Erika mulai berdiri, sedikit demi sedikit dia mulai berjalan mundur. Dan Bima terus berjalan mendekat ke arahnya.
"Apa salah saya?"
"Salahmu. Harusnya kau tahu wanita j*lang."
"Saya merasa tak memiliki urusan dengan anda."
"Iya memang bukan denganku, tapi dengan adik ku."
"Adik?"
"Aku Bima bagus baskara. Kau pasti tak asing lagi bukan dengan nama Baskara."
Mata Erika langsung membulat saat mendengar nama Baskara, tak salah lagi dia pasti kakak Karin yang terkenal sadis dan juga dingin.
"Gara-gara mu, adik ku jadi berpisah. Karena mu juga kekasihnya langsung berpaling padamu."
Maki Bima sambil menatap sangar ke arah Erika, tubuh kecil Erika seketika gemetar. Rasa takut telah menyelimuti tubuhnya, tatapan dan juga ucapan Bima sangat menakutkan, dia bagaikan harimau yang siap menerkam mangsanya.
"Maksudnya Kak Rasya, dia kekasihku bukan Karin. Karin lah yang berusaha memisahkan kami dengan cara mem bully diriku." Bela Erika.
"Sekarang kau berani memfitnah adik ku." Teriak Bima.
Seketika Erika langsung di buat terdiam, tubuhnya bergetar. Dan kemudian tubuhnya langsung terjatuh ke lantai, kakinya seakan tak mampu menopang berat tubuhnya sendiri.
Bima dengan kasar langsung menyeret Erika ke atas ranjang, di lemparnya tubuh kecil milik Erika.
"Aku ingin tahu, bagaimana caramu memuaskan Rasya."
Sebuah seringai kembali muncul di wajah tampan Bima, tapi seringaian itu seakan menambah ke sangaran Bima.
"A..pa yang kau lakukan?"
Tubuh Erika semakin gemetar dengan hebat, air matanya sudah tak bisa di bendung lagi. Dengan cepat Erika berusaha turun dari atas ranjang tapi dengan cepat Bima pun langsung menidurkan tubuh mungil Erika.
"Kenapa takut, ini bukanlah yang pertama untukmu."
"Sa..ya..mohon..jangan.." Pinta Erika.
Bibir mungil Erika seakan terus memanggil Bima untuk mencicipinya, tubuh kecilnya pun membuat Bima meneguk ludah miliknya. Rasanya Bima ingin segara merasakan tubuh kecil milik Erika.
Tercium aroma tubuh Erika, semakin dalam wangi tubuh Erika semakin memabukkan untuknya. Tanpa ingin berlama-lama Bima langsung mencium bibir Erika dengan paksa, tapi Erika tidak membuka mulutnya.
Dengan kasar Bima langsung melucuti tubuh kecil Erika, kini terlihat tubuh kecil yang sangat indah.
Erika hanya bisa menangis, tubuhnya yang selama ini dia jaga dari pandangan laki-laki kini rusak dalam satu malam.
Nafsu sudah menguasai tubuh dan juga pikiran Bima, tanpa rasa gemetar Bima langsung menggagahi Erika.
"Ahkkk....." Terdengar jeritan kesakitan yang Erika rasakan saat bagian yang dia jaga di terobosan oleh Bima.
"Di..a masih perawan." Pikir Bima.
Terlihat mata Bima menatap wajah Erika yang memelas, wajah cantiknya kini sudah di penuhi air mata. Tapi hati dan pikiran Bima sudah di penuhi oleh nafsu tanpa pikir panjang lagi Bima langsung merenggut keperawanan Erika tanpa rasa berdosa.
Malam itu mungkin menjadi malam yang sangat mengerikan bagi Erika, harga dirinya yang telah dia jaga selama 20 tahun kini sudah hilang di rengut oleh pria yang baru dia kenal.
....
Sinar mata hari yang masuk dari celah-celah tirai membuat Erika terbangun, "Argh..."
Tubuhnya terasa remuk, terutama bagian sensitif Erika. Terasa perih dan sakit, perlahan Erika bangkit dari ranjang. Dia melihat tubuhnya yang di terbungkus rapih dengan selimut.
Seluruh tubuhnya hampir di penuhi oleh bekas c*pang yang di tinggalkan Bima semalam, Erika hanya bisa menangisi nasibnya.
Apa yang akan dia katakan pada ibu dan juga Rasya, bagaimana dia menjelaskan semuanya.
Hidupnya seolah hancur, dia sudah bingung harus bagaimana lagi untuk kedepannya, baginya sudah tak ada masa depan yang cerah untuk gadis yang sudah tak perawan. Tak akan ada pria yang mau menikahi dirinya, begitu juga Rasya, dia pasti akan menilai rendah dirinya, menatapnya hina layaknya seorang pelacur.
