Fiani menempelkan handset ke telinganya, ia tak mau di ganggu oleh seseorang. Siapa lagi kalau tidak lain Kiano si cowok rese yang selalu mengekor itu.
Fiani mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, tiba-tiba saja ia melihat seorang cewek yang membutuhkan pertolongan Fiani melesat menuju tempat yang ada di bayangannya.
Fiani melihat seorang cewek yang di tarik paksa oleh dua orang cowok. kedua cowok itu tampak kejam, Tanpa ragu Fiani menghadang orang yang menarik paksa seorang cewek, raut wajahnya sangat ketakutan. Dia mencoba melarang Fiani agar tidak ikut campur. Namun Fiani seakan tak gentar dua cowok berwajah seram itu bukanlah tandingannya.
"Apa yang kalian lakukan pada temanku?" tanya Fiani pada kedua cowok seram yang masih memegang tangan cewek yang jelas Fiani tidak mengenalinya.
"Minggir, kami tidak ada urusan dengan mu, minggir atau kau pun akan tau akibatnya." pekik salah satu cowok seram pada Fiani.
Fiani tak gentar ia langsung menendang perut salah satu cowok seram itu, cowok itu jatuh ke tanah. "Br*ngs*k!" dengus cowok itu amat sangat kesal ternyata Fiani bukannya kabur malah menyerang kedua cowok itu.
Salah satu dari mereka tidak terima dan langsung ingin menghajar cewek berani yang ada di hadapannya. Ternyata Fiani bisa menghindar cowok itu terjatuh.
Sedangkan cewek yang tadi di tarik paksa kedua cowok seram itu segera menjauh. Fiani langsung menghajar kedua cowok itu sampai babak belur.
"Pergi atau kalian tidak akan selamat! Pergi!" teriak Fiani, kedua cowok yang kalah telak itu pun kabur tunggang langgang.
"Lain kali hati-hati karena kawasan ini banyak perampok dan preman" Fiani meninggalakan cewek itu setelah ia melihat ternyata dia tidak apa-apa.
"Terima kasih," Teriak cewek itu namun Fiani tidak menoleh dan melanjutkan perjalanannya.
"Keren banget cewek itu" batin cewek yang bernama Nadia.
Tak beberapa saat kemudian Kakaknya yang tak lain Faam pun sudah tiba di hadapan Nadia. Nadia mendengus kesal karena kakaknya yang selalu telat. Kapan sih dia bisa peka jika cewek itu butuh di lindungi bukan menjadi pendekar terus.
"Kenapa tuh muka!" Faam bertanya namun Nadia tida mau menjawab ia masih sangat kesal karena kakaknya sama sekali tidak memperdulikan dirinya padahal dia cewek loh di biarkan seorang diri tanpa penjagaan lagi. Emang dia pahlawan super yang dapat melindungi dirinya sendiri.
"Tauk!" Nadia masih cuek pada kakaknya bukannya meminta maaf karena membiarkan dirinya pergi sendirian, Kakaknya tak bertanya tentang apa yang baru saja ia alami. Punya kakak kok seperti gak punya kakak perhatian enggak cuek iya.
Faam seolah terbiasa dengan sikap adiknya yang super manja. Faam mengajak Nadia untuk masuk ke dalam mobil. Namun Nadia tidak mau masuk membuat Faam bertanya nih si adik merengek mau meminta sesuatu darinya, pikirnya.
"Nadia masuk atau mau Kakak tinggal?"
"Iya. Aku masuk!" Jawab Nadia singkat dan segera masuk ke dalam mobil seperti perintah Kakaknya yang nyebelin, gak peka dan cuek.
Faam menjalankan mobilnya, tak biasanya adik kesayangan nya itu mematung dan tak bersuara ia tau pasti adiknya tengah ngambek meminta sesuatu karena wajahnya terlihat seperti cucian kotor, lecek dan kumel. Butuh di setrika agar cantik lagi.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Faam mencoba akrab dengan adik kesayangannya. Mungkin sikapnya tadi terlalu kasar hingga adiknya sampai ngambek olehnya.
"Enggak!" jawab Nadia seraya memajukan bibirnya ia kesal karena lagi dan lagi Kakaknya tidak perhatian padanya.
"Apa yang di berikan ayah kurang?" Nadia menggeleng. Dan melipat kedua tangannya ke dada.
"Mau kakak belikan tas?" Nadia menggeleng.
"Sepatu?" Nadia kembali menggeleng.
