Hari ini dimana dua keluarga akan dipertemukan, Papa Tio mengundang sahabatnya untuk makan malam di mansion, hari sudah semakin sore tapi anak gadisnya tidak kunjung pulang, para pelayan sudah menyiapkan banyak hidangan yang akan menjamu keluarga Guinandra.
Tak lama terdengar suara Bella. "Papa Mama.."
"Sayang tumben hari ini kamu pulang telat, kita malam ini akan kedatangan calon suami kamu loh." Mama Eva mengelus kepala anaknya.
"Ooo ya tadi resto sangat ramai Ma, apa pertemuannya tidak bisa di undur Pa Ma?" tanya Bella dengan menghembuskan nafas kasar.
"Harus sekarang, Papa sudah berjanji pada Om Robert." jawab Papa Tio tegas.
"Ya sudah sayang sekarang kamu mandi dan bersiap." ucap Mama Eva.
Dengan berjalan lesu Bella menapaki tangga menuju kamar.
"Apa iya lelaki itu mau di jodohkan denganku yang jelek ini.." batin Bella.
Bella segera bergegas masuk kamar mandi, dia keluar sudah memakai pakaiannya, dia saat ini memakai celana joger dan kaos hitam rambutnya ia kuncir kuda dengan kaca mata tebal yang bertengger di hidung mancungnya, Bella segera turun menghampiri Mama Eva yang sedang menyiapkan banyak makanan di bantu para asisten.
"Mama." panggil Bella.
"Sayang kenapa kamu pakai baju seperti itu cepat ganti!" suruh Mama Eva.
"Memangnya kenapa Ma?" tanya Bella dengan polosnya.
"Sayang ini calon kamu yang datang, masak iya kamu dandan seperti ini, sini ikut Mama." jawab Mama Eva sembari menarik tangan anaknya kelantai atas.
Mama Eva menganti baju anaknya dengan dress waktu ia muda dulu, karena memang Bella tidak terlalu suka dengan pakaian yang berbau dress, jadi dia tidak memiliki 1 dress pun, meskipun saat ini dia memakai dress tapi tetap dengan penampilan yang sama, karena Bella tidak ingin melepaskan kaca mata tebalnya, mereka kembali turun tidak lama terdengar bell berbunyi.
Asisten membukakannya pintu, ternyata keluarga Guinandra yang datang, sang asisten mempersilahkan mereka untuk duduk, dirinya merasa ketakutan saat Ansel menunjukkan wajah bengisnya, kilatan matanya sungguh membuat orang merinding.
"Silahkan Tuan Nyonya, saya panggilkan nyonya besar sebentar." ucap Ira asisten termuda dimansion Bella.
Asisten Ira masuk dengan berkeringat dingin, keluarga Guinandra menjawab hanya dengan anggukan, disana ada Papa Robert, Mama Tia dan Ansel sedangkan Arka tadi tidak ikut.
Tidak lama datang Papa Tio dan Mama Eva serta anak gadisnya, Bella menatap calon suaminya dari atas sampai bawah.
"Bukannya dia big bos yang menghinaku kemarin, semoga dia tidak mengenaliku.." batin Bella.
Sementara Ansel sama sekali tidak melihat maupun melirik Bella.
"Hai brother bagaimana kabarmu?" Papa Tio memeluk Papa Robert.
"Ya seperti yang kamu lihat saat ini." jawab Papa Robert, sementara Mama Eva saling bertegur sapa dengan Mama Tia.
"Oh ya, ini anak ku satu-satunya namanya Bella." Papa Tio mengenalkan putrinya, Bella hanya tersenyum dia melirik calon suaminya yang saat ini sedang sibuk dengan ponselnya.
"Dasar tidak sopan.." batin Bella.
"Ini Ansel yang akan menjadi calon Bella, Sel." panggil Papa Robert, beliau geram melihat anaknya hanya memainkan ponsel.
"Maaf Om karena ada sesuatu tadi yang sangat penting." ucap Ansel, dia melirik Bella sekilas lalu membuang muka.
"Aslinya memang lebih jelek dari pada di foto." batin Ansel.
"Tidak apa-apa nak, Om mengerti kamu orang yang sangat sibuk."
Mereka menghabiskan waktu untuk bercengkramah sembari menunggu waktu makan malam tiba, sementara Bella dan Ansel hanya diam.
