Erika berdiam diri di depan pintu rumahnya, tangannya sangat susah untuk mengetuk pintu rumah. Rasa takut dan juga sedih bercampur menjadi satu.
Yang dia pikirkan saat ini bagaimana menjelaskan semuanya kepada ibunya, dia sudah gagal menjaga martabatnya sebagai seorang wanita. Dia sudah mempermalukan nama baik ibunya, orang yang sudah mendidik dan juga membesarkannya.
Tak terasa air mata kembali mengalir dari pelupuk matanya, dia sangat kecewa pada dirinya sendiri.
Krett...
Terdengar suara pintu terbuka, menampilkan ibunya yang sudah memakai pakaian rapih.
"Erika?"
Mata ibunya sangat terkejut dan juga bahagia, lalu sebuah pelukan langsung di dapatkan Erika dari sang ibu.
"Kamu kemana aja nak, ibu udah cari-cari kamu. Ibu tadinya mau lapor ke kantor..."
Ucapan sang ibu seketika terhenti saat melihat raut wajah putrinya, sebuah ekspresi yang menunjukkan rasa kecewa, marah dan juga malu.
"Ayo masuk dulu." Ajaknya sambil menarik tangan Erika.
Perlahan kaki Erika melangkah memasukkan rumah kecil miliknya, di tatapnya kedua adiknya yang melihatnya dengan penuh bahagia.
"Kak Erika..."
Sapa Rara dan Rere secara bersamaan, lalu mereka pun memeluk Erika. Terlihat Erika hanya diam tak membalas pelukan mereka berdua.
"Kak Erika kenapa?"
Rara dan Rere menatap heran kepada kakak perempuan mereka, "Ah, mungkin kak Erika lagi cape. Jadi biarin dulu Kak Erika istirahat." Ujar sang Ibu.
Perlahan Erika mulai berjalan menuju ke kamarnya, sang Ibu menatap sendu putri sulung nya itu. Entah musibah apa yang telah di alami oleh Erika.
Erika duduk terdiam di atas ranjang, air matanya tak henti-hentinya mengalir.
"Erika.."
Suara sang ibu memanggil namanya, Erika langsung buru-buru menghapus air matanya.
"I..Bu."
"Kamu kenapa nak?"
"Erika gak kenapa-kenapa kok."
Mata sang ibu menatap pakaian yang di kenakan oleh Erika, seingatnya Erika tak memiliki pakaian yang seperti itu, pakaian itu terlihat seperti pakaian mahal.
Tapi matanya langsung membulat saat melihat bekas c*pang di leher Erika, dengan cepat sang ibu langsung membuka kancing baju Erika.
"Apa maksudnya ini Erika?"
Tatapan tak percaya, terlihat jelas di mata sang ibu. Dan Erika hanya bisa menangis sambil menundukkan kepalanya.
"Jawab ibu Erika, siapa? Siapa pria yang sudah melakukan hal ini kepada mu."
Tangisan Erika kembali pecah, di peluknya tubuh kecil Erika oleh sang ibu. Terlihat ibunya pun ikut menangis dengan apa yang telah terjadi pada putrinya.
Sang ibu tak bisa membayangkan bagaimana bisa ada pria yang tega melakukan hal itu pada putrinya sulungnya.
"Erika, lihat ibu."
Di pegang nya kedua pipi Erika, mata Erika menatap sendu mata ibunya.
"Katakan, siapa pria itu?"
Perlahan mulut Erika pun mulai terbuka, "Di..a Bima bagus baskara, kakaknya Karin."
Mata sang ibu langsung membulat, dia tak menyangka jika pria yang tega merusak putrinya adalah Bima bagus baskara. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi.
"Erika tidak bisa menjaga harga diri Erika, Erika telah melakukan dosa besar.."
"Tidak nak, kamu tak salah. Pria itu yang salah, dia yang telah merusak mu. Sekarang kita pergi ke kantor polisi, kita laporkan pada pihak berwajib jika dia Bima bagus baskara telah melecehkan mu."
Saat sang ibu hendak pergi, Erika langsung menarik tangannya. "Tidak ibu, percuma. Kita akan kalah, bahkan bisa saja kita yang akan di jebloskan ke penjara."
ibu Erika hanya bisa menangis, yang di katakan Erika memang benar. Bima adalah orang yang berkuasa, bukan hal yang sulit untuk membungkam pihak berwajib dengan uang yang dia miliki.
....
