikit menjaga jarak dari Daniel karena mendadak Thalia merasa curiga kalau pria ini akan...

Cup!

Daniel kembali mengecup bibir Thalia dengan intim.

Oh, ya ampun!

Kenapa kekasih Thalita ini rajin sekali nyosor-nyosor?

"Daniel!" Thalia sedikit mendorong dada Daniel, agar pria itu menghentikan ciumannya sebelum Thalia ikut khilaf.

Daniel hanya terkekeh seolah tanpa dosa.

Dasar mesum!

"Besok aku akan mengajakmu ke satu tempat. Jadi sekarang, sebaiknya kau istirahat!" Daniel menangkup dengan gemas wajah Thalia.

"Kau tidur dimana?" Tanya Thalia sedikit curiga.

Jangan bilang kalau Daniel juga akan tidur di kamar ini bersama Thalia!

"Di depan."

"Kenapa memangnya? Kau mau aku temani tidur di kamar?" Daniel tersenyum nakal pada Thalia.

"Tidak!" Jawab Thalia cepat.

Thalia beranjak dari duduknya dan segera berdiri di dekat pintu.

"Cepat keluar! Aku akan mengunci pintu kamar!" Perintah Thalia tegas.

"Satu ciuman lagi!" Daniel sudah memonyongkan bibirnya ke arah Thalia.

"Tidak! Keluar sana!" Usir Thalia galak.

Daniel tergelak dan segera keluar dari kamar. Thaloa bergegas menutup pintu kamar dan menguncinya. Gadis itu bersandar di belakang pintu kamar dan memegangi dadanya sendiri, karena sekarang jantung Thalia berdegup dengan sangat cepat. Sama seperti saat Zayn datang ke rumah untuk melamarnya kala itu.

Jangan sampai Thalia jatuh cinta pada Daniel!

Tidak!

Daniel itu kekasih Thalita, Thalia!

Kau tidak boleh merebut Daniel dari Thalita!

Thalia menggeleng-gelengkan kepalanya dan berusaha membuang jauh semua pikirannya tentang Daniel.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

LBH BAIK JATUH CINTA, COCOK KALIAN BRDUA...

2023-05-13

0

Kelinci imut

Kelinci imut

aku kagum liat cerita mu Thor semua cerita nya author enak semua

2022-01-02

0

Pesek Gitank

Pesek Gitank

sosor terus,,

2021-10-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!