"Rasya!"
Rasya yang baru pulang pun langsung menghentikan langkahnya.
"Ada apa Bu?"
"Dari mana aja kamu."
"Aku abis nganterin Erika pulang."
"Nganterin anak miskin itu, ibu udah bilang berapa kali sama kamu. Stop, jangan dekat-dekat lagi sama dia."
"Itu terserah aku Bu, ibu gak punya hak buat ngatur hubungan aku."
"Kamu jangan jadi anak durhaka yah Rasya, gara-gara perempuan miskin itu sekarang kamu udah berani ngelawan sama ibu."
"Udahlah Bu, aku cape. Mau tidur."
Rasya pun segera pergi meninggalkan ibunya yang menatap kesal. "Mau sampai kapan dia terus ngelawan kaya gitu." Gerutu sang ibu.
"Mungkin pikiran tuan muda sedang labil nyonya, tapi sebentar lagi pasti tuan muda akan memutuskan hubungan dengan wanita itu."
"Aku harap begitu, aku gak sudi punya menantu orang miskin. Mau di taruh dimana muka ku nanti."
Keluh sang ibu kepada asisten pribadinya, Rasya merupakan anak dari seorang pengusaha sukses, sementara ibunya merupakan seorang wanita sosialita. Karena kedudukan sosial dan kasta membuat keluarga Rasya tak setuju atas hubungannya dengan Erika.
Sementara di tempat lain...
Seorang pria tengah duduk sambil melihat layar smartphone, Karin yang berada tak jauh darinya berjalan mengendap-endap dan langsung memeluk pria itu.
"Kakak, akhirnya kakak pulang."
Sebuah senyuman manis terlihat jelas di wajah pria tampan itu, senyuman itu seakan menambah nilai plus padanya.
"Iya Karin, maaf kakak jarang ngeluangin waktu karena kakak terlalu sibuk di luar negeri." Jawabnya seraya mengacak-acak rambut panjang Karin.
"Iya kakak, gak papah kok."
Bima bagus baskara itulah nama pria yang merupakan kakak tiri dari Karin, dia menyandang nama Baskara di belakang namanya. Nama yang menjadi kebanggaan orang yang memilikinya, dia adalah putra sulung dari keluarga baskara keluarga yang masih memiliki darah ningrat.
Tapi berbeda dengan dengan Karin, Karin hanyalah anak yang di bawa oleh ibunya dari hasil perselingkuhannya dengan seorang pria berdarah sudra dan hal itu juga yang membuat Karin tak menyandang nama Baskara di belakang namanya.
"Bagaimana dengan kuliahmu Karin?"
"Emm... Entahlah." Jawabnya seraya memperlihatkan wajah kesal.
"Ada apa? Ceritalah, mungkin kakak bisa bantu."
"Gini, aku kan punya pacar terus pacar aku di rebut sama cewek miskin, dan akhirnya kak Rasya jadi berpaling dari aku."
"Kok bisa Rasya berpaling dari kamu dan milih wanita itu?"
"Mungkin dia gunakan tubuhnya buat ngerayu Kak Rasya, kakak tolong bantu adikmu ini." Rengek nya kepada sang kakak.
"Baiklah kakak, bakalan bantu kamu. Dan buat wanita itu kapok telah merebut kekasih adik kesayangan ku."
"Makasih kak." Ucap Karin saraya memeluk kakaknya.
"Ya udah, sekarang kamu istirahat."
"Ya udah aku kek kamar dulu, bye bye."
Lalu Karin pun pergi meninggalkan Bima, tak jauh dari sana kepala pelayan rumah menghampiri Bima.
"Tuan."
"Ada apa?" Jawabnya dengan nada datar.
"Apa tuan tidak terlalu memanjakan non Karin, karena saya mendengar berita yang tak baik tentangnya di kampus."
"Soal aku memanjakannya kau pun sudah tahu jawabannya. Dan untuk urusan dia di kampus biar aku yang urus." Tegas Bima.
"Baik Tuan."
Lalu kepala pelayan itu pun langsung pamit undur diri. Bima yang tengah sendiri pun mulai teringat tentang ucapan Karin.
"Akan ku buat dia menyesal." Gumamnya sambil menggertakan rahangnya.
.....
Erika yang baru bangun tidur pun langsung mengambil air untuk sholat subuh, tapi sebelum dia pergi untuk berwudhu. Erika tak sengaja mendengar ibunya yang sedang berdoa sambil menangis.
Erika yang mendengar doa sang ibu langsung teriris hatinya, inilah yang Erika takutkan. Dia tak mau jika apa yang dia alami membuat ibunya khawatir.
Dengan langkah pelan Erika kembali berjalan menuju kamar mandi, sebuah kamar mandi yang berukuran sangat kecil. Dengan dinding yang sudah berlumut.