Bau alkohol tercium di setiap penjuru ruangan, dan seorang pria tengah duduk di sebuah kursi dengan beberapa botol alkohol yang sudah kosong berada di depannya.
Kini kesadaran Bima sudah hampir menghilangkan, tapi otaknya terus saja mengingat kenangan malam itu dengan Erika.
"Argh... Dasar gadis kecil, beraninya kau menggodaku."
Bima terus saja teringat akan wajah manis Erika, harum badannya dan suara desahan yang keluar dari mulutnya saat malam itu.
"Ingin rasanya aku kembali mencicipi tubuh kecil gadis manis itu."
Asisten Bima yang berada tak jauh darinya hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia merasa kasihan pada wanita yang diinginkan oleh tuannya, karena Bima adalah orang yang akan mendapatkan apa yang dia mau dengan cara apapun juga.
....
Erika tengah berjalan di lorong kampus, sesekali Erika melihat ke sekeliling. Dia takut jika dirinya bertemu dengan Rasya, untuk saat ini Erika belum siap untuk bertemu dengan Rasya. Terutama setelah insiden malam itu.
"Erika..."
Seketika Erika langsung diam mematung, matanya langsung membulat saat mendengar suara seseorang yang dia kenapa memanggilnya.
Rasya langsung berjalan menghampiri Erika, "hah, kamu kemana aja?"
Tapi Erika hanya bisa menundukkan kepalanya, dia tak sanggup untuk melihat wajah pria yang dia cintai. Pria yang telah di kecewakan.
"Hey, kok diem sih?"
Rasya menatap heran pada kekasih kecilnya itu. Tak biasanya Erika bersikap seperti itu.
"Aku ke kelas dulu kak."
Saat Erika hendak pergi, Rasya langsung menahan tangan Erika.
"Tunggu dulu Erika, kamu kenapa?"
Tapi Erika melepas paksa tangannya, tanpa menjelaskan apa yang terjadi pada Rasya. Erika langsung berjalan pergi meninggalkan Rasya yang berselimutkan ribuan pertanyaan.
Erika berlari menjauh dari Rasya tanpa sadar dia langsung menabrak seseorang.
"Aww..."
Karin memegangi bokongnya yang terasa sakit akibat seseorang menabraknya hingga tersungkur ke lantai.
"Kalau jalan itu pake mata.." Teriak Karin.
Erika yang terjatuh ke lantai pun, berusaha bangun. Tapi Karin langsung mendorong tubuh Erika agar kembali tersungkur ke lantai.
Sintia dan Bela ikut membully Erika, sementara orang-orang hanya melihatnya dan menjadikan itu sebagai hiburan.
"Huh... Dasar benalu Lo." Maki Bella dengan nada mengejek.
"Yu gays, kita jangan lama-lama sama dia. Nanti kita ketularan bau orang miskin."
Karin dan teman-temannya pun langsung pergi setelah selesai membully Erika, Erika hanya bisa diam sambil berusaha untuk bangkit.
Di edarkan pandangan miliknya ke seluruh penjuru lorong kampus, banyak pasang mata yang menatapnya dengan tatapan mengejek dan juga menghina.
"Tatapan seperti itu lagi."
Erika kembali berjalan pelan dengan kaki yang sakit akibat tendangan dari Karin.
....
Rasya tengah berada di kantin, dia masih memikirkan apa yang terjadi pada Erika. Di depannya ada sebuah kotak makanan yang sengaja dia siapkan untuk Erika karena Rasya tahu jika Erika jarang makan siang di kantin.
"Kak Rasya."
Rasya langsung menatap jengkel perempuan yang berada di depannya itu.
"Ada apa?"
"Ih, kok galak banget sih kak."
Mata Karin melihat kotak makanan yang berada di depan Rasya. "Ini buat aku."
Saat Karin hendak mengambil kotak makanan tersebut, Rasya langsung merebutnya terlebih dahulu.
"Ini untuk Erika, jadi jangan sentuh makanan ini dengan tangan kotor mu itu."
Setelah mengatakan hal itu Rasya pun segera pergi meninggalkan Karin yang menatap kesal padanya.
"Awas Lo yah, miskin."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Amalia Khaer
ini juga Rasya. gk ada guna jdi pacar. sdh tau Erika sering di bully sama Karin tpi gk ada perlindungannya.
2023-04-03
0
Amalia Khaer
😭😭😭😭💔💔💔
2023-04-03
0
Nur Lizza
semangat erika jgn lemah gitu.kita emng miskin tp tunjuki bw kita tdk selemh apa yg di byngkn orng2
2023-01-06
0