"Arggg......" Erika terus berteriak melampiaskan rasa kesal dan juga sedihnya. Penderita demi penderitaan terus dia alami, mau sampai kapan dia seperti ini. Sudah cukup Bullyan yang Karin berikan kepadanya, kenapa keperawanan juga harus di rengut oleh kakaknya Karin.
Bima yang berada di depan pintu kamar pun mendengar teriakan gadis yang baru dia tiduri. Ada rasa bersalah di hatinya, dia tak menyangka jika gadis itu masih suci.
Tapi sebuah senyuman terukir di wajah Bima tak kala mengingat kembali kejadian semalam, rasa nikmat yang dia rasakan berbeda dengan yang biasa dia rasakan jika bersama wanita-wanita panggilan.
....
Hari sudah menjelang siang, Erika masih diam di atas ranjang sambil memeluk dirinya yang berbalut selimut.
Tatapan matanya terlihat kosong, pikirannya entah sedang melayang ke mana. Bahkan kedatangan Bima pun seperti tak membuatnya bergeming.
"Khem..."
Suara Bima pun berhasil membuat Erika tersadar dari lamunannya, terlihat mata Erika menatap takut ke arah Bima. Air matanya pun kembali mengalir.
Perlahan Bima berjalan menghampiri Erika, Erika langsung mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya.
Bima melihat apa yang Erika lakukan, sebuah tawa kecil terdengar dari mulut Bima.
"Kenapa harus di tutupi, bukannya aku sudah melihat semuanya."
Wajah Erika langsung memerah layaknya tomat, rasa malu, rasa marah dan juga kesal bercampur menjadi satu.
Kemudian tangan Bima mengambil sebuah amplop yang berada di laci kamarnya, "Ini uang untuk membayar keperawanan mu."
Deg...
Mata Erika langsung membulat, pria di hadapannya memang kejam tapi dia tak menyangka jika pria itu juga memandang rendah harga diri seorang wanita.
Amplop yang berisikan uang itu pun langsung di berikan pada Erika, tangan Erika bergerak saat memegangi amplop tersebut.
"Aku tahu kau tak pernah melihat uang segitu banyak." Ejek Bima.
Lalu Bima pun menyalakan sebuah rokok miliknya, tapi saat itu juga lembaran uang seratus ribuan langsung mendarat tepat di depan wajahnya.
Bima yang terkejut pun langsung menatap tajam ke arah Erika, "Aku sudah berbaik hati membayar mu." Teriak Bima.
"Apa kau kira harga diri seorang wanita bisa kau beli dengan uang, kesucian yang ku jaga selama ini. Dan kau rengut begitu saja, apa kau bisa mengembalikan kesucian ku itu. Apa kau bisa mengembalikan martabat ku sebagai seorang wanita.."
Erika mengatakan semua itu dengan penuh emosi dan rasa kecewa, Bima terdiam seketika. Lalu Bima langsung berjalan keluar dari kamar tersebut.
Wajah Bima langsung merah padam, amarahnya sedang memuncak baru kali ini dia di maki-maki oleh seorang wanita.
"Tuan?"
"Bawakan baju ganti untuk wanita itu, lalu bawa pergi dia dari sini. Turunkan saja dia di tengah jalan."
Setelah memberikan perintah Bima langsung pergi meninggalkan asisten pribadinya.
....
"Nona.."
Erika melihat seseorang yang memanggil, dan dia adalah pria yang membawanya kemari.
"Ini pakaian untuk nona, setelah itu nona bisa makan terlebih dahulu. Lalu saya akan mengantarkan nona pulang."
Erika menatap kesal pada pria itu, kemudian asisten Bima pun langsung berjalan pergi meninggalkan Erika.
Di tatapnya pakaian yang pria itu berikan padanya, tangan Erika gemetar. Rasa sakit dan juga marah terus bercampur di dalam dirinya.
...
Erika berjalan keluar dari dalam kamar, dan di depan kamar sudah ada asisten Bima yang menunggu Erika.
"Mari nona, saya antar ke ruang makan."
"Tidak, saya ingin langsung pulang."
"Tapi..."
"Saya ingin pulang." Tegas Erika.
Mendengar hal itu, Asisten Bima langsung mengantarkan Erika pulang ke rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Tarmi Widodo
pengen tonjok si bima
2023-08-20
3
Amalia Khaer
gampangan bnget yahh ini si Bima
2023-04-03
0
Nur Lizza
orng kayak suka2 aja menghina orng miskin.jk itu trjd sm adik atu kk perempuanny gimn
2023-01-06
0