Fiani sudah sampai di kediamannya, rasanya ia ingin cepat-cepat sampai menemui ibunya yang ia sayangi.
Fiani tak memperdulikan ibu sambungnya yang sudah lama berdiri di ambang pintu menantikan kepulangan Fiani. Fiani tau pasti ibu sambungnya akan memintanya untuk menikah. Saran macam apa itu? Impiannya saja belum tercapai.
Boro-boro nikah kepikiran saja enggak.
"Nak," ucap Reni pada Fiani yang berlalu dan meninggalkan dirinya sendirian. Memang sejak ibu sambungnya hadir Fiani tidak mau mengakui Reni sebagai ibunya dia hanya mempunyai satu ibu. Mungkin gara-gara Reni itulah ayahnya lebih mementingkan istri mudanya dari pada merawat ibunya yang sakit.
Fiani tau dia yang tak lain ibu sambungnya hanya bersikap baik jika mempunyai permintaan, sedangkan Fiani tidak mau menurut begitu saja. Fiani malas jika harus berurusan dengan ibu sambungnya yang tukang ngadu. Apalagi Vino sama nyebelin sama seperti ibunya.
Vino anak satu satunya dari Reni, Ayahnya Danar sangat menyayangi Vino sampai melupakan Riani dan ibunya.
Riani sebenarnya ingin pergi dari istana yang penuh dengan sandiwara ini tapi, bagaimana dengan ibunya? Ia tidak tega meninggalkan ibunya seorang diri. Dia akan di manfaatkan jika dia masih berada di istana sandiwara ini.
"Ibu"
.
.
.
.
Faam menunggu ke datangan Ardan dan Rendra. Tak beberapa saat kemudian mereka datang dengan raut muka yang di tekuk.
Belum juga keduanya duduk Faam menanyakan tentang cewek yang menolong adiknya. Jika ini tidak permintaan adiknya pasti Faam ogah banget menurutinya.
"Bagaimana?" Tanya Faam tidak sabaran.
"Kami ini, biarkan kami berdua duduk baru nanya." pinta Ardan.
Sekarang ketiganya pun telah duduk, Faam kembali bertanya mengenai cewek itu.
"Bagaimana? Apa kalian sudah mengetahui siapa dia?" Ardan menggaruk kepalanya yang tak gatal, bagaimana caranya ia mengatakan jika mereka gagal melacak cewek itu. Bisa-bisa ngamuk nih Faam.
Ardan dan Rendra saling pandang dan beberapa kali menelan salavia nya. Rasa takut pun berkecamuk dalam pikiran keduanya. Baru kali ini dia gagal menjalankan tugas dari Faam.
Faam yang ingin tau apakah kedua temannya sudah berhasil menemukan orang yang dia cari pun terlihat sangat berharap kepada kedua mahluk yang ada di depannya.
"Gini,"Ardan membuka obralan. Faam terlihat menunggu.
"Maaf kami gagal," bak petir di siang bolong Faam membulatkan matanya dan memandang tajam kedua temannya.
"Apa?" Faam menggeser kursi dan sekarang Faam sudah berdiri di tengah keduanya. Ardan sangat takut akan kemarahan Faam begitupun Rendra tubuhnya pun sampai gemetaran karena terlalu gugup.
Faam duduk di lantai seraya mengacak-ngacak rambut hitamnya.
Faam terlihat sangat frustasi terlebih lagi bagaimana Faam menjelaskan kepada adik kesayangannya.
"Aku tak mau tau bagaimana pun caranya kalian berdua harus menemukan Dia, yang di maksud dia adalah Fiani.
"Kami sudah mengecek cctv kampus namun sialnya cctv itu mati. Dan tidak ada yang tau karena mengingat di jam itu tidak ada aktivitas kampus jadi..." Ardan tidak melanjutkan ucapannya karena Faam telah meninggalkan mereka sendiri.
Ardan sedikit lega sama halnya dengan Rendra yang jantungan hampir copot takut Faam terlampau emosi karena kegagalan mereka.
"Jadi...." ucap Faam yang tiba-tiba saja muncul sontan membuat Ardan dan Rendra terkejut. Untung saja jantung mereka berdua masih normal kalau tidak....