Saat ini para orang tua sengaja meninggalkan anak-anaknya hanya berdua diruang tamu.
"Hei culun." panggil Ansel dengan suara yang tidak terlalu keras.
Bella menunjuk dirinya sendiri.
"Iya kamu, lalu siapa lagi dasar bodoh." Ansel mendekati Bella, ia mencengkram rahang gadis itu hingga membuat Bella meringgis, kilatan mata yang Ansel tujukkan pada Bella seperti seorang psikopat.
Tubuh wanita itu gemetaran, dirinya tidak menyangka Papanya akan menikahkannya dengan seorang iblis.
"Ingat wanita culun, kamu harus meminta pada Papa mu untuk membatalkan perjodohan ini." Ansel melepaskan rahang Bella dengan kasar, hingga membuat wanita itu terhuyung kebelakang.
Ansel berbalik, ia kembali ke tempat duduknya tadi.
"Tapi kenapa harus aku yang menolaknya, jika kamu tidak ingin, kamu bisa membatalkan perjodohan ini." ucap Bella.
Seketika Ansel menoleh ke arah Bella dengan tatapan benggisnya, Bella menunduk takut.
"Kalau saja aku bisa menolak aku tidak akan menyuruhmu bodoh, lihatlah dirimu sekarang kamu lebih pantas menjadi seorang pelayan dari pada majikan dan kamu lebih pantas menjadi pelayan resto."
Dari awal melihat fotonya, ia sudah mengetahui jika Bella pelayan culun yang dia temui di resto, daya ingat Ansel sangat tajam dia menjadi salah satu anggota gangster yang berpengaruh di kelompoknya, mengenai musuh dengan hanya melirik saja dia bisa menginggat wajah seseorang itu walau hanya sekali bertemu.
"Dan jangan pernah kamu ceritakan hal ini pada orang tuamu, jika tidak." Ansel mengorok lehernya sendiri di akhir kalimatnya.
Bella di buat merinding, tak lama orang tua mereka datang, Bella segera menghapus airmata di pelupuk matanya, agar orang tuanya tidak mencurigainya.
"Sayang bagaimana, apa kamu merasa cocok dengan Ansel?" Papa Tio duduk disamping putrinya.
"Bagaimana ini, jika aku membatalkan perjodohan ini Papa pasti akan sangat kecewa.." batin Bella.
"Sayang kenapa kamu malah melamun."
Semua orang menunggu jawaban dari Bella, terutama Ansel dia menatap Bella dengan tajam.
Bella hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun.
"Syukurlah." ucap para orang tua serempak.
Seketika wajah Ansel memerah, rahangnya mengelatuk, tangan kekar itu mengepal kuat, ternyata ancamannya tadi dihiraukan oleh Bella.
"W**anita sialan, pasti kamu hanya ingin mengincar harta keluargaku.." batin Ansel.
"Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau langsung ke acara sakralnya saja." ucap Papa Robert, beliau melirik anaknya yang sepertinya enggan dengan perjodohan ini.
"Iya benar lebih cepat lebih baik." Papa Tio menambahi.
"Pa Bella ingin pernikahan kita diadakan dengan sederhana saja, tanpa mengundang orang luar." Bella memberanikan dirinya untuk berbicara.
Bella tidak ingin membuat Ansel malu, karena bersanding dengannya di halayak publik.
"Apa kamu serius nak?" Papa Robert sedikit keberatan dengan usul Bella.
Bella hanya mengangguk, mereka pun sepakat pernikahan akan di lakukan seminggu lagi, Ansel tak pernah lepas menatap tajam wanita yang ingin di nikahinya, dia berjanji membuat hidup calon istrinya menderita karena berani menerima perjodohan ini.
Satu minggu berlalu akhirnya Bella resmi menjadi suami Ansel, yang datang ke pernikahan mereka hanya orang-orang terdekat saja, Ansel nampak geram saat ini, dia sangat jijik membayangkan harus satu kamar dengan wanita yang menurutnya sangat jelek, apa lagi perjodohan ini tidak di dasari rasa cinta.
Arka yang melihat penampilan kakak iparnya tidak percaya, jika kakaknya mau menikahi wanita itu, karena Bella jauh dari kriteria istri idaman kakaknya.
