Seharian Bella berada ditempat kursus sambil menunggu sore, Bella termasuk wanita yang cekatan terbukti saat ini baru saja dia belajar menembak, dirinya sudah bisa menguasai beberapa trik, hasilnya pun memuaskan, tembakan yang diciptakan selalu tepat sasaran.
Sore pun tiba saatnya Bella untuk pulang, dia memakai jasa taksi seperti saat berangkat tadi, tak lama dia sampai di mansion Ansel, Bella pun turun tidak lupa membayar ongkos taksi, dia melihat ke arah garasi ternyata mobil suaminya tidak ada, itu artinya Ansel belum pulang, Bella segera berjalan ke kamar dia ingin cepat-cepat mandi.
Tidak lama terdengar mobil Ansel, saat ini Bella sudah berganti baju, dia bergegas turun untuk menyambut suaminya, terlihat Ansel turun dari mobil dengan wajah datar.
Bella meminta tas kerja yang suaminya bawah, dengan kasar Ansel melempar tasnya ke arah Bella, wanita ini menghela nafas, dia pun mengikuti suaminya menuju kamar.
Ansel duduk dengan kasar di ranjang king size nya, dia merenggangkan dasi yang seharian membuatnya sesak, sedangkan Bella berdiri tegap di samping Ansel.
"Kamu kenapa berdiri di situ..?" Ansel menatap tajam Bella.
"Apa ada yang bisa aku bantu..?"
Ansel tidak menjawab dia menatap Bella dari atas sampai bawah.
"Bisakah kamu merubah penampilan mu, lama-lama aku muntah jika melihat dirimu seperti ini." Ansel beranjak dari ranjang, kuncir yang berada di rambut Bella ia tarik sedikit kasar hingga membuat rambut panjang Bella tergerai indah, kacamata yang bertengger di hidung mancung Bella dia buang ke sembarang arah.
"Jika berada di depan ku, kamu harus berpenampilan seperti ini." Ansel meninggalkan Bella begitu saja dan berlalu ke kamar mandi.
Bella mendengus, kurang ajar sekali pria itu main buang kacamata mahalnya, Bella bergegas mencari kacamatanya, dilihatnya kacamata itu tersangkut di pajangan dinding besar yang berada disamping ranjang, Bella mencari kursi untuk memanjat, saat tangan itu mencoba meraihnya kaki Bella tergelincir, badan itu jatuh, bukan jatuh kelantai, tapi jatuh kepelukan Ansel, badan sixpack yang hanya berbalut handuk itu menangkap tubuh Bella.
Jarak Ansel dan Bella saat ini begitu dekat, mata elang yang setiap harinya terlihat di mata Ansel hilang, yang ada hanya tatapan kagum, dengan hati-hati Ansel menurunkan Bella dari gendongannya.
"Apa yang kamu lakukan..?"
Bella baru sadar jika suaminya dalam keadaan bertelanjang dada, dengan cepat Bella memejamkan mata, mata sucinya sudah ternoda berkali-kali karena pria menyebalkan ini, Ansel memperhatikan garis wajah wanita di hadapannya, meskipun tanpa polesan make sudah terlihat cantik itu, Ansel menyusuri wajah itu dari alis yang tebal lalu turun ke bulumata yang lentik, hidung yang begitu mancung, yang terakhir membuat Ansel terpesona saat menatap bibir indah Bella, semua kecantikan yang Bella miliki tertutupi oleh kaca mata tebal dan style nya.
Ansel mendekatkan dirinya, tanpa dirinya sadari hidung mancungnya telah menempel di hidung mancung Bella.
Merasa ada yang aneh, Bella pun membuka matanya, tatapan mata keduanya saling bertabrakan, tidak menunggu lama bibir keduanya menempel sempurna.
Gerak Bella terbaca oleh Ansel, dengan cepat ia menahan tengkung Bella, Ansel di buat candu oleh bibir wanita ini, ia memagutnya semakin dalam, melihat Bella yang mulai kehabisan nafas, Ansel langsung melepas pagutannya.
Nafas mereka sama-sama memburu, kejadian barusan membuat keduanya canggung, Ansel berjalan meninggalkan Bella menuju wardrobe, sedangkan Bella memegang dadanya yang seakan-akan ingin meledak.
"Dia mengambil ciuman pertama ku." Bella memegang bibirnya.