Perlahan Ardan melirik sumber suara, bagai tengah menonton filem horor suara Faam sudah bisa membuat keduanya ngeri.
Ardan melihat Faam untuk kedua kalinya, masih seperti yang pertama malah seremban ini woy.
"Jadi.... kalian gagal!" pekik Faam dengan nada tinggi. Keduanya langsung berlutut tak berani memandang Faam. Mereka pasrah jika Faam menghajar mereka.
Melihat kedua temannya yang tiba-tiba berlutut dan tak berani memandang wajah Faam, Faam pun menghembuskan napas kasar. Apa-apaan mereka?
"Apa yang kalian berdua lakuin?" tanya Faam yang emosinya mulai mereda sejahat apapun dia pada orang lain ia masih mempunyai hati nurani, mungkin kali ini mereka gagal namun mereka berdua adalah teman sekaligus patner andalannya. Mana mungkin dia menghukum keduanya.
"Ampun Am.... kami berdua janji tidak mengulangi kesalahannya kami lagi," segitu takutnya Faam sampai kedua temannya langsung berlutut. Memang sekejam apakah dia?
"Berdiri!" perintah Faam namun keduanya masih tetap dengan posisi mereka.
"Sebelum kau memaafkan kami, kami akan tetap seperti ini,"
"Baiklah.... sekarang kalian cari lagi sampai dapat orang itu." pekik Faam pada kedua temannya.
Sebenarnya ia bingung apa yang harus ia katakan pada adiknya, pasti adiknya malah karena ia belum berhasil mendapatkan informasi mengenai cewek itu. Haiss... menyusahkan saja. Faam berlalu meninggalkan kedua temannya yang masih enggan berdiri. Memangnya dia Tuhan apa? Seenaknya saja menghukum orang tanpa tau salah mereka. Faam tidak seperti itu ya kawan dia tidak sama sekali kejam.
Orang lain yang salah mengartikannya. Memang dia sombong, memang dia angkuh, dan masa bodoh dengan orang yang ada di dekatnya tapi bukan berarti dia harus memperlakukan mereka semena-mena. Saat dia marah itu mungkin cara dia meluapkan emosinya ya temannya itulah yang menjadi sasaran amukan dia. Kasian banget.🤣
Saat berjalan menuju ke arah mobilnya ia melihat seorang wanita dengan menggunakan dress, wajahnya sangat cantik, bahkan tanpa polesan yang tebal. Faam begitu terpesona melihat kecantikan gadis itu. Dalam benaknya sepertinya ia pernah melihatnya namun dimana?
Faam mengikuti gadis itu sampai di sebuah caffe, ah ternyata gadis itu bekerja disini, pikirnya. Faam menggulum senyuman. Dia amat tertarik dengan gadis itu. Dia merasa ada yang sepesial dari dia hingga membuat jantungnya berdegup kencang.
Padahal dia lagi asik memandangi gadis itu, eh taunya ponsel miliknya bergetar.
Ternyata ada pesan masuk dari adik kesayangannya.
Faam membuang muka setelah mendapat pesan dari Nadia yang menanyakan apakah cewek yang tempo hari menolongnya sudah di temukan?
Faam membuang ponsel miliknya di meja untung saja tidak sampai hancur tuh ponsel.
Tak menyerah begitu saja Nadia pun segera menelpon Faam. Nadia kecewa karena Faam tidak menghiraukan panggilannya.
Di satu sisi Nadia amat kesal dengan kakaknya, namun bagaimana pun dia adalah kakak yang selalu berusaha membahagiakan dirinya. Mungkin saat ini Faam lagi stres dan tidak mau di ganggu dulu.
Padahal yang sebenarnya terjadi adalah dia takut adiknya kecewa, baru kali ini dia mengecewakan adiknya. Bagaimana jika adiknya itu mengadu? bisa runyam nih urusan nya.
"Kak.... Apa kau baik-baik saja? Tidak ada sesuatu yang terjadi kan kak?"
Nadia sangat mencemaskan Faam, sedangkan Faam merasa bingung ia mencari alasan agar adik kesayangannya tidak marah lagi padanya. Segitu sayangnya ya sama ademnya?
Faam tersenyum, itulah Nadia adik kesayangannya walau pun ia manja tapi dia sangat perhatian padanya. Faam nya ajah yang cuek.
❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments