"Aduh.... Sakit dek" pekik Faam mencoba melindungi diri dari pukulan mematikan adik kesayangannya. Walau ia terlihat cuek tapi Farhan sangat memperdulikan Nadia. Nadia nya aja yang terlalu manja hingga membuat Faam salah dalam memperlakukan adiknya.
"Nih.... rasain. Siapa suruh jadi Kakak yang nggak peka." Pekik Nadia sembari memukuli Faam dengan tas gendongnya.
Faam tidak bisa berbuat apa-apa jika adiknya sampai melampiaskan kemarahan itu hal yang wajar karena semua ini memang kesalahan dirinya. Dia yang tidak peka, dia merasa sudah menjadi kakak yang gagal menjaga adiknya.
"Ampun dek! Sudah kakak ngaku salah dek!" ucap Faam tulus. Mendengar ucapan kakak nya yang tulus itu Nadia pun menghentikan aksinya. Dia sudah lega sekarang. Gimana gak lega bisa mukulin cowok ganteng sesukanya tanpa perlawanan pula.
"Gimana puas mukulin kakak? Mau nambah gak?" tanya Faam jahil.
"Ok nanti setelah aku ngadu sama mama dan papa. Kak Faam siap kan," Bola mata Faam membulat sempurna, nih kalau gini bisa mati kutu dia. Bagaimana tidak Nadia adalah anak kesayangan mama, bisa apes nih kalau sewaktu-waktu adiknya buka mulut. Apa lagi jika papanya tau haduh mati konyol beneran nih.
"Gak takut! Sana aduin," jawab Faam ketus. Nadia pun tidak kehilangan akal ia pun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi mamanya.
"Kak lihat nih siapa yang aku telpon?" tanya Nadia awalnya Faam biasa aja tapi setelah melihat siapa yang tertulis di layar ponsel seketika itu juga matanya membulat dan mengambil paksa ponsel milik adiknya dan mengakhiri panggilan. Faam menghembuskan napas kasar ternyata adiknya memang tidak main-main dengan ucapannya.
"Katanya tadi gak takut..."
"A... Siapa yang takut nggak kok perasaan kamu ajah kalik" Nadia mengangguk-angguk. Memandang jahat kakaknya yang terlihat panik saat ia menelpon mamanya.
"Benarkah? Ya udah deh." Nadia kembali tersenyum nakal. Faam mengira ponsel Nadia hanya satu jadi dia merasa aman saat ini. Namun Nadia tidak sebodoh itu dia mempunyai lebih dari tiga ponsel yang dalam bahaya bisa ia gunakan, walau bukan dalam bahaya setidaknya dua ponsel miliknya dapat berguna untuk saat ini.
Nadia menekan nomor papa dan berusaha mengadu. "Kak...." ucap Nadia menempelkan salah satu ponselnya di depan mata Faam.
"Serahin ponsel itu," pekik Faam mencoba mengakhiri panggilan untuk kedua kalinya namun sialnya panggilan itu sudah terhubung. Faam menelan salavia nya. Dia sangat gemetar apa yang akan ia katakan pada paapnya?
"Ups.... Sepertinya sudah terhubung tuh kak." pekik Nadia dengan senyuman kemenangan.
Baru saja Pak Danil selesai rapat dengan para koleganya ia di kejutkan oleh suara ponselnya, ada satu panggilan masuk tidak lain dan tidak bukan itu nomor putrinya. Chavin segera menerima panggilan dari putri kesayangannya.
"Hallo nak ada apa?"
Mendengar ucapan dari papanya Faam gelagapan takut adik kesayangannya mengadu kepada papanya, bisa-bisa tamat nih riwayatnya.
Faam segera menyerahkan ponsel milik Nadia.
"Tidak ada apa-apa kok pa, Nadia hanya rindu sama papa." ucap Nadia sambil memandang ke arah Faam yang takut jika Nadia mengadu.
"Tumben nelpon pakai nomer ini nak? Kau tidak apa-apa kan? Atau kakak mu itu berbuat ulah lagi?" tanya Chavin pada putrinya.
"Iya pa," Mata Faam langsung melotot.
"Sudah papa duga kau di apakan lagi sama dia?"