Lamunan Bella buyar, menginggat hari sudah semakin gelap, ia bergegas turun untuk membantu para asisten menyiapkan makan malam.
"Nyonya Muda." sapa Asisten Ririn, Bella tersenyum lalu ikut membantu menyiapkan makanan ke meja makan.
"Jangan Nyonya biar kami saja yang menyiapkan."
"Tak apa, aku tidak ada kerjaan."
Tidak lama satu persatu orang datang, Mama Tia dan Papa Robert sudah duduk di meja makan.
"Sayang kamu duduk saja biar mereka yang siapkan." ucap Mama Tia.
"Tak apa Ma."
Papa Robert tersenyum melihat menantunya begitu rajin.
Tak lama terlihat Arka datang, lagi-lagi dia terpesona, melihat Kakak Ipar nya begitu cantik tanpa polesan make up apapun dengan mengerai rambut hitam panjangnya, Mama Tia menegur putranya yang sedang melamun.
"Sayang kenapa kamu benggong di situ..?"
"Eh tidak apa-apa Ma." Arka langsung duduk di kursinya.
Makanan sudah tersaji semua di meja makan, Bella pamit ingin memanggil suaminya ke atas.
Di wardrobe Ansel mengrutuki kebodohannya.
"Astaga apa yang aku lakukan tadi." Ansel menjambak rambutnya sendiri.
"Bibir itu." lamunan Ansel berkelana, sisi kelelakiannya mulai beraksi saat membayangkan bibir manis itu.
"Tidak-tidak seorang Ansel tidak akan pernah menyukai wanita culun seperti dia." monolog Ansel.
Tiba-tiba Ansel di kejutkan dengan suara wanita yang membuatnya panas dingin.
"Hei sudah waktunya makan malam ." Bella binggung harus memanggil Ansel apa, Ansel yang sudah berganti baju keluar dari wardrobe.
"Kamu panggil aku apa tadi..?" Ansel menghampiri Bella.
Bella hanya menunduk, Ansel menengadahkan wajah Bella dengan satu jarinya.
"Lihat aku."
"Panggil aku suamiku, mengerti."
Ansel tidak mengerti kenapa bibir itu menghianatinya, bisa-bisanya dia menyuruh Bella memanggilnya dengan panggilan menjijikkan itu.
Bella hanya mengangguk, Ansel berjalan meninggalkan Bella menuju lantai bawah.
"Astaga dia kenapa." Bella pun menyusul Ansel turun ke bawah.
Mereka makan dengan diam, sesekali Ansel melirik adiknya yang curi-curi pandang pada Bella, Ansel dan Arka memang jarang berbicara jika tidak ada yang penting, kesibukan mereka membuat jarak cukup jauh diantara keduanya karena kurangnya komunikasi antara kakak beradik ini.
Makan malam selesai semua orang berkumpul di ruang keluarga, tapi tidak dengan Ansel, dia menerima telpon penting dari Mads.
Obrolan Di Telpon.
"Hallo Mads." saat ini Ansel berada di kamarnya.
"Semuanya beres." hanya 2 kata yang di ucapkan Mads tapi mampu membuat bibir Ansel tersenyum.
"Bagus kau yang terbaik." Ansel langsung menutup telponnya.
Ansel mencari keberadaan Bella di kamar tapi tidak ia temui, ia pun turun ke bawah, terdengar tawa dari Arka dan Bella yang sedang bercanda, seketika dada Ansel bergemuruh, tidak tahu mengapa dia sangat tidak menyukai ini, Ansel mempercepat jalannya menuju ruang keluarga.
Tawa Arka terhenti saat melihat Kakaknya berjalan ke arah mereka.
"Sayang ayo kita ke atas."
Mama Tia dan Papa Robert tersenyum mendengarnya.
Bella mengangguk dan beranjak menghampiri Ansel, mata elang Ansel sempat melirik tajam ke arah adik nya.
Jangan Lupa dukungannya untuk Author😍
________________________Like Vote Dan Komen
________________________
Kenalan sama othor yuk follow instagram othor.
Wuland4ri_05
Wulan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Rodiah Rodiah
memang benar🤭😄🤪
2024-02-04
0
ayub tambunan
kebanyakan cerita di novel itu orangnya polos polas plamas tpi sekalian main 24 jam nda istrahat
2023-08-07
0
Bernadeth Meilan
ngeselin
2023-02-05
0