Malam pun menjelang, ribuan bintang-bintang bertebaran di langit, cahayanya yang begitu indah sangat memanjakan mata siapa pun yang melihatnya, tapi tidak seindah pernikahan Bella malam ini, Bella sekarang berada di kamar Ansel.
Saat ini dirinya duduk di ranjang king size milik Ansel, terdengar pintu kamar terbuka di lihatnya Ansel berdiri disana, Ansel segera menutup dan mengunci pintu.
"Siapa yang menyuruhmu duduk disini?" tanya Ansel.
Ansel menarik tangan Bella, ia mendorong tubuh Bella dengan keras hingga kepala wanita itu terbentur sudut meja, terlihat darah keluar dari keningnya.
Meskipun Ansel tahu jika kening Bella berdarah, pria itu tetap tidak bergeming, ia malah tersenyum mengejek ke arah Bella.
Bella meringis menahan sakit, di barengi air mata yang mengalir di pipinya.
"Malam ini dan seterusnya, kamu harus tidur dibawah tanpa Alas, aku tidak ingin satu ranjang dengan wanita sepertimu." setelah mengucapkan hal itu, Ansel berlalu ke kamar mandi.
Bella menangis kenapa hidupnya menjadi seperti ini, bukan Bella tidak bisa menolak perjodohan ini, tapi karena dirinya tidak ingin membuat Papanya kecewa.
Bella pun bergegas tidur di lantai, tanpa alas tanpa bantal, karena kepalanya terasa pusing saat ini, padahal dikamar besar itu ada sebuah sofa, bisa saja Bella tidur disana, tapi Bella tidak ingin membuat suaminya marah lagi.
Tidak lama Ansel keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk kecil, dia melirik istrinya yang tertidur dilantai, Ansel hanya tersenyum smirk, dia pun berlalu ke wardrobe, setelah memakai pakaiannya dia berjalan ke ranjang king size miliknya dan tidur dengan nyenyak, tanpa memperdulikan Bella yang kedingginan saat itu.
Pagi menjelang terlihat seorang pria tampan masih tertidur diranjang king sizenya, Bella yang semalam tidak bisa tidur nyenyak akhirnya dia bangun pagi-pagi sekali, padahal sebelum menikah dia paling susah jika disuruh bangun pagi oleh Mama Eva.
Bella bersiap ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, terlihat noda darah yang sudah mengering dikeningnya, dia pun mulai menguyur seluruh badannya dengan shower, tidak butuh waktu lama Bella keluar dengan sudah memakai pakaiannya, Bella tidak berani menata bajunya di lemari Ansel, dia membiarkan bajunya dikoper yang dia bawah.
Tidak lama terdengar ketukan pintu dari luar.
"Tok tok tok", sayang apa kalian sudah bangun, sarapan sudah siap dibawah." teriak Mama Tia.
Ansel yang mendengar kebisingan terbangun dia melirik istri culunnya yang berdiri disamping ranjang.
"Iya Ma sebentar lagi." teriak Ansel dari dalam, Mama Eva yang mengira anaknya sedang melakukan hubungan suami istri itu pun tidak ingin menganggu, beliau kembali turun.
"Apa telingga mu tuli, tidak mendengar suara Mama memanggil kita?" tanya Ansel beranjak duduk menatap Bella dari atas sampai bawah, sungguh istrinya itu membuatnya ingin muntah.
Bella menunduk dan mengelengkan kepalanya.
"Lalu kenapa kamu diam saja, oh aku tahu bukan telinggamu yang tuli tapi mulutmu yang bisu." Ansel dia berdiri menghampiri Bella.
"Cepat bicara." bentak Ansel sambil mencengkram bahu Bella, ini masih pagi tapi Bella sudah membuat pria kejam ini marah.
"Ma maaf." hanya itu ucapan yang keluar dari mulut Bella.
"Dengar ucapanku baik-baik, jangan pernah bilang kepada orang tuamu, apa lagi kepada Papa dan Mama jika aku memperlakukanmu seperti ini, jika kamu sampai mengadu, aku akan menghancurkan usaha Papamu sampai tak tersisa." ucap Ansel dengan berbisik ditelingga Bella, kemudian dia berlalu menuju kamar mandi.
Bella hanya bisa menangis saat itu, dia pun berjalan ke wardrobe menyiapkan baju kerja untuk suaminya, saat Bella ingin mengambil baju Ansel, tangan mulus itu di remas oleh Ansel hingga kulit itu terlihat memerah.
