Saat berada di kantor Ansel mendapat kabar jika ada yang berani mensabotase jaringan perusahaan miliknya, yang tak lain ialah karyawannya sendiri, dia pun bergerak cepat untuk menyelesaikan masalah ini.
"Van siapa yang berani menyabotase jaringan perusahaan kita..?" tanya Ansel, padahal ia ke kantor hanya untuk tanda tangan berkas saja, tapi setelah mendengar hal itu dari Revan tangan kanannya, dia sangat marah, ternyata masih ada orang yang berani mengusik ketenangan seorang Ansel.
"Karyawan baru Bos dari devisi keuangan sepertinya dia seorang hacker yang menyamar menjadi karyawan, setelah sistem wab kita hilang diapun ikut menghilang." jawab Revan.
"Kurang ajar, siapa yang berani-berani mengusik ku." Ansel mengebrak meja, dia benar-benar geram, tidak tahu saja mereka yang mencari gara-gara dengan Ansel akan terkena masalah besar, bukan hanya masalah, bahkan nyawa akan menjadi taruhan jika sampai ada yang berani mengusiknya.
"Kirim foto orang itu padaku." Ansel dengan mengeletukkan rahangnya.
"Baik bos." Revan di buat merinding melihat raut wajah bosnya.
Ansel beranjak dari duduknya, dia masuk ke pintu rahasia yang hanya dirinya sendiri yang tahu, sementara Revan kembali ke ruangannya.
Ditempat rahasia ini terdapat banyak macam senjata, tidak hanya beberapa jenis pistol tapi juga banyak senjata tajam yang dia simpan diruangan tersembunyi ini.
Ansel memilih pistol semi otomatis karena bisa menampung banyak peluru, dia pun menyembunyikan pistol dibalik jas yang dia pakai, Ansel bergegas dari ruangan itu, setelah mendapat foto penghianat itu, ia menelvon para anggota nya meminta untuk berkumpul.
Anggota gangster ini terdiri dari banyak kelompok, tapi hanya empat orang saja yang memiliki keahlian lebih diantara banyaknya anggota, dari empat orang ini Ansel salah satunya, nama marga gangster yang diikuti Ansel adalah Black Wolf.
Tiga anggota black wolf sudah menunggu Ansel dimarkas mereka, tidak lama Ansel pun datang dengan wajah dinginnya.
"Ada apa lagi Sel." ucap Garvin, keahliannya ialah menguasai segala macam senjata, jangan pernah remehkan seorang Garvin, meskipun menembak dengan mata tertutup saja dia bisa.
"Aku butuh bantuan kalian." tatapan mata Ansel begitu menakutkan.
"Katakan saja Sel." ucap Felix.
Felix seorang hacker terbaik dinegaranya, bahkan Felix pernah membobol situs perbank-kan tanpa bisa dilacak oleh polisi.
"Kamu cari orang ini Fel dan kembalikan data perusahaan yang sudah dia curi." suruh Ansel menunjukkan foto penghianat itu.
Felix tersenyum smirk, sangat mudah untuknya mencari keberadaan orang sekalipun dia bersembunyi di lubang semut.
"Dan kamu Mads bunuh dia tanpa harus meninggalkan jejak." tatapan Ansel yang begitu binggas, membuat tiga anggotanya ini tersenyum miring.
"Hanya itu..?" tanya Mads dengan menarik sudut alisnya.
"Kau mengejek ku Mads." ucap Ansel penuh penekanan.
Mads hanya tersenyum smirk, "Akan segera ku lakukan, Lix kirim lokasinya." Mads dia beranjak dari duduknya meninggalkan tiga anggotanya.
Mereka bertiga pun menyusul keluar dari markas, Ansel pun kembali ke mansion dia hanya tinggal menunggu kabar saja.
*Di Mansion Ansel
Saat ini Bella sedang berkebun, seharian di mansion tidak melakukan apapun membuatnya bosan, Papa dan Mama mertuanya juga belum pulang.
Bella saat ini ditemani asisten Ririn berkebun, mereka terlihat sangat akrab, terdengar tawa riang dari bibir wanita yang di panggil culun oleh suaminya ini.
Tiba-tiba terdengar suara berat dari arah depan yang mengejutkan keduanya.
"Apa yang kamu lakukan..?" tanya Ansel, saat ini penampilan Bella begitu kotor.
Bella yang kaget langsung berdiri tegap.
"Maaf aku merasa bosan, jadi aku memilih untuk berkebun." jawab Bella menunduk.
"Cepat ikut aku." Ansel langsung meninggalkan Bella.
Bella menyusul suaminya dan mengekorinya di belakang, saat ini Ansel berjalan menuju lantai atas kamarnya, tiba-tiba saja dirinya menghentikan langkah dan berbalik, Bella yang tidak memperhatikan jalan menabrak dada bidang Ansel.
