si cupu 1

Keesokan harinya

Savira baru saja sampai di sekolah nya, dengan rasa takut, Savira berjalan menuju kelasnya berharap tidak bertemu dengan Reni and the geng,

dengan kagetnya dari balik pintu kelasnya Savira dihadang oleh Reni and the geng, tubuh Savira pun bergetar ketakutan, Savira pun menundukkan kepalanya dan terus berjalan melewati Reni and the geng.

Anis melihat itu langsung mengalungkan tangan kanannya ke leher Savira sehingga membuat Savira tidak dapat bergerak

“kurang ajar sekali kamu main pergi pergi aja, kita mau main tinju dulu boleh kali ya” ucap Anis sambil memiting leher Savira

“iya, boleh kali kita olahraga dulu” ucap Reni sambil tersenyum licik

Asmara tanpa banyak bicara langsung memberikan hadiah tamparan yang keras kepada Savira, di susul dengan Reni yang melayangkan pukulan keras ke perut Savira, Savira hanya bisa merengek kesakitan sambil tangannya mencoba melepaskan tangan Anis yang dari tadi memiting leher Savira, tapi usahanya gagal karena tubuhnya sudah mulai lemas tak berdaya karena pukulan-pukulan dan tamparan keras yang di layangkan oleh Reni dan Asmara secara bertubi-tubi.

“denger ya Savira, kalau sampai kamu berani dekat dekat dengan Jidan kamu akan mendapat siksaan yang lebih menyakitkan dari ini” ucap Reni sambil mengankat dagu Savira dengan tangannya, Anis pun melepaskan lengannya dari leher Savira yang membuat Savira jatuh kelantai karena tubuhnya yang melemas dan akhirnya pingsan, dari jauh Jidan yang melihat kejadian itu langsung berlari ke arah Savira.

“kalian gak punya hati ya, Savira itu teman kalian, aku akan laporkan kalian ke kepala sekolah, dasar perempuan nggak punya hati” bentak Jidan sambil mengankat Savira dan membawanya ke UKS

“iiiih…. Kesel kesel kesel, kenapa sih Jidan lebih memilih cewek miskin itu”batin Reni sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

.

.

.

Didalam UKS

Savira barus aja membuka matanya dan melihat sekeliling ruangan terdapat Jidan yang duduk disebelah Savira yang membuat Savira takut akan ancaman dari Reni and the geng. Setelah Jidan sadar jika Savira sudah mulai membuka matanya, Jidan pun memberikan minyak kayu putih kepada Savira.

“ Savira, kamu istirahat dulu disini jangan kemana mana, aku yakin lukamu itu belum sembuh”

“e-enggak kok, aku sudah terbiasa dengan ini” jawab Savira dengan mengingat perlakuan Reni and the geng kepada Savira sejak awal masuk sekolah sampai sekarang yang tidak berubah bahkan semakin hari semakin menyakitkan. Tanpa Savira sadari air matanya mengalir membasahi pipinya.

“kamu kok nangis? Kenapa? Tanya Jidan sambil mengusap air mata Savira dengan tangannya

“ Jidan , kamu sebaiknya jangan dekati aku lagi, aku mohon jangan menemuiku lagi” ucap Savira sambil memegang tangan Jidan

“emangnya kenapa? Jelaskan? Apa ini karena Reni? Aku akan adukan ini semua kepada kepala sekolah, kamu tenang saja” jawab Jidan

“tidak semudah itu Jidan , Reni adalah anak dari Pak Gunawan kepala sekolah, jadi itu tidak ada gunanya dan kamu jangan mendebatnya jika kamu masih ingin sekolah di sini” ucap Savira sehingga membuat Jidan semakin kesal kepada Reni

.

.

.

Setelah pulang sekolah

Seperti biasa Savira membantu ibunya yang berprofesi sebagai tukang cuci gosok pakaian sedangkan ayah Savira tidak mau bekerja dan setiap hari kerjaanya hanya mabuk-mabukan. Saat mencuci pakaian Savira mendengar suara batuk ibunya yang semakin lama semakin parah saja, Savira pun menghampiri ibunya dengan perasaan gelisah

“Ibu, ibu kenapa? Ibu sakit? Biar aku saja bu yang menyelesaikan cuciannya, ibu istirahat saja” ucap Savira sambil membawa ibunya ke kamar

“makasih ya nak, untung aku masih memiliki kamu” ucap Ibu Savira sambil mengusap pipi Savira. Savirapun segera menyelesaikan pekerjaanya, tak lama kemudian Ayah Savira pulang dalam keadaan mabuk berat dan mengamuk-ngamuk

“duiiit….. duit mana duiiit…” teriak Ayah Savira sambil mengobrak ngabrik lemari pakaian sehingga membuat Ibu Savira terbangun

“mas.., mas jangan mas, itu perhiasan peninggalan ayah ku mas” ucap Ibu Savira

“Aku nggak peduli, minggir aku mau jual perhiasan ini” bentak Ayah Savira sambil mendorong Ibu yang membuat kepala ibu Savira terbentur sudut meja sehingga membuat ibu Savira pingsan, Savira yang mengetahui hal itu langsung berlari ke arah ibunnya

“ibu, ibu, ibu bangun ibu” ucap Savira sambil menepuk bahu ibunya yang pingsan.

Setelah mencoba berbagai cara untuk membangunkan ibunya tapi usahanya tetap gagal, kemudian Savira meminta tolong kepada tetangganya agar mengantar ibunya ke rumah sakit.

.

.

.

:) jangan lupa like komen dan vote biar autor semakin semangat berkarya. selamat membaca :)

Terpopuler

Comments

kinctzn

kinctzn

"duiiit... mana duiitt.." gue auto nyanyi 'duiiiiittt duiiiittt' hanyeng bengek😭

2021-06-07

1

Reza Sahputra

Reza Sahputra

pengen aku ulek itu anak

2021-04-28

12

Reza Sahputra

Reza Sahputra

sadis banget ya itu Reni and the geng

2021-04-28

14

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!