Dengan perlahan Erika pun mulai berwudhu, dan setelah itu Erika langsung kembali ke kamarnya untuk melaksanakan sholat subuh.
Setelah selesai sholat subuh, Erika mulai membantu ibunya untuk menyiapkan dagangan yang akan di jual oleh ibunya. Yah, ibunya berjualan gorengan di sekitaran rumah Erika.
Erika selalu ingin membantu ibunya berjualan, tapi sang ibu selalu melarang dengan alasan. Dia ingin Erika dan kedua adiknya fokus pada pendidikan saja.
Tak terasa jam kini sudah menunjukkan jam 6 pagi.
"Ibu, Erika pergi ke kampus dulu yah."
"Iya nak, kamu hati-hati di jalannya yah." Jawabnya sambil memberikan uang 20 ribu.
Tapi Erika hendak menolak. "Gak papah kok nak, ini cepat ambil buat jajan sama buat ongkos ke kampus." Timpanya lagi.
"Makasih Bu. Erika berangkat dulu. Assalamualaikum." Ucapnya sambil mencium tangan ibunya.
"Wa'alaikum salam." Jawab sang ibu dengan senyum tulus di wajahnya.
Dengan langkah-langkah kecil Erika mulai kembali menyusuri gang-gang kecil, jam segini jalanan gang nampak sepi tak ada aktivitas lalu lalang orang-orang. Mungkin mereka masih berbalut selimut, udara pagi memang terasa dingin. Hal itu juga di rasakan oleh Erika.
Setelah cukup lama berjalan Erika kini sudah ada di ujung gang sempit, dan di depannya sudah ada mobil sport milik Rasya.
"Kak Rasya."
Rasya nampak tersenyum seraya menghampiri Erika yang diam mematung.
"Ayo." Ajaknya sambil menarik tangan Erika.
"Kakak, kok jemput Erika. Erika udah bilang, kak Rasya gak perlu jemput Erika."
"Sudahlah, bukanlah hal yang wajar jika seorang pacar menjemput kekasihnya." Jawabnya seraya memberikan kedipan genit.
Erika pun langsung memerah seketika layaknya buah tomat, lalu Rasya langsung membukakan pintu mobilnya untuk Erika.
"Silahkan masuk tuan putri." Ucapnya sambil tersenyum.
Lalu Erika langsung masuk ke dalam mobil sport milik Kak Rasya secara perlahan. Kemudian di susul oleh Rasya yang ikut masuk ke dalam mobil.
"Apa kau sudah makan?" Tanyanya.
"Sudah kak."
"Em.. Aku belum makan, jadi sekarang kita cari makan dulu yah." Bohongnya.
"Emm.."
Rasya berbohong jika dirinya belum makan, itu hanyalah alasan agar dia bisa mengajak Erika makan karena dia tahu jika Erika sangat susah di ajak makan. Alasannya selalu saja, dia tak mau membuatnya malu.
Kini mobil sport milik Rasya berhenti di sebuah restoran bernuansa klasik, Erika yang memang seorang gadis miskin hanya bisa menatap takjub pada restoran tempatnya sekarang berdiri.
"Tunggu apa lagi, ayo masuk." Ajaknya.
Lalu Erika berjalan mengekori Rasya dari belakang, Rasya hanya bisa terkekeh melihat kekasih kecilnya yang nampak sangat polos.
Kemudian mereka di tuntut ke sebuah meja yang berada di lantai dua, tepatnya di samping jendela dan dari sana juga terlihat jelas pemandangan kota Jakarta di pagi hari.
"Kamu mau pesan apa, sayang?" Tanya Rasya sambil melihat-lihat buku menu.
Erika yang ikut melihat buku menu hanya bisa menatap bingung semua makanan yang ada di daftar menu karena dia tak tahu makanan apa itu karena nama makanannya sangat aneh.
"Terserah kak Rasya aja." Jawabnya.
"Emm.. Ya udah."
"Pelayan." Panggil Rasya.
Lalu datang seorang pelayan menghampiri mereka berdua.
"Tolong 2 porsi US Prime Rib eye steak. Dan minuman limun aja."
"Baik, 2 porsi US prime rib eye steak dan 2 limun." Ulang pelayan itu.
Lalu pelayan itu pun segera pergi untuk menyiapkan makanan yang di pesan oleh Rasya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Amalia Khaer
lebay dehh..
belum kenal sja sdh mau buat Erika menyesal.
halo Author 🖐salam kenal. ini novelmu yg pertama ku baca.
2023-04-03
0
Nur Lizza
lnjut
2023-01-06
0
Dina Arliana
🙂
2022-11-26
0