"Lepas sakiiiitt." ucap Bella meringis.
"Siapa yang menyuruhmu kesini Hah." bentak Ansel, saat ini dirinya hanya berbalut handuk.
Bella tidak berani membuka matanya. "Maaf aku hanya ingin menyiapkan baju untukmu."
Ansel mendorong Bella hingga jatuh ke lantai.
"Ingat ucapan ku baik-baik, jangan pernah kamu menyentuh sesuatu yang berada disini atau menginjakkan kaki kotormu itu disini." ucap Ansel.
Bella hanya mengangguk dia pun berdiri dan membalikkan badannya, Bella berjalan menyamping keluar dari wardrobe.
''Hufft aku harus kuat, aku tidak boleh secenggeng ini." ucap Bella menghapus airmatanya berjalan turun ke lantai bawah.
"Selamat pagi Nyonya muda." ucap Asisten yang tak sengaja berpapasan dengan Bella.
"Pagi, siapa nama kamu, kamu terlihat begitu muda." ucap Bella tersenyum dia mencoba akrab dengan para asisten, setidaknya dia mempunyai teman di mansion ini.
Asisten muda itu tersenyum, "Nama saya Ririn Nyonya muda." ucap Ririn.
"Baiklah Ririn apa kamu mau menjadi temanku." ucap Bella.
"Tentu Nyonya muda." ucap Ririn, Bella mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan Ririn.
"Ya sudah lanjutkan pekerjaan mu, saya kesana dulu." ucap Bella, dia membenahi kaca matanya yang sedikit miring.
Ririn hanya mununduk hormat dan lekas pergi melanjutkan pekerjaannya.
"Sayang maaf Mama tadi duluan sarapan karena menunggu kamu dan Ansel terlalu lama." ucap Mama Tia dia berbicara dengan menahan senyumnya, tapi seketika senyum itu hilang saat melihat kening Bella yang membiru.
"Sayang kening kamu kenapa?" tanya Mama Tia kawatir.
Bella gelagapan ternyata Mama Tia memperhatikan luka di keningnya.
"Emm tadi malam kepentok pintu Ma." jawab Bella berusaha menutupi kegugupannya.
"Lain kali hati-hati sayang." ucap Mama Eva mengelus kepala Bella.
"Ternyata aku masih beruntung meskipun suamiku tidak menerima diriku tapi aku masih punya Mama Tia yang menyayangiku.." batin Bella.
"Oh ya Ansel kok belum turun-turun, apa dia tidak terlambat bekerja." ucap Mama Tia.
"Ansel ke kantor siang Ma hanya menandatangani berkas semuanya sudah di urus oleh Revan, kan Ansel masih dalam masa cuti." ucap Ansel yang tiba-tiba muncul dari arah belakang.
"Sini sayang kita sarapan." ucap Ansel pada Bella, Bella kaget tiba-tiba suaminya bersikap manis.
Mama Tia yang melihat itu tersenyum dia pun pamit meninggalkan mereka berdua, Ansel yang melihat Bella tak kunjung duduk dia pun berdiri dan menarik tangan istrinya dengan kasar, memaksa Bella untuk melayaninya.
"Cepat ambilkan makanan untuk ku." perintah Ansel.
Bella mengangguk segera dia mengambilkan makanan untuk suaminya, saat Bella ingin duduk di samping Ansel tiba-tiba Ansel melarangnya.
"Siapa yang menyuruhmu duduk di sini sana jauh-jauh, melihat wajahmu aku jadi tidak berselera untuk makan." Ansel langsung berdiri bergegas berangkat ke kantor, untuk hari ini Ansel membawah mobil sendiri, sementara adiknya Arka dia sudah berangkat pagi tadi.
Bella hanya mengelus dada percuma juga menangis karena ini sudah menjadi pilihan hidupnya, dia hanya bisa bersabar dan bersabar.
Jangan lupa dukungannya😊
lope-lope buat pembaca🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
iin marlina
Thor, cewek nya jangan di bikin lemah banget doong
kasih kejutan buat ansel
2023-11-22
0
AnNam
aku baru mampir,,
2023-06-14
1
Elvi Nopricha
kn udah sering di bully koq msih cengeng sih jd cwek itu harus strong ap lg itu pilihan sendiri
2023-02-18
0