"Kamu mau kemana bodoh, lihat jas mahal ku jadi ikut kotor." bentak Ansel.
"Maaf, tadi kan kamu menyuruhku untuk mengikutimu." Bella menunduk takut.
Tanpa bicara lagi Ansel menarik kasar tangan Bella kembali ke bawah, dia menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur, Bella didorong dengan kasar hingga terjatuh, setelahnya Ansel menyiramkan air shower ke tubuh wanita yang berlumur lumpur.
"Sudah tahu badanmu penuh lumpur, kamu mau mengotori kamar ku hah." bentak Ansel.
Para asisten yang mendengar itu tidak berani menolong.
"Maaf ." Bella mulai kedinginan.
Ansel membuang shower kearah Bella, hingga menghantam kening Bella yang terluka kemarin, terlihat darah keluar lagi dari kening itu, Bella yang kesakitan menangis tersedu-sedu.
"Ririn..." teriak Ansel.
Asisten Ririn berlari menghadap tuan mudanya.
"Saya Tuan." ucap Ririn menunduk hormat.
"Ambilkan dia baju dan obati luka dikeningnya." suruh Ansel yang langsung melengang pergi ke kamarnya.
Ririn ingin ke atas tapi Tuan mudanya saat ini juga menuju kesana, dia pun berinisiatif meminjamkan bajunya pada nyonya mudanya, meskipun baju Ririn murah tapi dia sangat mengerti fashion, dia pun meminjamkan dress tanpa lengannya kepada nyonya mudanya.
"Astaga nyonya kenapa bisa berdarah seperti ini?" tanya Asisten Ririn, dia membantu Bella untuk berdiri dan memberikan bajunya untuk majikannya pakai, Bella sedikit risih memakai pakaian ini tapi bagaimana lagi tidak ada pilihan lain, suaminya sudah menunggu di atas, dia tidak ingin suaminya marah lagi.
"Terima kasih Rin." jawab Bella, setelah Ririn selesai mengobati luka dikeningnya.
"Sama-sama nyonya." Ririn merasa kasihan melihat nyonya mudanya diperlakukan seperti itu oleh majikannya sendiri.
"Baiklah aku akan ke atas dulu." ucap Bella berlalu ke atas.
Saat ini dia sudah berada didepan pintu, Bella mengurai rambutnya yang panjang karena saat ini rambutnya basah, dia juga melepas kaca matanya karena sedikit berembun terkena siraman tadi, Bella pun memberanikan diri untuk membuka pintu.
'Ceklak' bunyi pintu terbuka.
Ansel yang sudah mandi dan berpakaian santai, kini ia sedang fokus dengan laptopnya dan berbaring diranjang, seketika mata elang itu melihat ke arah pintu saat mendengar pintu itu terbuka, Ansel sedikit terpukau melihat penampilan Bella yang terlihat berbeda, walau seperti itu Ansel tetap bersikap cuek, dan kembali menatap laptop yang berada di pangkuannya.
Bella yang takut hanya berdiri didepan pintu.
"Kenapa kamu berdiri disana, cepat pijat kepalaku." Ansel menutup laptop dan membaringkan dirinya di ranjang.
Bella mengangguk ia bergegas menghampiri suaminya, pijatan Bella terasa nikmat hingga membuat Ansel tertidur.
Bella membenarkan posisi tidur suaminya, setelahnya ia turun kebawah untuk membantu para asisten menyiapkan makan malam.
Di tangga Bella bertemu Mama Tia, sepertinya sang mertua baru saja pulang.
"Ma baru pulang." ucap Bella berbasa-basi.
"Eh sayang, waah kamu terlihat begitu cantik jika tidak memakai kacamata dan mengerai rambut kamu seperti ini, iya kan Pa." ucap Mama Tia meminta pendapat dari sang suami.
"Mama benar, ternyata kita tidak salah memilih menantu." jawab Papa Robert.
Pipi Bella bersemu merah mendengar pujian dari mertuanya.
"Ya sudah Mama sama Papa mau istirahat dulu kami tadi sudah makan, nanti kalian makan berdua saja ya." Mama Tia pamit, Bella hanya mengangguk dan tersenyum.
________________________________
Jangan Lupa dukungannya untuk Author😍
________________________Like Vote Dan Komen
________________________
Kenalan sama othor yuk follow instagram othor.
Wuland4ri_05
Wulan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Rodiah Rodiah
semangat💪💪💪😃
2024-02-04
0
أندي دينيس
jgn lemah dong...
2022-07-04
0
Winsulistyowati
Smangat Bella...Sabar
2022-04-25
0