"Ah... kakak tau pasti kau menginginkan jam tangan keluaran terbaru yang kau tunjukan kemaren kan? Kakak mu ini sudah menduganya." Jawab Faam tanpa menoleh ke arah Nadia.
Nadia amat sangat kesal, buka itu yang dia inginkan, kenapa dia nggak peka sih sebagai cowok!
"Kakak" teriak Nadia membuat Faam terkejut, telinganya terasa mau copot karena ulah adiknya.
"Apa sih dek! Apa yang kau minta? Bilang! Jangan buat kakak bingung," pekik Faam merasa kesal karena adiknya tidak menjawab apa yang ia inginkan dan malah mengajaknya main tebak-tebakan gak jelas. Faam mana tau apa yang Nadia inginkan jika Nadia tidak mengatakannya.
Nadia menitihkan air matanya ia merasa di bentak oleh Kakak kandungnya,
Faam melihat air mata di wajah adiknya. Ia segera menghentikan mobil, kali ini ia serius bertanya ada apa karena tidak biasanya Nadia seperti ini pasti dia akan menjelaskan sesuatu, namun dianya yang tidak menanggapinya dengan baik dan malah membentaknya.
"Kenapa nangis!" Faam mencoba mencari tau apa yang terjadi pada adiknya, namun adiknya lagi-lagi tidak mau mengatakan apa yang terjadi padanya.
"Sebenarnya kakak sayang gak sih sama aku?" Faam terkekeh mendengar pertanyaan adiknya. Ya jelas Faam akan menjawab sangat menyayanginya lalu dimana yang salah coba?
"Pertanyaan konyol macam apa itu?" jawab Faam, Nadia sangat kecewa pada kakaknya ternyata kakaknya sangat sangat tak memperdulikan keselamatan dirinya.
"Jawab kak! Apa kakak sayang sama Nadia atau tidak?" Nadia menghapus air mata yang sudah membanjiri pipinya, matanya sembab.
"Ya jelas kakak sayang banget sama Nadia, buktinya kakak akan ngelakuin apapun agar Nadia senang, kakak akan melindungi mu dek," jelas Faam memegang bahu adiknya dan mengusap air mata Nadia dengan tisu.
"Kakak bohong!" Faam terkejut. Apa yang salah dengan dirinya?
"Kakak nggak perduli lagi denganku, buktinya tadi aja aku harus jalan sendirian menunggu kakak di depan gerbang fakultas. Apa kakak tidak menghawatirkan keselamatan adikmu ini?" Bola mata Faam membulat. Ia tidak tau apa yang terjadi pada adik kesayangannya saat ia memintanya untuk menunggu disana.
"Memangnya kau tadi kenapa?" tanya Faam mencoba mencari tau kali ini dengan nada lembut, Faam tau jika dirinya menggunakan sikap egoisnya maka adiknya akan lebih ngambek dan tidak mau mengatakan apapun padanya.
"Apa perduli kakak," jawab Nadia membuang muka.
"Sabar jangan emosi, dia adikmu jadi jangan terbawa suasana"
Faam membuang napas kasar dan memandang adiknya yang masih menangis.
"Kakak minta maaf dek. Coba ceritakan apa yang terjadi saat kakak memintamu untuk menunggu di depan gerbang fakultas"
Nadia mengusap hidungnya dengan satu tangan, setelah satu tarikan napas ia pun menceritakan apa yang tadi ia alami.
"Tadi .... saat aku menunggu kakak di depan gedung ada dua orang cowok, mukanya itu serem banget meminta ku untuk bersama mereka" Faam membulatkan matanya.
"Apa?"
"Mereka menarik lenganku, dan memintaku untuk bersama mereka, katanya akan diajak senang senang, aku menolak dan sebuah tamparan mendarat di pipi kananku." Jelas Nadia. Faam mengepalkan tangan, memukul kemudi mobil dengan keras.
"Br*ns*k" pekik Faam emosi.
"Kenapa kau tidak menceritakan pada kakak tadi? Apa ini yang membuatmu marah padaku?" tanya Faam pada adiknya.
Nadia mengangguk. Kenapa saat dia menangis seperti ini barulah kakaknya paham. Dasar cowok, enggak peka banget dengan perasaan cewek!
"Kakak ku ini ajah yang nggak peka jadi cowok" pekik Nadia.
"Iya! Kakak emang enggak peka, gimana lagi," ucap Faam dengan nada datarnya.
Nadia memukul bahu Faam dengan keras inilah balasan orang yang gak peka dengan perasaan cewek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Hana Fauziah
lanjut
2021-10-27
1