"Ah tidak pa, Nadia cuma mau bilang ponsel Nadia yang satunya di ambil Kak Faam pa, katanya Nadia nakal jadi ponsel Nadia di sita Kakak."
"Mana biar papa bicara sama Kakak kamu" Nadia memberiakan ponsel miliknya kepada Faam. Ia terlihat ragu untuk menghadapi papanya. Sekali ia salah ngomong bisa-bisa berabe nih.
"Halo pa"
"Kau apakan lagi adikmu itu?"
"Tidak kok pa, Faam hanya menyita ponsel miliknya cuma mengecek apakah di ponsel milik adik kesayanganku ada kontak cowoknya dan ternyata nggak ada."
"Bisa bisanya nih kakak bohongnya emang aku ini cewek apaan main nyimpen nomor orang. Cowok lagi!" batin Nadia kesal kenapa jadi dia yang di kambing hitamkan oleh kakaknya yang rese itu.
"Owh begitu... terus awasi adikmu itu,"
"Siap pa"
Chavin mengakhiri pembicaraan di antara mereka.
"Kakak... Awas aja kakak boleh menang kali ini," ucap Nadia masih merasa tidak puas niat hati mau mengadu tapi kakaknya memutar balikkan fatkta, dasar cowok rese.
"Tuh tuh ngambek mulu kerjaannya, gini deh hari ini kau belanja sepuasnya kakak yang bayar." Nadia menggeleng kali ini tawaran Faam di tolak mentah mentah oleh adiknya.
"Biasanya juga mau nih bocah! kenapa sekarang enggak mau?
"Enggak... Nadia nggak mau kak."
"Lalu kamu mintanya apa?" tanya Faam penasaran.
"Kakak coba cari tau mengenai cewek yang nolongin aku, aku penasaran sama dia," pinta Nadia membuat Faam berpikir sejenak. Bagaimana dia bisa tau cewek itu sedangkan dirinya saja tidak mengenalnya. Nih bocah ada-ada saja tapi jika tidak di turutin resikonya pastilah luar biasa. Karena apa adiknya pun jago berakting sama seperti dirinya di depan papanya dia memang bisa menang, tapi di depan mamanya pasti sudah ketahuan duluan.
"Gak ada yang lain gitu dek?" tanya Faam mencoba bernegosiasi namun Nadia bersikeras mencari tau cewek yang tadi menolongnya. Nadia penasaran karena sikap Cewe itu sama dengan kakaknya bedanya dia banyak bicara, dan peka. Tapi jika kakaknya udah gak peka, cuek, perhatian aja enggak nih orang enaknya di apaain coba?
"Enggak mau pokoknya dia, Gimana kak?" Nadia memandang wajah Faam dengan aura memelas, itulah kelemahan Faam tidak bisa melihat adiknya seperti itu.
"Sial ... Ekspresi macam apa ini?? Gak tega aku lihatnya."
"Ck.... kakak akan menuruti permintaanmu tapi ingat jangan ngadu ok" Nadia tersenyum akhirnya cowok rese, nyebelin, angkuh itu bisa luluh hanya dengan gertakannya saja. Tuh kan cewek mah selalu menang hehe...
"Makasih kakak sayang kakak," Nadia menempel manja pada Faam. Faam bahagia melihat adiknya tersenyum dan nggak manyun seperti cucian kotor. Sekarang ia harus mencari tau siapa cewek yang menolong adiknya saat adiknya tadi di bawa paksa preman.
Faam teringat siapa yang bisa mencari tau tentang cewek yang di maksud Nadia. Faam segera menghubungi Ardan dan memintanya mencari tau siapa cewek yang menolong adiknya, sebelumnya Faam sudah menceritakan sedikit mengenai cewek itu. Ardan mengerti dan segera menjalankan tugas dari Faam.
"Rendra.... ada tugas..." mendengar teriakan dari Ardan Rendra berlari dan kepalanya terbentur untung tidak terlalu besar benjolannya.
"Kau ini, lihat nih jidad ku benjol karena teriakan mu" dengus Rendra kesal.
"Maaf... aku nggak sengaja" ucap Ardan sembari terkekeh.
Selamat membaca ☺️☺️
Maaf karena masih banyak taypo 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Sri mulyani71
penasaran ya di lanjut bacanya sptnya bagus ceritanya
2021-06-16
3